"Aku tidak peduli jika kau ingin atau tidak. Aku sudah menjaga Seokjin selama ini, tidak terkecuali saat ini. Dan kali ini, kalian harus mendengarkan apa yang aku katakan." Ucap Jaehwan sambil menatap Yoongi serius, kemudian menatap semua orang yang ada di dalam ruangan

Jimin langsung memengang pundak Yoongi, berusaha menenangkan istrinya itu.

"Ini bukan saatnya untuk berdebat. Aku perlu bicara dengan kalian berdua." Kata Jaehwan pada Hoseok dan Yoongi.

Jaehwan kemudian menyuruh Yoongi dan Hoseok untuk ikut dengannya menuju ruangan kecil dekat lemari buku. Jungkook, Jimin dan Taehyung sedang duduk di sofa ruang tengah, tak jauh dari sana. Mereka bahkan bisa mendengarkan percakapan Jaehwan dan yang lainnya, walaupun agak samar.

"Aku ingin bertanya padamu dulu. Sejak kapan Seokjin minum pil anti depresi? Aku bahkan tidak tau jika Seokjin depresi." Tanya Jaehwan pada Hoseok.

Hoseok hanya bisa memejamkan matanya sambil menghela napas pelan, akhirnya hal yang berusaha dia sembunyikan selama ini ketahuan juga. Sedangkan Yoongi langsung membulatkan matanya menatap Hoseok,

"Depresi? Apa Seokjin depresi? Apakah parah?" Tanya Yoongi pada Hoseok

Hoseok terdiam. Sungguh dia tak ingin ada yang tahu kenyataan menyedihkan  ini. Seokjin mati-matian menyuruhnya untuk tak mengatakan hal itu pada orang lain. Seokjin tak mau dikasihani atau semacamnya. Namun apa daya? Saat ini Hoseok tak mungkin merahasiakannya lagi.

"Ya, itu benar." Jawab Hoseok sambil mengangguk pelan, membuat Yoongi memejamkan kedua matanya dengan erat.

"Sejak kapan?" Tanya Jaehwan lagi.

"Sejak 3 tahun yang lalu. Sebenarnya dibalik karirnya yang sukses, Seokjin mengalami trauma dan depresi akut. Dia harus mengunjungi dokter dan meminum pil anti depresi. Ketika malam hari, dia akan mengigau dan bahkan menangis sambil meneriakkan nama Namjoon. Terkadang dia tidak sadar, dan terkadang dia harus minum obat terlebih dahulu agar bisa tertidur."

Yoongi mengepalkan tangannya sambil menggigit bibirnya. Yoongi menahan tangis dan rasa sesak di dadanya. Rasanya sakit sekali mendengar kenyataan Seokjin menyembunyikan sakitmya sendirian tanpa berbagi pada siapapun. Seokjin bahkan harus membangun karirnya dengan keadaan seperti itu. Pantas saja dia langsung trauma seperti ini ketika melihat Namjoon.

"Kenapa kalian merahasiakannya?" Jaehwan kembali bertanya pada Hoseok.

"Karna Seokjin tak ingin membuat kalian khawatir, Seokjin tak ingin dikasihani. Aku mengerti mengapa dia menginginkan itu, kuyakin kita semua mengerti."

"Ya, kau benar. Tapi sekarang kita tau itu bukan solusi yang tepat. Jika di biarkan, itu bisa mengganggu karir Seokjin dan tentu saja mentalnya." Kata Jaehwan.

"Aku tau Jae, aku hanya sangat menyayangi Seokjin. Aku tak ingin dia menderita. Aku hanya ingin melihatnya tersenyum tiap hari, dia adikku satu-satunya." Kata Hoseok

"Tentu aku mengerti. Tapi yang tidak aku mengerti adalah, kenapa kau berbohong, Min Yoongi? Kau bilang Namjoon tidak akan datang malam ini." Tanya Jaehwan pada Yoongi.

"Aku memang bersalah. Awalnya aku tidak ingin mengundang Namjoon karena aku sudah terlebih dahulu mengundang Seokjin. Aku akan merayakan ulang tahunku dengan Namjoon di lain hari, tetapi aku.. entah mengapa muncul keinginan dalam hatiku untuk mempertemukan Seokjin dan Namjoon. Aku tidak tau bahwa Seokjin depresi. Jika aku tau, aku tidak akan mungkin melakukan semua ini. Maafkan aku.." Kata Yoongi sambil menangis. Yoongi sungguh tidak menyangka semua ini akan terjadi, dia sangat merasa bersalah.

Hoseok mengelus punggung Yoongi dengan pelan. Dia tak tega melihat sahabatnya yang selama ini sangat tegar dan tanpa ekspresi itu kini menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Jimin yang bisa mendengar semuanya dengan jelas pun hanya bisa memejamkan matanya sambil mendengus pasrah. Dia tak tega mendengar Yoongi menangis, dia sangat paham posisi istrinya seperti apa, serba salah. Jungkook yang juga bisa mendengar percakapan semuanya pun hanya bisa ikut menangis, sungguh semua ini melukai hatinya. Taehyung hanya bisa mengusap punggung Jungkook pelan.

"Tidak ada yang menyalahkanmu. Aku hanya ingin tau kebenarannya saja. Sekarang kita harus mendukung Seokjin, menjaganya dan memberinya perhatian." Kata Jaehwan.

"Aku tau. Terima kasih karena selalu menjaga Seokjin" Kata Yoongi.

Jaehwan mengangguk, tentu saja Jaehwan tak merasa keberatan sama sekali menjaga Seokjin. Itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai teman Seokjin.



^_^



Jaehwan melirik rak buku kamar hotel yang agak banyak itu. Jika Jaehwan perhatikan, kebanyakan adalah buku tentang filsafat, dan Jaehwan tak tertarik sama sekali. Jaehwan lalu melirik kamar Seokjin yang kini sudah terbuka lebar. Sejak Seokjin siuman 10 menit yang lalu, semuanya langsung masuk ke dalam kamar Seokjin tanpa terkecuali. Jaehwan tersenyum, ternyata masih banyak yang peduli pada Seokjin. Jaehwan memilih untuk menyendiri, dia memberi waktu kepada sahabat-sahabat Seokjin untuk menghabiskan waktu khusus bersama Seokjin, Jaehwan akan menyusul nanti. Semua sepakat untuk tak bertanya hal aneh pada Seokjin, demi kesehatan wanita cantik itu.

Ponsel Jaehwan kembali berdering, menampilkan notifikasi pesan yang entah dinantikan oleh Jaehwan atau tidak.

"Terima kasih karna sudah menepati janjimu untuk memastikan Mingyu tidak hadir."

Jaehwan memicingkan matanya. Untuk pertama kali Jaehwan membalas pesan itu,

"Kenapa kau selalu menyeret Mingyu? Dan kenapa kau bisa tau Mingyu tidak hadir di pesta? Aku belum memberitahumu soal itu"

"Kau akan tau nanti."

"Aku menagih janjimu. Kita harus bertemu setelah ini. Kapan kita bisa bertemu?"

"Tentu saja, tapi kau belum menepati janjimu yang paling penting, Lee Jaehwan."

"Janji apa lagi? Bukankah semua sudah ku tepati?"

"Kau belum memberi kabar, apakah Seokjin mendapatkan promosinya di Hamora atau tidak?"

"Kenapa kau sangat ingin tahu itu?"

"Jawab saja pertanyaanku atau kesepakatan kita batal."

"Ya, Seokjin mendapatkan promosinya 4 hari yang lalu. Minggu depan dia akan pindah ke Hamora."

Jaehwan terdiam. Setelah mengirimkan pesan terakhir, sempat tidak ada balasan dari orang misterius itu selama beberapa menit. Namun akhirnya orang misterius itu kembali membalas.

"Baiklah, kita akan bertemu besok lusa di kafe orion jam 2 siang. Sampai jumpa, aku akan menepati janjiku."

Jaehwan langsung menyimpan ponselnya di dalam saku celananya. Jujur saja Jaehwan sangat penasaran dengan identitas orang misterius itu.

I WANT YOU, Kim Namjoon! BOOK 2Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora