Perlakuan kasar (2)

2.3K 55 4
                                    

Maaf kalo narasi dan dialognya itu-itu aja. Saya update ini sebelum mengetahui bagaimana cara menulis yang benar. Mohon pengertiannya😶

●●●

Alief tertidur di sebelah Rara dan memeluk wanita itu.
Rara membuka matanya perlahan. Dia melihat Alief yang sedang memeluknya.
"Al ...," gumam Rara menggoyangkan lengan Alief. Alief membuka matanya dan menatap Rara di sebelahnya.

"Apa?" tanya Alief serak. Rara menatap Alief lama.
"Bangun, udah shubuh," ucap Rara melepaskan pelukan Alief.

"Sekarang jam empat, dasar bodoh!" bentak Alief seraya membelakangi Rara. Wanita itu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah keluar kamar mandi. Rara memakai mukena yang ada di sana. Alief menyalakan handphone-nya lalu menyetel musik.

Rara berjalan ke arah Alief. Dia mengambil handphone-nya. Lalu mematikan musiknya. Alief menatap tajam Rara.

Entah kenapa. Rara nampak berani kepada Alief sekarang.
"Ngapain kamu?!" bentak Alief seraya berdiri.

Plakk
Satu tamparan di muka Rara. Alief merebut handphone-nya. Lalu berjalan ke arah pintu.

"Alief ...," lirih Rara yang menunduk dan memegang pipinya.
"Maaf," ucap Rara. Dada Rara semakin sesak. Alief terdiam di depan pintu.

"Jangan urusin hidup saya!" bentak Alief membanting pintu. Alief pergi ke arah kamar di sebelahnya. Ya, itu adalah kamar wanita murahan itu.

Alief berjalan ke arah ranjang. Lalu melempar tubuhnya ke kasur. Wanita yang ada di sebelahnya menghampiri Alief.

"Sayang? Kamu kenapa?" tanya Wanita itu memeluk Alief yang terbaring. Wanita itu bernama Jasmine.

"Jangan ganggu saya!" bentak Alief menghempas Jasmine sampai terjatuh. Wanita itu memanyunkan bibirnya lalu berdiri.

"Sayang ... Kamu udah move on ya, dari aku. Gara-gara wanita kampungan itu?" tanya Jasmine duduk di sebelah Alief. Namun, pria itu tak merespon.

"Kamu janji kan? Mau nikahin aku, setelah kamu cerai sama Wanita kampungan itu?" tanya Jasmine mengusap baju Alief yang tengah berbaring.

"Saya tidak berjanji. Saya tidak mau menikah dengan wanita murahan seperti anda. Mau ditaruh di mana muka saya?" jawab Alief

"Tapi, Al kamu udah janji," ucap Jasmine memelas. Alief beranjak ke arah pintu. Namun, dicegah Jasmine.

"Stop, Al aku hamil anak kamu!" teriak Jasmine membuat Alief terdiam sejenak. Dan memutar badannya menatap Jasmine.

"Bodoh!" Bentak Alief seraya berjalan ke luar Jasmine tampak marah. Lalu mengeluarkan pisau dan mengikuti Alief dari belakang.

"Gue gak biarin lu bahagia, Al," batin Jasmine berjalan dengan pisau di genggaman nya.

Alief kembali ke kamar dan mendapati Rara yang duduk didekat jendela. Alief berjalan menuju Rara. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Alief terkejut saat melihat Jasmine mengangkat pisau ke atas.

"Stop!" teriak Rara memegang tangan Jasmine yang sepuluh cm lagi mengenai hidung Alief. Rara mulai tak kuat lagi menahan tangan Jasmine.

Jasmine mengarahkan pisau itu ke wajah Rara sekarang. Alief merebut pisau dari genggaman Jasmine. Namun, tangan Rara tergores pisau karena Jasmine.

Darah mulai mengalir dari tangan Rara. Alief menyobek hordeng di sana. Lalu melilitkan ke tangan Rara.

"Sakit?" tanya Alief seraya melilitkan kain itu. Jasmine nampak marah dan berlari keluar. Alief membiarkan Jasmine pergi.

Alief nampak sibuk mengobati tangan Rara yang terluka. Rara hanya menatap Alief dengan senyuman kecil.

"Masih sakit?" tanya Alief membetulkan lilitan kain itu. Rara menggeleng pelan. Ada darah dikemeja Alief. Mungkin itu darah yang tadi mengalir di tangan Rara.

"Sekarang kita pulang, bereskan barang-barangmu," ucap Alief melangkah menuju kamar mandi. Rara hanya mengangguk dan merapihkan barang-barangnya.

Alief keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju sofa dekat jendela. Rara langsung berjalan ke kamar mandi.

Handphone Rara berdering. Namun, Rara tidak ada disana. Alief kesal dengan suara nyaring itu lalu mengangkat telpon nya

[Hallo siapa?]

[...]

[Vino? Vino mana?]

[...]

[Saya Alief]

[...]

[Saya sibuk, jangan telpon istri saya lagi!]

Tut tut

Rara dan Alief bergegas ke dalam mobil. Dengan memegang dua koper Rara berjalan ke arah mobil. Alief hanya fokus ke handphone-nya

"Bisa cepat?" Tanya Alief tanpa melihat Rara yang kesusahan. Pria itu memutar bola matanya dan berjalan ke arah Rara.

"Berikan!" Bentak Alief seraya merebut koper dari tangan Rara. Wanita itu hanya menggeleng dan terus menunduk.

Aliefpun tampak kesal lalu menggendong Rara beserta kopernya dan ditaruhnya di bagasi. Alief menutup pintu bagasi sedangkan Rara masih berada di dalam.

"Alief bukain," ucap Rara pelan. Namun Alief tak memperdulikannya. Rara terus menggedor pintu bagasinya.

"Pak jalan," ucap Alief dengan senyum miringnya. Rara terus menggedor bagasinya hingga Alief kesal.

Selesai sudah perjalanan. Rara segera keluar dari ruangan sempit itu. Rara nampak kesusahan dengan barang-barang nya. Namun Alief masih tidak memperdulikan wanita malang itu.

Rara pun berhenti saat ponsel nya berdering dan mengangkatnya.

[Vino!]

[...]

[Tapi Vin, aku udah pindah rumah]

[...]

[Perumahan di jalan puspita no 23]

[...]

[Aku tunggu]

Tut tut

Rara tersenyum bahagia. Terlihat di wajah Alief yang tidak suka ada orang yang membuat istrinya bahagia. Alief berjalan menuju Rara dan merusak ponselnya.

"Alief ," ucap Rara menggelengkan kepala saat ponselnya di injak oleh Alief. Lagi-lagi terukir senyum miring di wajah Alief.

"Di sini kamu jangan panggil nama saya. Panggil saya, Pak Alief terhormat" Bisik Alief ke telinga Rara. Rara mengangguk patuh.

"Ponselmu saya ganti. Dan jangan panggil saya Tuan kalau ada Mama," ucap Alief mengangkat dagu Rara. Wanita itu hanya bisa mengangguk.

"Baik Pak," ucap Rara. Alief meninggalkan Rara sendiri di luar. Saat Rara memasuki kamar, Alief menghadangnya masuk.

"Pembantu jangan masuk ke kamar majikan," ucap Alief yang masih sibuk dengan laptopnya. Rara kembali mengangguk dan berjalan ke arah kamar pembantu

Marriage Without Love (VersiGantungEnding)Where stories live. Discover now