Oke! Untuk hal satu ini aku tak bisa menolak. Lagipula, Abian sangat membantuku saat mencarikan ku tempat kos. Meskipun tempat ini adalah hasil pencarianku sendiri, dan tidak ada di dalam list kos recomended-nya. Namun untuk urusan hal lain seperti angkat galon, menemani membuat tugas atau keperluan lainnya, Abian memang patut diandalkan.

*****

Aku menggertakkan gigi dengan kesal, melirik jam beker di nakas yang sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Dan apa yang dilakukan tetangga kos sebelahku???

Sejak setengah jam yang lalu, aku terbangun. Mendengar suara berisik dari kamar sebelah. Erangan yang panjang disertai lenguhan-lenguhan erotis yang membuatku jijik. Apalagi saat aku mendengar suara teriakan bernada puas dari suara lelaki dan perempuan di sana, semakin membuatku darah tinggi.

Kupikir setiap kamar disini kedap suara. Ya memang sebenarnya begitu, tapi yang tidak aku bisa ambil kesimpulan, kenapa mereka bercinta dengan pintu balkon yang dibiarkan terbuka? Apa memang tujuan mereka adalah agar seluruh penghuni kos disini mendengar desahan dan erangan erotis mereka seperti itu?

Aku memang tak memungkiri, dibalik setiap kos di seluruh dunia punya cerita masing-masing di dalamnya, dan beralih fungsi masing-masing. Ada tempat kos yang memang pure digunakan untuk istirahat melepas lelah setelah seharian penat di tempat kerja, untuk terus beribadah karena penghuninya taat beragama, tapi tak sedikit pula yang digunakan untuk hal-hal terlarang seperti nyabu, minum-minum, bercinta dengan pasangan mereka dan bahkan digunakan untuk kumpul kebo.

Memang sih, bagiku semua itu tak masalah. Semua orang punya hak sendiri-sendiri karena mereka memiliki privasi. Dan aku pun tak menyalahkan mereka yang menggunakan tempat kos untuk hal-hal negatif seperti itu. aku setuju-setuju saja, karena ya itu tadi, mereka punya hak atas diri mereka sendiri, selama tidak menganggu hidup orang lain. Tapi bukan berarti aku mengatakan bahwa kos dengan pengamanan dan jam malam ketat itu bukan masuk kriteriaku. Malah aku suka tempat seperi itu. privasinya terjaga dan lebih lagi, kita tak akan pernah makan ati dengan kelakuan tetangga sebelah kita. Bukan seperti sekarang ini, sebenarnya aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, tapi jika sudah menganggu seperti ini mau tidak mau aku harus menegurnya.

Aku menyingkap selimutku, menghidupkan lampu, mengambil jaket, memakainya, lalu berjalan setengah mengantuk ke arah pintu. yap, apa lagi yang akan ulakukan selain melabrak pasangan mesum tak beretika tersebut.

Tok...tok....tok...

Aku mengetuk pintu berwarna coklat itu dengan malas. Tentu saja malas! Siapa orang yang ingin menganggu kegiatan macam itu. Tapi seperti yang kukatakan tadi, mereka mengangguku!

Belum ada jawaban, dan belum ada tanda-tanda pintu dibuka.

Tok...tok...tok...

Sekali lagi aku mengetuk, dan kali ini sengaja sedikit lebih keras. Berharap sang empu kamar mau membuka pintu. persetan jika mereka terganggu, dan kesal karena permainan mereka ku jeda, karena aku benar-benar butuh tidur untuk kuliah pertamaku besok jam tujuh pagi.

Krieeeek.......

Dan berhasil!

Pintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyembulkan sosok cowok bertubuh tinggi berkulit kuning langsat, berhidung mancung, bermata tajam serta beralis lebat. Sebelah kiri telinga cowok itu terpasang tindik kecil.

Melihatku, dia sama sekali tak berekspresi, datar-datar saja. tak terlihat terganggu ataupun marah. Justru aku yang merasa sedikit gugup, berkali-kali ku remas ujung gaun tidur yang kupakai untuk menghalau degup. Degup yang datang tiba-tiba saat mata tajamnya menatapku dengan cara seperti itu. Pandangannya datar, namun itu berhasil membuat persendianku lemas dan jantungku memompa tak terkendali. Harus aku akui, sosok di depanku ini sangat tampan.

"Kenapa?" ia membuyarkan lamunanku. Wajahnya masih tetap datar, tanpa senyum, tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa malu sediktipun. Aku melirik ke dalam sebentar. Kulihat seorang cewek berambut sebahu tengah memposisikan dirinya setengah duduk di atas kasur dengan selimut yang menutupi dadanya. Namun aku hanya sekilas melihatnya, karena pemandangan di depanku cukup membuat aku tidak nyaman.

Bagaimana bisa nyaman jika cowok di depanku ini hanya memakai sebuah boxer tanpa memakai kaos. Memperlihatkan dada bidangnya yang sedikit berkeringat. Nafasnya naik turun sedikit memburu. Jelas ia baru saja melakukan sesuatu yang menguras tenaganya.

Aku membuang muka. "Bisa tidak suaranya dipelankan? Gue enggak bisa tidur." Jawabku cepat. ingin segera kembali ke kamar.

Cowok itu tak menjawab. matanya melongok ke luar pintu, ke arah kamarku. Mungkin sedang memastikan jika sekarang ada penghuni baru di sebelah kamarnya.

"Oke." Jawabnya kemudian lalu menutup pintunya rapat-rapat.

Aku mendengus kesal. Tanpa kalimat lain, tanpa permintaan maaf dia langsung menutup pintunya tak sopan. Andai saja aku lebih dulu berada di sini, mungkin aku sudah mengusirnya pergi. Tapi sekali lagi, setelah kupikir-pikir itu bukan urusanku.

Aku kembali ke kamar, menutup pintu rapat-rapat lalu kembali bergelung dengan selimutku. Sedikit senyum menghiasi bibirku setelah memastikan bahwa suara absurd yang kudengar tadi sudah tak ada. Mungkin mereka memang memelankan suaranya, atau mungkin pertempuran mereka sudah selesai. entahlah, yang jelas sekarang aku bisa tidu dengan nyenyak.

Tapi.....

Kegembiraanku hanya sesaat, karena pukul empat pagi. Aku kembali mendengar suara itu lagi. Astaga! Ronde ke-dua???!!!

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang