06

1K 175 25
                                    

Sebelumnya kamar tamu apartemen Hyungwon hanya dipakai ketika ada anggota keluarga yang menginap. Tak heran ruangan tersebut berdebu lantaran terakhir kali ditempati dua bulan yang lalu. Hyungwon malas membersihkannya, namun demi menghargai penghuni baru, dia terpaksa begadang untuk menyapu dan mengepel agar kamar itu layak digunakan keesokan harinya.

Sekitar jam 5 sore, selepas Hyungwon pulang bekerja, Wonho muncul di lobi apartemen. Dia tidak sendirian karena ia meminta Gunhee menemaninya memindahkan barang.

Hyungwon membalas senyum Wonho lantas memberikan kartu akses dan password pintu apartemen. Jika kalian bertanya-tanya apakah Hyungwon ikut membantu, maka jawabannya adalah tidak. Dia memilih pergi ke kafe dan menunggu lelaki itu selesai merapikan bawaannya, memberikan privasi yang sebenarnya tidak diperlukan Wonho.

"Ternyata lebih bagus dari yang gue kira," komentar Gunhee sembari memperhatikan tiap sudut apartemen Hyungwon.

Wonho mengangguk, "Sebanding lah sama biaya sewa-nya."

"Terima kasih dong ke gue karena udah bantuin lo nyari tempat tinggal yang cocok."

"Iya, iya. Thanks, bro."

Gunhee memamerkan senyuman di bibirnya, "By the way, that Hyungwon guy kinda good looking thoㅡ"

"Tuh kan, gue bilang apa!" seru Wonho tanpa membiarkan Gunhee menyelesaikan ucapannya. "Sekarang lo ngerti kenapa kemaren gue berani muji dia ganteng di depan wajahnya langsung."

"Tapi lo gila, masa pertama ketemu udah ngomong gitu. Untung aja dia ga nganggep lo creepy."

Wonho mengedikkan bahunya ke atas dan meletakkan kardus berisi buku-buku di atas lantai kamar barunya.

"Kamera lo masih di apartemen gue, kapan mau diambil?" tanya Gunhee seraya menggeret dua koper berukuran besar milik Wonho ke samping kasur.

"Besok aja, pas mau ke studio gue mampir dulu," jawab Wonho.

"Barang-barang lo ga terlalu banyak ya ternyata," celetuk Gunhee.

"Ngapain bawa barang banyak, kan seminggu sekali gue bisa balik ke rumah."

Kampung halaman Wonho memang bersebelahan dengan kota yang kini ia tempati. Kalau tidak macet, mungkin ia dapat sampai di rumah orangtuanya dalam waktu kurang dari dua jam.

"Abis ini mau makan di luar ga?" tawar Gunhee, "Laper banget, ga sempet makan siang tadi."

"Boleh, gue juga laper."

"Sekalian ajak Hyungwon sana."

"Tadi gue liat dia bawa-bawa kunci mobil, kayaknya pergi."

"Yah.. sayang banget. Padahal gue pengen kenalan," sahut Gunhee sambil merengut, memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Nggak usah kegenitan, inget pacar lo!" sungut Wonho.

"Kan cuma kenalan? Dia temennya Jooheon, masa gue ga boleh temenan?"

"Alasan," cibir Wonho, kemudian ia keluar dari kamar untuk melihat-lihat unit apartemen yang akan ditinggalinya selama tiga bulan ke depan.

Wonho berjalan ke dapur, di sana ada mini bar yang warnanya senada dengan kitchen set dan sepertinya sering digunakan sebagai meja makan. Tidak banyak barang di dapur, hanya ada kulkas, microwave, kompor, serta peralatan memasak yang tampaknya jarang dipakai.

Setelah berkeliling ke balkon, kamar mandi, ruang cuci sekaligus tempat menjemur, Wonho duduk di sofa ruang tengahㅡyang juga merangkap ruang tamu. Apartemen Hyungwon cukup besar apabila ditinggali oleh satu orang, pantas saja dia menyewakannya.

"Baik-baik ya sama temen serumah lo. Jangan kurang ajar, ga semua orang bisa nerima lo apa adanya," ujar Gunhee yang duduk di samping Wonho.

"Kenapa lo tiba-tiba kayak nyokap gue sih."

"Oh iya satu lagi," ucap Gunhee, mengabaikan keluhan Wonho. "Kalau nonton porn, suaranya jangan kenceng-kenceng, ganggu banget."

"Sialan."

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang