RAINY DAY

58 0 0
                                    


"MALAM MEMANG HITAM NAMUN TAK SELAMANYA KELAM

BERSAMA HUJAN YANG MEMBASAHI JEJAK KERINDUAN

MENYEMBUNYIKAN RASI TAKDIR CINTA MEMBENTANG DI BALIK AWAN"

CHAPTER 1

KEDAI KOPI

"HUJAN BEGITU PEKAT MENURUNKAN KERINDUAN YANG MENJELMA BERSAMA KEHANGATAN SEGELAS KOPI MENUNGGU DI SEBERANG MALAM"

Kota Banjarbaru baru saja di guyur hujan deras malam itu, terlihat kilauan-kilauan indah jejak air dijalan memantulkan berbagai cahaya, ditengah kota terdapat sebuah kedai kopi yang setiap harinya terutama malam ramai ditongkrongi anak muda kota i...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota Banjarbaru baru saja di guyur hujan deras malam itu, terlihat kilauan-kilauan indah jejak air dijalan memantulkan berbagai cahaya, ditengah kota terdapat sebuah kedai kopi yang setiap harinya terutama malam ramai ditongkrongi anak muda kota itu, tak hanya anak muda, bahkan orang tua dan juga orang berbagai profesi terutama seniman banyak nongkrong di situ.

Kota ini indah dengan segala hal yang dimilikinya, berkilauan seperti cahaya yang terpantul setelah hujan, segala hal berkembang d Banjarbaru terutama keseniannya yang berpusat di Mingguraya.

Asap yang mengepul dari berbilaah roko dan bunyi kopi yang diseruput mengiringi berbagai dialog pelanggan yang nongkrong di kedai kopi itu, kedai itu bernama Point Culture, salah satu kedai kopi yang merakyat di kota ini yang mampu menjamah berbagai kalangan.

"Des, hoy..kaya biasa yah" Mika berkata

"Oke kuy..Kopsus lok?" tanya Adest

"Yoiii broooo " bales Mika

Mika seorang pemuda kota itu, tak ada yg terlalu istemewa darinya, dia pemuda yang introvert tak banyak bicara dan susah bersosialisasi, dan dia suka sekali nongkrong di Point Culture Minguraya untuk menikmati malam sambil bercanda bersama teman-temannya di sana seperti Bang Ben, Novi, Adest, Bang fer dan lainnyaatau hanya sekedar melakukan aktivitas rutinnya membuat sketch atau lukisan dipojok kedai. Sedangkan Adest adalah teman sekantor Mika sekaligus owner dari kedai kopi itu, dia cewek yang tomboy namun juga polos.

Mika melangkahkan kakinya menuju meja bang Ben yang di depannya terdapat kopi hitam, yahhh...beliau gak bisa lepas dari kopi hitam, rokok kretek dan kotaknya yang berumur entah berapa abad tuanya karena besinya sudah berkarat, mungkin umurnya lebih tua satu hari dari matahari kotak tersebut. Bang Ben seorang Tokoh seniman di Kota Banjarbaru, orang terdekat yang bagi Mika udah seperti ayah, salain teman bicara beliau juga tempat mika untuk berkeluh kesah dan bertukar pendapat atau sekedar curhat.

Sembari menaruh tas, mika duduk di depan bang ben lalu keduanya ketawa yang seolah salam hanya disampaikan dri raut muka dan gestur tubuh, gak lama Mika menyalakan rokok kesukaannya.

Sembari menaruh tas, mika duduk di depan bang ben lalu keduanya ketawa yang seolah salam hanya disampaikan dri raut muka dan gestur tubuh, gak lama Mika menyalakan rokok kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adest dateng dengan mukanya yang salalu ketawa gak jelas

"Nah layanan spesial coy buat kamu bro...hehehe" kata adest lalu mencolokkan sedotak ke cup kopsus pesenan mika

"hahaha...anjay dest, gimana kedai hari ini? Rame ajakan"

"Rame dung cuy tuh uda beli bunga buat dimeja mik" kata adest

"hahaha mantep-mantep...jadikan bagus tuh romastis juga kao orang nanti nongkrong disini hahah"

"hahah betul kuy" tawa Adest

Bukan sok romantis atau apa, tapi bunga memang selalu memancarkan keindahan dan cerita yang misterius untuk mencari tahu arti keindahan tersebut, seperti kata bang ben, "Lihat apa yang kamu tidak lihat"

Nahhh...terus gimana caranya kita mau melihat apa yang kita tidak lihat? Haahah...dan Bang Ben pun tertawa

Gak lama kemudian Bang fer datang dan bergabung dimeja kami, bang fer seorang photografer disini.

"Sendiri Lagi mik? Makanyaaaa....cariii pacar biar nongkrongnya gk sendirian mulu"

Kata bang Fer

"ahhaaha santai bang sendiri aja lebih enak" bales mika sambil ketawa

Padahal mika berpikir, "pengennya sih, tapi susah juga nyari yang bener-bener baik buat diri sendiri, hahaa...pedih"

"Sudah sudahhh....belom aja lagi ya gak Mik?" Kata Bang Ben.
"iyunnn bang".

"hahaha desuuuuu....Kopiii desuuuu" ucap bang fer seraya membawa papan catur ke meja

"Yoii Bang fer, bahh... Berdiri lagiii anehhh... Ni faqih mana lama bgt disuruh beli es batu doang " bangkit Adest dari tempat duduknya.

"Caturkah kita Bang Bennn..."

"Ayooooo.....susunnnn"

bang Ben pun tertawa sambil menyusun bidak caturnya dan juga menghisap rokok kreteknya memanaskan nuasana malam yang kemudian hujan kembali turun membasahi kota itu dan mengiringi malam ngopi mereka.

RAINY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang