1. Tentang Dia dan Senja

881 72 1
                                    

Ketika para remaja tamat SMA pada umumnya sibuk berlomba-lomba untuk masuk ke Universitas paling bergengsi, ternama, bahkan demi sebuah gengsi banyak juga yang memilih kuliah di luar negeri, tetapi tidak halnya denganku.

Aku justru mengakhiri masa lajangku di usia yang masih sangat belia. Jangan salah, aku tidak MBA loh alias Married By Accident. Atau mungkin dijodohkan? Ach ini malah lebih ngaco. Orang tuaku adalah orang tua yang memiliki pemikiran cukup modern untuk menjodoh-jodohkan putri semata wayangnya.

Aku menjalani pernikahan dini juga bukan karena orang tuaku tidak mampu membiayai sekolahku setinggi-tingginya. Papaku adalah founder Attila Company, sebuah perusahaan swasta besar yang bergerak di bidang medis, agrobisnis dan konstruksi di negara ini. Mamaku adalah seorang sosialita yang dermawan, yayasannya di mana-mana. Kegiatan sehari-harinya selalu berhubungan dengan kegiatan amal dan sosial. Jika berbicara soal biaya pendidikan, aku sama sekali tidak kekurangan dalam hal materi.

Namaku Lembayung Attila. Usiaku saat ini 21 tahun. Penyuka senja, warna jingga, matahari terbenam dan pizza. Aku sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat pandai dan lucu. Usia buah hati pernikahanku dengan suamiku sudah dua tahun, namanya Dirga Wiratama.

Suamiku bernama Reza Wiratama usianya empat tahun lebih tua dariku, usia tepatnya adalah 25 tahun. Dia bekerja sebagai staf administrasi perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembiayaan dan asuransi.

Mas Reza tidak mengizinkanku bekerja di luar rumah. Dia lebih suka melihatku berada di dalam rumah sambil mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, bahkan tidur seharian pun tidak dilarang, asal tidak disibukkan dengan aktivitas di luar rumah.

Kami memutuskan untuk menikah di usia muda setelah menjalin hubungan selama satu tahun. Dia pacar sekaligus cinta pertamaku. Saat Mas Reza menyelesaikan kuliahnya dan mempunyai pekerjaan, dia bertekad melamarku.

Orang tuaku tidak menyetujui pernikahan kami. Bahkan sampai detik ini pun Papa tidak pernah mau melihat wajah Mas Reza lagi setelah menikahkanku. Oleh karena Papa tidak menyukai pernikahanku dengan Mas Reza, maka pernikahan kami hanya berlangsung sederhana tanpa ada pesta meriah layaknya pesta pernikahan pada umumnya.

Setelah menikah, Mas Reza dan aku memutuskan pindah ke Bandung, meninggalkan hiruk pikuk ibu kota. Dari situlah Papaku menjadi semakin membenci mas Reza, karena menganggap mas Reza sudah merebut putri tunggal yang beliau harapkan akan menjadi penerus kerajaan bisnis Attila Company. Menurutku itu berlebihan. Bukankah memang seharusnya istri harus patuh kepada suaminya, dan ikut kemanapun suaminya pergi.

Papa sudah menawarkan posisi paling penting di perusahaan, juga berbagai fasilitas mewah kepada Mas Reza, tapi Mas Reza menolaknya dengan halus. Papa menganggap Mas Reza itu sombong dan angkuh. Padahal niat mas Reza kan baik, kebetulan juga mas Reza sudah mendapat pekerjaan di Bandung, jadi tidak mungkin kalau harus mondar mandir Jakarta-Bandung setiap harinya. Kami juga ingin bisa hidup mandiri tanpa segudang fasilitas mewah yang ditawarkan oleh papa.

Tiga tahun terlewati dan aku sudah mempunyai buah hati, Papaku masih tidak mau menerima Mas Reza sebagai menantunya. Jadi setiap sebulan sekali, sopir pribadi Papa akan datang menjemput Dirga untuk menghabiskan waktu bersama dengan Oma dan Opanya di Jakarta.

Aku jarang ikut, karena tidak enak pada suamiku jika harus meninggalkannya lama-lama. Apalagi semenjak anakku sudah tidak ASI lagi, aku sudah tidak pernah ikut ke Jakarta. Mungkin sudah sekitar enam bulan ini aku tidak pernah pulang ke rumah orang tuaku di Jakarta.

Mas Reza bukan type suami yang kolot, dia masih mengizinkanku untuk berhubungan dengan sosial media, sekadar jalan-jalan hingga shoping di mall, mengikuti trend fashion atau apalah yang berhubungan dengan kekinian.

Handsome Doctor for Pretty CEOOnde as histórias ganham vida. Descobre agora