2.4K 371 58
                                    

Beberapa tumpuk kertas kini telah bertapa di atas meja. Padahal Jennie ingat, ada beberapa jadwal yang harus diubah dikarenakan ulah si brengsek Jung Jaewon yang mendatangkan orang gila ke kantor. Dan deadline dari tugas tersebut adalah seminggu ini, waktu yang bisa dikatakan sangat singkat untuk menyelesaikan semuanya mengingat akan banyak bentrok dan perubahan dari insiden tersebut. Tapi mengapa Ia menjadi malas untuk mengerjakan tugas yang telah dibebankan kepadanya tersebut?

"Erghhh!!!" Jennie menggeram dengan keyboards laptopnya yang Ia ketikkan dengan asal dan kuat. Wanita itu tak lama sedikit menjambak rambutnya sambil memijit pelipis.

"Why is that bitch here?"

Hanya itu pertanyaan yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Ia sama sekali tak menemukan jawaban mengapa wanita dajjal itu malah harus jadi rekan satu timnya. Mengapa harus di perusahaan ini?

Jennie mencoba mengembalikan fokusnya kepada pekerjaannya saat ini. Hingga tiba-tiba,

"Aw!"

Wanita dengan rambut tergerai itu hampir mengeluarkan sumpah serapahnya ketika merasai sesuatu baru saja terasa memukul kepalanya. Jennie berbalik, menemukan si es batu dari kutub timur yang kini berdiri di belakang kursinya sambil membawa satu buah map besar. Ia yakin, pria satu ini yang baru saja menimpukkan map besar tersebut ke atas kepalanya.

"Lo mau ngajakin gue berantem, ya? Gak bisa apa dengan cara yang sopan dan manusiawi?", belum apa-apa wanita itu udah ngedumel sendiri. Namun seperti biasa, seorang Jeon Wonwoo tak akan mungkin menggubris hal semacam itu.

"Mana jadwal artis hari ini?", tanyanya to the point sambil mengadahkan tangan, meminta hasil kerja Jennie terkait jadwal artis agensi tersebut hari ini dengan wajah tanpa ekspresi itu.

Baru disana, Jennie terlihat terdiam sejenak. Jadwal yang telah berantakan dan revisi yang sama sekali belum Ia buat. Apa yang harus Ia katakan pada pria menyebalkan di depannya ini?

"Gue berdiri disini bukan buat nungguin lo ngasih tugas ke gue. Mana?" pria dengan tatapan rubah itu kembali menagih tugas Jennie yang masih terdiam di tempat saat ini.

Wanita itu nampak menenggak salivanya. Memejamkan mata sebentar, Ia akhirnya mulai menjawab, "Gue harus revisi ulang".

Terlihat alis Wonwoo kini berubah. Satu buah pukulan dari map besar yang Ia bawa saat ini lagi-lagi menyapa kepala Jennie, membuat wanita itu kembali meringis.

"Aw! Wonu!"

Terbesit senyum super samar yang Wonwoo lontarkan ketika kembali mendengar panggilan tersebut. Namun mana mungkin Jennie akan menangkap senyuman tersebut.

"Lo kalo mau berantem sama gue ayok, deh! Sakit tau!", ujar gadis itu gemas sambil beranjak dari kursi kerjanya.

"Kenapa bisa revisi? Mau revisi ke mana? Lo gak tau kalo jadwal seluruh artis udah mentok? Mau ngorbanin jam tidur lo?" pria itu tiba-tiba menjadi cerewet dengan beragam pertanyaan yang Ia lontarkan kepada Jennie yang masih memasang wajah masamnya.

"Ihh! Gue gak tau! Tanya aja sama rekan playboy lo itu!" sahutnya dengan suara meninggi.

Mendengar ucapan Jennie barusan hanya membuahkan helaan nafas pendek dari Wonwoo.

[ BOOK 2 ] 7 RINGS : 1 R I N GWhere stories live. Discover now