6. Kilas Balik

55 5 6
                                    

          Malam hari adalah saat yang paling tepat untuk mengeluhkan perasaan kita pada rembulan di langit, saat yang paling tepat untuk menyesali perbuatan kita di masa lalu, juga saat yang paling tepat untuk melupakan kejahatan seseorang dan diganti dengan pikiran baik. Setiap orang pasti sudah berusaha untuk bersikap baik, meski kadang-kadang tidak mendapatkan balasan yang baik juga. Setiap manusua ingin menjadi manusia terbaik di hadapan yang kuasa. Semua orang dapat berusaha, namun---tidak semua orang dapat mencapai keberhasilan.

Seperti hari-hari yang lalu. Setiap malam. Setiap saat, setiap detik Sona termenung menyesali kematian putri-nya beberapa tahun lalu. Sona berdiri di dekat jendela terbuka, menyambut udara dingin malam hari. Ia terus berpikir dan kembali merasa gagal menjadi ibu yang baik, meski kelahiran putrinya adalah maut bagi ayahnya sendiri.

Enam bulan sejak meninggalnya Alok, Sona melahirkan bayinya yang cantik. Kebahagiaan dan juga kesedihan terlihat jelas di wajah Sona. Ia menitihkan air matanya, "Putriku ...,"

Deija tersenyum mengelus puncak rambut Sona. "Nak, nama apa yang akan kau berikan untuk putrimu itu?"

Sona tersenyum, "Kayyakshi Bose,"

Sejak kelahiran Kayya, Sona tak henti-hentinya melimpahkan kasih sayang pada putri semata wayangnya. Kayya adalah sumber kebahagiaan semua orang. Yang paling miris adalah kata pertama yang Kayya ucapkan, "Ayah,"

"Kayya," gumam Sona dengan bibir bergetar. Sona menyandar pada dinding dengan tubuh bergetar hebat. Bukan kedinginan, tapi sesak. "Maafkan ibu, Kayya sayang," gumam Sona sekali lagi.

Saat Kayya berusia 8 tahun, Karan pulang dari studi-nya di luar negeri. Selama 10 tahun, Karan melanjutkan pendidikan di luar negeri atas keinginan Sona. Sona menegaskan yang terjadi padanya tidak boleh terjadi pada siapapun juga. Alasan itulah yang membuat Karan terkejut ketika ia pulang.

"Kakak, siapa itu?" tanya Karan ketika ia melihat Kayya yang sedang bermain.

Sona tertunduk, "Dia putriku. Kayya," jawab Sona tanpa memandang wajah Karan.

Karan kaget bukan main. Ia tak habis pikir Kakaknya sudah menikah secepat ini. "Jadi Kakak sudah menikah? dengan Kak Sidharth?"

Sona mulai menitihkan air matanya. "Kami tidak menikah tapi kami punya anak, Karan,"

Karan menaikkan sebelah alisnya.

"Dia meninggalkanku." Sona terisak. "Karena Sidharth, ayah tidak bersama kita lagi, Karan! Maafkan aku." Sona menangis tersendu-sendu.

Karan mendekati Sona lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang; begitupun sebaliknya. "Kakak, kepergian ayah bukanlah karena Kak Sidharth ataupun putri kakak. Ini sudah takdir, aku harap Kakak bisa bersabar,"

"Kayya membutuhkan seorang ayah, Karan. Sedangkan Sidharth tidak mau bertanggung jawab, setidaknya ia punya tanggungan sebagai ayah kandung Kayya,"

Karan melepas pelukan lalu menatap Sona. "Kakak, lebih baik Kayya tidak punya ayah sama sekali. Kau tidak mengerti pria semacam itu. Jika Kayya membutuhkan sosok ayah, aku sebagai adik kandungmu siap menjadi ayah Kayya. Aku adalah ayah Kayya," Karan tersenyum.

Sona tersenyum haru sembari memeluk Karan. Kayya yang melihat ibunya dipeluk oleh seorang pria itupun mendekat. "Ibu," panggil Kayya dengan polosnya.

Sona dan Karan melepas pelukan lalu menyeka air matanya. "Iya, sayang," Sona menekuk lutut agar sejajar dengan tubuh mungil Kayya---tersenyum.

Kayya menatap Karan lekat lalu menatap Sona. "Siapa paman ini, ibu?" tanya Kayya.

Sona menatap Karan sejenak, "Emm, dia paman Karan. Dia akan tinggal disini dengan kita." jawab Sona berusaha tersenyum dihadapan Kayya.

Karan juga menekuk lutut lalu memegang pundak Kayya. "Hai, siapa namamu?" tanya Karan tersenyum pada Kayya.

"Halo, paman. Namaku Kayya,"

"Emm, Kayya mau menjadi teman paman?" Karan menunjukkan jari kelingkingnya.

Kayya melirik Sona sejenak untuk meminta izin, Sona mengangguk. "Teman!" balas Kayya membalas jari kelingking Karan.

Sejak saat itu, Karan sangat menyayangi Kayya layaknya ayah kandung Kayya. Mereka kerap terlihat bersama di taman dan tempat bermain anak-anak dan itu membuat rasa hancur Sona berkurang sedikit. Satu bulan sejak kepulangan Karan, Karan mengurus bisnis Bose Entertaint Group---perusahaan yang dibangun oleh Alok dari nol. Berkat kerja keras Karan, karan dapat memperluas jangkauan pemasaran dan semakin sukses. Bahkan, Karan dan keluarganya kerap tampil di majalah dan televisi yang membuat Hema menyesal telah meninggalkan keluarganya dulu.

Selama beberapa tahun belakangan ini, suami kedua Hema bangkrut dan meninggal dunia. Kini tinggal Hema yang pontang-panting mencari uang untuk kebutuhan hidupnya bersama Kinjal---putri kedua Hema setelah Sona. Kinjal anak yang cantik sejak kecil, namun ia punya sedikit masalah dengan jantungnya yang suatu saat nanti bisa merenggut nyawanya. Hema terus mencari alamat keberadaan Karan dan Sona sampai ia berhasil menemukan.

Ting tong. Ting tong.

Karan, Sona dan Kayya yang sedang bermain di halaman belakang mendengar bel pintu berbunyi. "Kakak, coba kau lihat siapa yang datang. Mungkin Neeta," ucap Karan dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Sona hanya menggeleng perlahan dengan ucapan Karan, "Apa tidak ada hal lain yang bisa kau pikirkan selain Neeta?"

Karan hanya menyerngai kuda. Sona beranjak dan membuka pintu.

TAAR!

Dada Sona kembali sesak. Ia melihat sosok yang selama ini sangat ia benci. Dengan kesenangan atau kebencian yang harus Sona tunjukan, Sona kembali mengingat perlakuan Hema dulu.

Sona hanya diam melihat kondisi Hema sekarang. Ia berdiri seperti wanita yang sakit-sakitan dan disebelahnya ada seorang gadis kecil yang cantik. Mungkin itu putri Hema.

"Siapa yang datang, Kak?" tanya Karan menyusul Sona.

Karan tersenyum melihat Hema datang, ia begitu prihatin dengan kondisi ibunya saat ini. Dengan tangkas ia memeluk Hema, "Ibuu, bagaimana kabar ibu, aku sangat merindukan. ibuu," ucap Karan yang membuat Hema semakin merasa bersalah.

"Ka-Karan, putraku," gumam Hema yang terdengar sangat jelas di telinga Sona.

"...," ucap Sona dengan mata tajamnya.

__________

Yuhuuu! jangan lupa vote!

UffWhere stories live. Discover now