{44} posesif bestfriend

Start from the beginning
                                    

keringat dingin sudah membasahi tubuh tifa. ia harus menyiapkan nyali yang cukup besar. sebelum wahana dijalankan, tifa menghembuskan nafas besar.

orvin yang melihat pun langsung menggenggam tangan tifa dengan sangat erat. 

"kalau kamu gakuat, peluk aku aja hahaha." goda orvin membuat tifa langsung menjitak kepalanya begitu saja.

"kak den, kak dena kuat kan??" tanya tifa menoleh kearah dena sebelum wahana dimulai.

"gue tuh paling demen sama yang kayak ginian tif." ujar dena tersenyum senang.

baru kali ini tifa bisa melihat senyum dena yang benar-benar tulus ia pancarkan. perlahan wahananya mulai berjalan. 

belum ada apa-apa, tifa sudah refleks memeluk orvin begitu saja. terdengar teriakan dari seseorang yang menaiki wahana tersebut.

"VINNNNN LO KUAT BANGET SIIII!!" teriak tifa yang sedang memejamkan matanya.

"HAHAHA, LO TUH YANG CUPU TIF, BUKA MATA LO, SERU BANGET INII." balas orvin tertawa kencang.

permainan seperti inilah yang sangat disukai oleh orvinio tinaga. nyali yang begitu besar sudah ada pada dirinya sejak kecil.

setelah permainan selesai, mereka semua pun turun dan gantian untuk kloter selanjutnya.

"gila-gila, seru abesss." ucap dena menepuk bahu tifa.

"parah kak, tifa gakuat hahaha." tifa kini tertawa miris melihat keadaannya sekarang.

tak terasa sudah hampir 5 jam mereka menaiki wahana-wahana yang berada di dufan.

kini sudah masuk adzan maghrib, akhirnya orvin dan tifa pun memutuskan untuk sholat terlebih dahulu setelah itu baru makan.

"kak den?? ga sholatt??" tanya tifa yang melihat dena tengah berdiri teridam.

"mm.." dena hanya bisa menggigit bibir bawahnya saja.

"kakak halangan??" tanya tifa memiringkan kepalanya.

ucapan tifa dibalas gelengan oleh dena. tifa yang melihat pun semakin bingung.

"kenapa kak?" tanya tifa kembali.

"gue gatau caranya sholat tif, selama ini gue gapernah sholat." ujar dena malu dan langsung menundukkan kepalanya.

mata tifa membulat begitu saja mendengar pernyataan dari dena. tifa menghela nafasnya besar.

"yaudah, tifa ajarin ya kak." ucapan tifa langsung dibalas anggukan oleh dena. 

selama ini ia memang tidak pernah melaksanakan ajaran-ajaran agama, mungkin itu yang membuat dena semakin merasa berat menghadapi berbagai macam ujian.

dengan lembut tifa mengajari dena cara berwudhu terlebih dahulu. tifa sama sekali merasa tak terbebani bila harus mengajarkan ini kepada dena.

saat dena diajari untuk cara melaksanakan sholat, air matanya pun terjatuh kembali. sudah selama ini ia hidup didalam neraka, yang didalamnya tak pernah ada kata nyaman.

"makasih ya tif, lo udah mau ajarin gue jadi yang lebih baik, gue yakin suatu saat gue punya kebahagiaan tersendiri." ujar dena tersenyum memelas.

"iya kak, kak dena sementara ini tidur dirumah tifa dulu aja ya." saran tifa yang langsung membuat dena membulatkan matanya sempurna.

"engga tif, gue bisa tidur dibawah jembatan layang kok." balas dena dengan santai.

"gini deh, kaka tinggal dirumah tifa yang satunya aja ya, soalnya tifa besok juga harus pergi, jadi kakak bisa tinggal dirumah yang satunya. disana juga ada bibi sama pak damang." jelas tifa.

me or her? [END]Where stories live. Discover now