13

866 150 21
                                    

Jika sedang tidak ada jadwal, biasanya Wonho akan pergi ke gym. Tapi semenjak pindah, dia lebih memilih menghabiskan waktu luangnya di apartemen.

Sebenarnya Wonho masih kesal kepada Hyungwon yang hampir saja mengusirnya lantaran membawa seekor anak kucing. Dia sempat menghindari laki-laki itu. Sayangnya, Hyungwon tidak peduli.

Wonho tahu sikapnya beberapa hari terakhir sangatlah kekanak-kanakan, namun dia tak punya pilihan lain. Dia ingin Hyungwon memperhatikannya, atau setidaknya meminta maaf.

Merasa aksinya percuma dan justru hanya merugikan diri sendiri, maka Wonho menyerah, dia memutuskan untuk berhenti mengabaikan Hyungwon.


















Seperti hari-hari sebelumnya, Hyungwon pulang dengan wajah lelah dan langsung duduk di balkon, menunggu matahari tenggelam. Kali ini bukan secangkir teh yang menemaninya, melainkan sekaleng beer yang ia ambil dari lemari pendingin.

"Having a bad day, huh?" tanya Wonho seraya duduk di kursi samping Hyungwon.

"Yeah," jawabnya tanpa mengalihkan atensi dari pemandangan di depan mereka. "Lo udah ga diemin gue?"

Wonho membulatkan mata, tidak menyangka Hyungwon mengatakan hal tersebut. "Lo nyadar?"

Hyungwon memiringkan kepalanya sedikit, "Bukannya kelihatan jelas? Lo menghindar dan nggak gangguin gue lagi."

"Tapi lo ga bilang apa-apa?!" sungut Wonho. Terkadang dia berpikir bahwa dunia ini tidak adil, ketika Hyungwon emosi, Wonho akan meminta maaf terus-terusan. Sedangkan saat dirinya kesal, Hyungwon tidak mengacuhkannya.

"Emang seharusnya gue ngomong apa?"

"Seenggaknya tanya gue kenapa, atau minta maaf karena lo ngelakuin kesalahan."

"Gue ga ngerasa ada salah tuh," ujar Hyungwon enteng.

"Lo marah-marah cuma karena kucing, bahkan hampir ngusir gue, dan lo ga ngerasa bersalah sama sekali?" Wonho mendengus, dia berusaha untuk tidak meninggikan suaranya.

"Kenapa gue mesti ngerasa bersalah?"

Wonho menarik napas panjang, tidak ada gunanya berbicara dengan Hyungwon. "Ya udah terserah."

Setelah itu, keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Minuman milik Hyungwon habis, dia pun beranjak menuju dapur dan kembali dengan dua kaleng beer.

"Nih," kata Hyungwon lantas menyerahkan salah satunya ke Wonho.

"Thanks."

Sejujurnya Wonho sudah lama sekali tidak minum-minum. Dia mulai menjalankan pola hidup sehat dua tahun yang lalu, rajin berolahraga, mengurangi junk food, berhenti merokok, dan menghindari minuman beralkohol.

Namun kali ini pengecualian, dia tidak mampu menolak tawaran Hyungwon. Lagipula, sekaleng beer tidak akan membunuhnya, menyebabkan mabuk saja tidak.

"Tadi pagi gue hampir telat ngantor," ucap Hyungwon membuka pembicaraan.

"I know."

"Ternyata sejak ada lo, gue jadi jarang kesiangan. Dan akhir-akhir ini gue kesusahan, soalnya lo berhenti ngetok pintu kamar gue," jelas Hyungwon.

"Lo ngerasa kehilangan?"

"Yes," sahut Hyungwon. "I mean, no."

Wonho terkekeh mendengar jawaban Hyungwon, "So?"

"Besok gue dinas ke luar kota. Gue takut ketinggalan pesawat karena keberangkatannya pagi. Makanya gue pengen minta tolong lo buat ngebangunin gue sebelum matahari terbit," lanjut Hyungwon, dia menoleh untuk melihat ekspresi orang di sebelahnya.

"Oke."

"Good."

"Selain bangunin lo dari tidur, gue juga bisa membangunkan sesuatu yang lain," Wonho mengulas seringai di bibirnya, membuat Hyungwon mengernyit.

Sepersekian detik berikutnya, Hyungwon menyadari apa yang dimaksud oleh Wonho. Kemudian ia melempar kaleng minuman yang telah kosong ke kepala lelaki itu. "Bangsat."

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora