1. Sona Benci "Ibu"

122 9 0
                                    

     Karan berjalan di loby, ia dihampiri oleh asistennya, Rohan. Rohan menyodorkan sebuah dokumen bersampul biru, Karan menerima dokumen tersebut dan membukanya, tersenyum.

"Pak, proyek pembangunan kita benar-benar sukses besar, kita juga mendapatkan keuntungan yang besar untuk proyek pertamamu. Aku ucapkan selamat padamu, Pak!" ucap Rohan menjabat tangan Karan.

"Ini semua berkat kerja keras kalian semua," ucap Karan.

"Selamat, Pak Karan,"

"Selamat,"

"Semua ini berkat kerja keras anda, Pak!"

"Ini adalah keberhasilan kalian, aku merasa bangga. Bulan ini kalian akan mendapatkan bonus." ucap Karan lalu melanjutkan perjalanannya

Semua staff bertepuk tangan.

"Boss kita sangat tampan!" ucap seorang staff wanita.

"Aku ingin mendaftar sebagai istrinya," ucap staff yang lain.

"Dia juga sangat murah hati,"

"Boss kita yang terbaik!"

Begitulah keseharian Karan dimulai, dengan pujian dari para staff yang mengagumi-nya secara terang-terangan.

Pria bertubuh pendek itu berjalan santai menuju lift untuk ruangan-nya yang terletak di lantai 15 dari 16 lantai yang ada, keheningan terus menyertainya. Ia keluar dari lift, berjalan sejenak dan membuka pintu, tujuan utamanya adalah telpon. Entah mengapa, telpon adalah benda favoritnya saat ini.

Tanpa basa-basi lagi, Karan berjalan menuju jendela outdoor dan memencet beberapa digit nomor dari handphone android-nya.

"Hallo," panggil Karan dengan suara beratnya.

"Iya, Nak," balas seseorang dari seberang sana.

"Nenek, besok aku akan menjemput-mu, sudah seminggu sejak Nenek pergi, aku sangat merindukan Nenek,"

"Karan, Nak. Nenek baik-baik saja, kau tidak perlu mencemaskan nenek. Lagipula, Bibi-mu merawat Nenek dengan baik," ucap Nenek kesayangan Karan.

"Tidak, pokoknya sekarang Nenek harus bersiap-siap, besok pukul 9 aku akan menjemput Nenek," tukas Karan.

"Ta-tapi, Nak. Nenek---,"

"Sampai jumpa." ucap Karan lalu detik selanjutnya ia mematikan telpon.

Karan melanjutkan pekerjaan-nya hingga malam hari, sebenarnya ia ragu akan pulang terlambat, tapi bagaimana lagi, pekerjaan ini sangat penting dan harus selesai hari ini juga. Kini sampailah pada pukul 7 malam.

__________

Karan berdiri di depan rumah dengan ragu. Ia takut akan diomeli Ibu-nya karena pulang terlambat, tapi Karan memberanikan diri dan mengetuk pintu.

Tok Tok Tok.

Beberapa detik selanjutnya ...

Celkek.

Pintu terbuka, daaan ... siapa yang membuka pintu?

"Kakak, masuklah," ucap ramah gadis berusia 20 tahun yang tak lain adalah Kinjal, adik tiri Karan. Satu ibu namun berbeda ayah.

"Eh, Kinjal. Kau belum tidur?" tanya Karan, berusaha bersikap tenang sambil berjalan masuk kerumah.

Kinjal menarik napas. "Belum, aku tidak bisa tidur."

Karan duduk dengan sebuah dengkusan lelah, ia menyandar di sofa sambil meletakkan tas kerjanya.

"Kakak mau aku buatkan kopi?" tanya Kinjal dengan ramah, berusaha senyum semanis mungkin.

UffWhere stories live. Discover now