TENTANGNYA

6.5K 1.2K 438
                                    

Bukannya lemah atau tidak berdaya, aku hanya dapat menampakkan sisi asli diriku ketika berada di dekat orang-orang yang membuatku nyaman.

***

"Keong?" Jingga menatapnya balik dengan wajah linglung.

"Emang di kelas kita ada keong ya, Bim?" Jingga lalu melempar tatapannya ke Abim yang baru datang ke mejanya.

Abim menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan Rainbow mulai mengacak-acak rambut gimbalnya sendiri, kebiasaan kalau lagi bingung sekaligus frustasi.

"Itu lo gambar apa?" Rainbow mencoba mengulang pertanyaannya.

Jingga menaikkan sudut bibirnya. "Gambar wajah."

Nah, si keong lumayan udah connect sama pertanyaan gue.

"Wajah siapa?" Karena masih penasaran, Rainbow bertanya lagi.

Jingga tampak berpikir dengan serius. Matanya menyipit. Setelah ditunggu sekian lama, akhirnya bibir gadis itu perlahan kembali terbuka.

"Wajah manusia," jawab Jingga singkat lalu memamerkan deretan giginya, menunjukkan senyuman aneh.

Rainbow dongkol setengah mati. Nyatanya setelah lama menunggu, ia tetap tak mendapat jawaban dari apa yang ia tanyakan.

"Haisssh, ini cewek dari planet mana, sih?" Sambil mengacungkan jarinya ke Jingga, cowok berambut kribo itu meminta jawaban pada Abim.

Tak tahu harus bereaksi seperti apa, Abim yang kalem hanya mendesah lemah. Ia menatap Jingga yang kembali fokus menyelesaikan lukisannya.

"RAINBOW! Kamu itu ya, setiap hari selalu bikin masalah."

Seruan dari ambang pintu kelas X IPS 2, membuat Rainbow terjingkat. Suara yang berasal dari amukan guru BK nya itu, Bu Riyani, seketika membuat murid-murid kelas sepuluh membatu di posisinya masing-masing.

Hanya tersisa satu murid yang tetap melanjutkan aktivitasnya. Yah, walau pergerakannya juga tidak terlalu mencolok di mata orang-orang sekitarnya.

Di bangkunya, Jingga tampak asyik sendiri menyelesaikan lukisannya yang baru setengah jadi.

"Rainbow! Ke ruangan saya sekarang juga!" perintah Bu Riyani dengan suara menggelegar.

Rainbow memungut bolanya yang ternyata jatuh di bawah meja milik Jingga. Walau dikenal perusuh, trouble maker, dan bigos sekolah, Rainbow rupanya masih memiliki attitude yang baik sebagai lelaki.

Tak mau ambil kesempatan dalam kesempitan, ia meminta Jingga untuk beranjak dari bangkunya. Baru kemudian dengan terburu-buru cowok itu mengambil bolanya.

"Eh, Bim. Dapet salam dari si Beti. Dia ngefans banget sama lo, kan? Hahaha." Sempat-sempatnya Rainbow menggoda Abim, sebelum Bu meneriakinya lagi.

"Sumpah ya, itu cowok bener-bener kayak utusannya dispatch. Gosip macem apa aja tau," celetuk Bagas yang menggeser bangkunya ke sebelah Abim.

"Kalian ngomongin Kakak Kelas yang rambutnya keriting tadi, ya?" Jingga menutup kotak pensilnya lalu berniat bergabung mengobrol dengan dua teman kelasnya itu.

Namun karena terlalu lama memutar kursinya, Bagas dan Abim pun yang akhirnya berpindah posisi. Kini keduanya duduk di depan Jingga.

"Jingga, lo kok bisa jadi kayak gini, sih?" Bagas memulai obrolan dengan pembukaan yang tidak jelas. "Mmm, maksud gue..."

"Gini..gini, maksud si Bagas.. apa lo ada keturunan keraton gitu?" Abim memperjelas maksud dari pertanyaan yang dilontarkan Bagas.

Jingga terdiam sejenak lalu menggeleng tiga kali dengan perlahan. Melihat reaksi Jingga, kedua cowok itu saling sikut menyikut.

Lovemberحيث تعيش القصص. اكتشف الآن