Mozaik II

652 77 10
                                    

Jika barometer mood seseorang bisa terlihat di atas kepala nya, maka Hinata Hyuga, gadis pendek dengan wajah manis ini, akan membawa garis plang mood meter full dengan warna orange bahagia.

Barometer bahagianya bersumber dari quality time pengganti yang di berikan atau lebih tepatnya terpaksa di berikan kakak nya Neji pada nya.

Biasanya jika pulang kantor Hinata akan siap-siap untuk mencuci piring, mencuci baju, dan segala macam kegiatan pencucian serta urusan dapur dan kedai. Lain sekarang, pulang kantor Hinata bisa langsung nyemplung dan meluruskan pinggang di kasur.

Oh bahagia nya.

Hinata ngak tahan buat senyum lebar.

Yahh, seperti di perjanjian sebelum nya, waktu-waktu bahagia Hinata ini akan berlangsung seminggu, dan sekarang sudah berjalan lancar tiga hari. Hinata sumringan, ia mulai menghayal coba saja setiap hari begini, tapi kasihan juga Bro Neji nya sih. Jas sneli yang selalu ia banggakan sungguh kurang pas dipakai untuk megang alat masak dan alat bersih-bersih, tapi kalau sekali-kali menjahili kakak sendiri boleh saja kan.

Senyum Hinata terbit lagi, ia sudah bak tertempel mahluk astral, duduk senyum-senyum sendiri di sofa ruang santai dengan fokus mata yang hilang dari leptop yang terbuka lebar tepat di depannya.

Namun senyum kebahagiaan bak tertempel mahluk astral itu tak bertahan lama, karena suara benda terjatuh keras dari balik sofa menghapus nya seketika, berubah mejadi kedutan cemas.

'Brakkkk'.

Hinata segera menghampiri asal suara, tapi yang ia dapat cuman kakak nya yang sedang memegang sapu dengan serius.

"Hati-hati" kata Hinata, senyum kembali terbit di wajah nya.

Si Neji diam sebentar, dan menoleh ke Hinata dengan muka datar, efek kesal tertiban hukuman melakukan pekerjaan perempuan.

"Jangan cemberut nii-san, belajar jadi lelaki idaman, semua perempuan akan suka lelaki yang juga pintar dan mau membantu urusan rumah".

Neji masih betah mingkem.

"Aku akan mengawasi nii-san kerja", Hinata ngambil posisi duduk nyaman, mengawasi kakak nya yang sudah menjalar memberishkan ruang makan.

Gedung lantai atas rumah mereka memang cukup besar, punya tiga kamar minimalis yang ayah nya berusaha sekat, ruang santai tempat mereka nonton dan menghabiskan waktu main game atau main kartu uno, serta ruang makan, dan terakhir balkon. Dimana semua-semua nya serba minimalis.

Bagian ruang makan dan ruang santai yang tak bersekat, membuat Hinata leluasa melihat kakak nya yang sedang bersih-bersih.

Neji sebenar nya bukan anak pemalas, jika ada waktu luang setelah pulang intern dari rumah sakit, ia terkadang membantu Otou-san nya di kedai lantai bawah, tapi untuk segala macam urusan rumah, Neji menganugrahkan dengan senang hati pada Hinata. Kecuali urusan rumah yang sifat nya pribadi ke dia, tetep Neji kerjakan mandiri.

Hinata tetep memperhatikan Neji dengan sesekali terkikik.

Ia membersihkan rumah masih lengkap dengan jas sneli. Hinata maklum, kakak nya memang sangat cinta dengan profesi nya.

"Lepas dulu jas sneli nya".

Neji terkejut, memeriksa atasan nya sebentar, dan kemudian melepas jas sneli nya.

"Tangkappp", Neji berseru tiba-tiba, melempar jas tersebut ke arah Hinata.

Hinata yang tak siap, menerima jas sneli tersebut terlempar di kepalanya.

Dear SasukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang