Makan malam berdua yang tak disengaja

2.5K 186 22
                                    


Selamat berpuasa bagi yang menjalani.

****

"Bisa-bisanya, ya, kamu ninggalin saya di pinggir jalan kayak tadi. Mau saya pecat?" kata Kiano satu detik setelah Nanaz mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya.

Nanaz mati-matian berusaha menahan tawanya, kemudian berkata, "Ya ampun, Pak, masih mending saya ninggalin Bapak di pinggir jalan. Kalau di tengah jalan, gimana? Bahaya, kan, kalo tiba-tiba ada ojol, terus nabrak Bapak kayak yang sering di sinetron azab itu?"

"Kamu beneran mau saya pecat?"

"Ya ampun, Bapak tega banget, sih. Saya kan, janda, Pak. Nggak ada yang nafkahi. Kalau dipecat, saya mau beli skincare pake apa, Pak? Lagian, saya kan, multitalenta. Saya bisa apa aja. Masak bisa, beresin rumah bisa, bohong juga bisa. Apa coba yang nggak saya bisa?"

"Kamu itu, kurang ajar sama saya. Kamu punya dendam pribadi, ya, sama saya? Kayaknya kamu tuh benci banget sama saya, sampe bilang saya itu kayak kucing garong segala."

Nanaz kaget, dong! Dari mana Kiano tahu soal itu? Itu, kan, rahasianya sama Messy. Ah, sepertinya ada dusta di antara mereka.

"Ya ampun! Kapan pula saya bilang Bapak kayak kucing garong?"

"Nggak usah drama. Ya udah, saya mau pulang. Jangan lupa kamu nanti masak di rumah."

"Iya, Pak. Siap!"

Setelah telpon terputus, Nanaz kemudian menatap ponselnya dengan dongkol. "Ya ampun nih orang, ya! Kalo bukan karena butuh duit buat bertahan hidup, udah lama gue say goodbye!"

***

Kiano berdiri tak jauh dari Nanaz yang sedang memasak di dapur. Dalam diam ia mengamati punggung itu. Nanaz memiliki bentuk tubuh yang ideal, ia mungkin memiliki tinggi 157 cm. Kemeja  dan kaus oblong adalah ikonnya. Rambutnya senantiasa diikat ke belakang. Pernah Kiano berpikir, bagaimana rupa Nanaz jika seandainya rambutnya itu digerai. Mungkin, akan terlihat sangat anggun.

Kiano mendekat lalu berdiri di balik punggung Nanaz. Sambil memajukan kepalanya sedikit, ia bertanya, "Masak apa kamu?"

Nanaz menoleh ke belakang dan sesuatu terjadi di luar perkiraannya.

Ia mencium Kiano tepat di pipinya.

Tentu kejadian tersebut menjadi momen akward bagi keduanya. Kiano bahkan tampak terkejut ketika Nanaz melakukannya, walau ia tahu itu tidak disengaja.

"I-ini, ma-masak ayam kecap," jawab Nanaz terbata-bata setelah memalingkan wajahnya yang merona.

Kiano menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal. Ini merupakan salah tingkah pertamanya ketika bersama Nanaz. "Oh, okey."

Kiano kemudian beranjak, meninggalkan Nanaz yang masih berusaha menata detak jantungnya. "Ya ampun! Kok, bisa-bisanya sih gue nggak sengaja nyium dia?! Entar, kalau dia tiba-tiba pengen grepe-grepe, gimana?"

Nanaz memutuskan akan pulang lebih awal dari biasanya. Bagaimanapun juga, ia takut kalau nantinya Kiano khilaf dan menggerayangi tubuhnya. Tuh, kan! Otak korengannya mulai berspekulasi yang bukan-bukan.

Setelah menyiapkan hidangan di meja makan, Nanaz kemudian pamit pulang. "Pak, kerjaan saya, kan, udah selesai nih. Saya pulang sekarang, ya? Selamat malam, selamat menikmati!" Nanaz membalikkan tubuh, akan tetapi tak disangka-sangka, Kiano menarik pergelangan tangannya.

Nanaz menoleh bingung, terlebih lagi ketika Kiano menatapnya tepat di mata.

Aduh, apa gue mau digrepe-grepe? Kok, dia ngelihatinnya gitu amat?

When Janda Meet DudaWhere stories live. Discover now