Aku mendengus.

"Gue ada urusan kemari." Jawabku tak sepenuhnya bohong. "lagipula apa urusan gue dengan ngikutin lo?"

"Siapa tahu, lo penasaran sama hidup gue?" Alexander bersidekap.

Aku menggeleng, lalu tersenyum sinis.

"Ngomong sama tangan gue." Jawabku sengak, lalu berbalik arah untuk meninggalkannya.

"Hei, lo mau kemana?" ia mencekal tanganku lalu menariknya sampai aku kembali berbalik berhadapan dengannya.

"Apa'an sih!" Aku berusaha melepaskan tangannya namun sia-sia. Aku kesal karena setiap kali bertemu dia selalu menarik-narik tanganku. Apa dia pikir tidak sakit?

"Tadi 'kan gue udah bilang, kalau mau ngajak lo jalan-jalan." Jawabnya.

Aku menatapnya tak mengerti. Jadi apa maksudnya dengan mengajakku jalan-jalan, saat aku tak pernah mengiyakan apapun permintaannya. Dan.....apakah aku dan dia sedekat itu? sampai harus pergi 'jalan-jalan' berdua?

"Kalau diem aja berarti jawabannya iya." Tanpa menghiraukanku, Alexander menarik tanganku membawanya masuk ke dalam pekarangan. Membuka pintu mobilnya yang ternyata terparkir di situ, memasukkanku dengan mudah, memasang sabuk pengamanku, mengitari mobilnya dan sampailah dia dibalik kemudi. Tersenyum sinis padaku, lantas menghidupkan mobilnya dan menginjak gas seenaknya.

Sedang aku?

Aku hanya berdoa semoga saja ia tak membawaku masuk ke hotel, memperkosaku lalu membunuhku dan membuang mayatku di pinggir jalan.

****

Setidaknya aku sedikit bernafas lega saat ia menghentikan mobilnya di tepi jalan raya. Tapi bukan berarti aku bisa bernafas lega sepenuhnya. Karena sekarang hal lain di luar pemikiranku sedang terjadi. Dari apa yang aku lihat sekarang, Alexander membawaku ke sebuah ajang balapan liar di pinggir jalan. Sebuah pemandangan yang belum pernah ku lihat selain dari televisi.

Aku ragu-ragu untuk menurunkan kakiku saat dia membuka pintu mobil untukku.

"Gue nggak mau turun." Tolakku tegas. Namun bukan Alexander namanya jika tak memaksa. Seperti biasanya, tanpa persetujuanku ia menarik tanganku begitu saja berjalan membelah kerumuman orang-orang yang sedang asyik dengan dunianya. Minum, becanda tawa antara laki-laki dan perempuan. Dan yang paling membuatku kesal adalah para cewek disini memakai baju yang sangat tidak sopan.

"Hai...Al....!" seseorang berbadan kekar, bertato hampir di seluruh bagian tubuhnya kecuali di muka, bertindik banyak dan berambut cepak itu mendekati kami. "Bawa cewek baru nich?" ia lantas mengalihkan tatapannya padaku, dan aku yakin seribu persen jika ia menatapku dengan pandangan penuh nafsu.

Aku bergidik, perlahan merapatkan tubuhku pada Alexander dan bersembunyi di belakang tubuh bidangnya. Entahlah, meskipun aku tak bisa menjamin bahwa dia akan melindungiku, tapi setidaknya dari ratusan manusia di sini, Alexander-lah yang ku kenal.

Aku melirik Alexander yang menoleh ke arahku. "Sorry Mark, this is my girl. Lo nggak boleh deket-deket sama dia yah...?" ia tertawa setelah kembali menatap pria bertato yang bernama Mark tersebut.Meskipun aku tak terima disebut sebagai gadisnya, namun aku tak bisa melakukan apa-apa. setidaknya dia memang melindungiku dari mata brengsek cowok-cowok di sini.

Pria yang dipanggil Mark itu tertawa, lantas menepuk pundak Alexander pelan.

"Tenang, she is not my type!" jawabnya dan sekali lagi aku merasa jika posisiku mulai sedikit aman sekarang. Lagi-lagi aku mendengar seorang pria mengatakan bahwa aku bukan tipe-nya. Terserah! Dia pasti juga sependapat dengan pria di sampingku ini. Aku tidak sexy, tak memiliki payudara besar dan terlihat.......AMATIR!

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now