UNTUKMU

Dear, Pacar Pertama

Tahun 2007.

Saat itu, aku merasa sangat beruntung mendapatkanmu. Seorang laki-laki baik dan tampan sepertimu, yang sudah memutuskan untuk memilihku menjadi pasangannya.

Hari-hariku mendadak indah dan berwarna karenamu. Tidak ada lagi yang paling membahagiakan selain bertemu denganmu. Seiring waktu berlalu, kau membuatku mengenal kata rindu. Yang sangat sulit kupendam bila kuingat dirimu.

Rasanya tak ingin terpisah walau sedetikpun. Senyummu, candamu, kuingin selalu menikmati itu.

Kebahagiaanku saat bersamamu membuatku yakin untuk berusaha keras menjaga hubungan kita. Meski ada beberapa yang hadir untuk menggoyahkan hati, aku berusaha menutup mata dan hanya memikirkan kamu. Iya kamu. Hanya kamu.

Namun, tidak perlu menunggu lama, aku tau jika semua yang kulakukan selama ini salah. Berawal dari kabar yang berusaha aku bantah, hingga akhirnya aku mengetahuinya sendiri.

Kecewa! ya, kurasa aku sangat kecewa telah mempercayai orang sepertimu. Yang melakukan sebuah penghianatan dibalik topeng lugumu itu. Heum..  Ternyata aku salah memuja orang.

Tetap bersamamu bukan berarti aku bersedia menikmati luka dengan bertahan meski telah tersakiti. Namun, aku sedang mencoba mencari cara, bagaimana aku bisa membalas perbuatanmu yang sama sekali tidak bisa kuterima. Karena jika aku pergi begitu saja, jelas dia akan sangat bahagia. Dan aku tidak bisa menerima itu.

Kejam? Egois? katakanlah seperti itu. Tapi kuharap kamu memakluminya, karena bagaimanapun kamu yang sudah membuatku menjadi seperti ini. Menjadi manusia yang mulai detik itu tidak percaya lagi dengan kata 'SETIA'.

Mungkin caraku ini salah. Namun, kurasa kuharus melakukan hal yang sama sepertimu. Bermain hati dibelakangmu. Meskipun akan sama brengseknya, setidaknya aku puas. Karena kamu akan merasakan hal yang sama denganku.
DIHIANATI...

Bagaimana rasanya? Apakah itu SAKIT?

Sampai saat ini aku masih penasaran dengan perasaanmu saat itu. Kuharap sih iya. Semoga saja.
***