To Mourn is To Let Go

Start from the beginning
                                    

Angin berkecamuk, guntur bergemuruh tajam di atas mereka, mencerminkan hati orang-orang di lokasi. Boboiboy diam melihat personil medis cepat-cepat menaikan tubuh Gopal yang tertidur ke atas tandu, menutupi tubuhnya dengan kain putih bernoda merah luntur di bagian dada.

Sesuatu mencakar dada Boboiboy dengan keji. Kuku-kuku tajam kasat mata menancapkan dirinya kedalam daging dan menggali sungai merah. Sakit. Tapi keadaan yang terjadi membuat kaki Boboiboy menjangkar di tanah.

Boboiboy tidak sadar kapan hujan mendadak berhenti menghantam kepalanya. Ataupun mantel yang menutupi tubuhnya, dan juga seseorang yang memegang bahunya ketika ia bergetar kedinginan.

'...Boboiboy..?'

Ah, ada Fang toh rupanya. Apa dia kehujanan? Jangan-jangan mantel ini miliknya. Kenapa dia meminjamkan mantel ini untuknya? Dia terlalu baik pada Boboiboy hingga membuatnya merasa bersalah.

Kerumunan orang terbersihkan air hujan. Yang tersisa tinggal lahan kosong yang tidak lagi berlumur merah, tangan Fang yang memegangnya erat, menjangkar dirinya dalam bentuk pelukan, dan seorang bocah yang kehilangan sahabat baiknya.

Ah.

Ia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal.

.
~Angel With a Glasses~
.

Malam itu sebelum hujan turun, sebelum seorang pemuda kehilangan sahabat baiknya, Fang tengah berdiam di ujung kasur Boboiboy. Di kegelapan matanya menyala ungu. Beberapa menit ia diam memperhatikan detil wajah yang setiap hari ia lihat. Wajahnya begitu tenang. Fang merasakan tenang itu membalutnya, membasuh semua kegeraman sore tadi ketika bertemu dengan Crowley.

Mengingat setan itu kembali membuat Fang gerah. Tangan Fang mengepal erat. Seolah merasakan emosi si malaikat, Boboiboy mengerang, tidurnya berbelok ke arah yang tidak enak. Fang membeku sesaat, tidak berani menarik nafas walau paru-parunya tidak membutuhkan oksigen. Takut membangunkan, Fang cepat-cepat terbang keluar. Tapi matanya tidak lupa untuk melirik sekali lagi sebelum ia pergi.

Atap kediaman Boboiboy sudah menjadi tempat bertengger favorit Fang. Di malam dimana ia resah, pola atap rumah yang repetitif menenangkannya. Tapi kali ini ada satu sosok janggal yang ikut mengambil tempat di salah satu atap. Dengan kerudung merah jambu tertiup angin, Yaya berdiri di seberang Fang.

"Malam Fang." Sapa Yaya—Crowley—lembut.

Fang menghentakan tangannya. Dari lengan mantel, Sang malaikat mengeluarkan belati. Ia menodongkannya ke depan. "Berikan aku alasan untuk tidak menghabisimu saat ini juga." 

Yaya tampak tidak terkejut. Setan itu menghela nafas jengkel. Namun senyum girangnya berkata lain. "Ya ampun. Kita 'kan sudah buat perjanjian. Tujuanku sama denganmu, kenapa harus risau begitu? Aku yakin Boboiboy juga tidak keberatan berteman dengan gadis manis sepertiku." Tangan berpose di bawah dagu, Yaya mengedipkan bulu matanya centil.

Jawaban yang salah.

Fang berteleportasi, tepat di atas membayangi Yaya. Sayap hitam terbentang lebar mengintimidasi, lalu ia menukik tajam ke bawah dengan belati dihunuskan. Yaya melompat kesamping, menghindari serangan Fang.

"Apa yang kau rencanakan?! Aku sudah toleran dengan semua keusilanmu," Fang menendang ke atas. Kakinya meleset beberapa centi dari kepala Yaya. "Lalu kau berpura-pura jadi teman Boboiboy? Beraninya kau!"

"Lho? Bukannya kau juga sama?" Cibir si setan. Ia melompat mundur dan memperluas jarak antara mereka. Yaya menyeringai hina. "Lihat dirimu, terbawa emosi yang seolah kau miliki. Apa kau lupa siapa dirimu? Oh wahai malaikat prajurit Tuhan. Apa kau lupa akan misimu?"

Angel With a Glasses Where stories live. Discover now