Berpayung Peluh

7 2 0
                                    

Teruntuk kami,
Para pekerja yang tak mengenal hari.

Dalam rumah, kami bisa mati meski bukan karena sebuah pandemi. Kami mati karena kekurangan gizi dan nitrisi. Berjuang sendiri, untuk biaya sehari-hari.

Kami menjual tulang punggung untuk sesuap nasi, apa daya diri kami? Dari pagi ke pagi tak ada pemasukan sama sekali.  Kami mengeluh pada Sang Ilahi Robbi karena tetangga sebelah sudah tak manusiawi. Membuang sebungkus nasi hingga menjadi basi. Membuang sayur-mayur karena sudah makan daging sapi.

Kami berpayung peluh di atas ibu pertiwi. Mengharap sehat untuk anak-cucu kami. Tak terlihat sebagian dari kami di telivisi, sosok wanita paruh baya memulung nasi basi. Tak terdengar sebagian dari kami di radio ini, satu keluarga mati karena malnutrisi.

Sekian dari kami yang terbelakang ini, salam untuk duka yang tak terbendung lagi.

/xvi/

Good Bye not Good BoyWhere stories live. Discover now