“Kau tahu... maksudku seperti makan siang seperti ini... jika kau memang memiliki waktu,” ujar Harper buru-buru meralat ucapannya.

“Hei, aku tentu memiliki banyak waktu... Di sini sepertinya hanya kau yang tidak memilikinya.” Balas Brant.

Harper tentu sangat sibuk, ia menyadari akan itu, tetapi ia juga ingin menikmati waktunya untuk mengobrol santai dengan temannya seperti ini.

“Aku memilikinya... Yah... walaupun tidak banyak.” Ia tersenyum sebelum kemudian kembali berujar, “bila ada waktu lagi, apa kau tidak keberatan jika aku menghubungimu seperti tadi?”

Harper menghentikan langkahnya ketika Brant tidak menjawab pertanyaannya. Ia mencoba mencari-cari mata Brant dan malah menemukan Brant yang tidak lagi berada di sampingnya. Pria itu malah berhenti di pinggir jalan sembari mengamati sebuah toko buku di seberang jalan. Melihat itu, selanjutnya Harper berjalan menghampiri Brant.

“Hei?! Kenapa berhenti?”

Brant menggelengkan kepalanya mendengar teguran Harper yang membuatnya tersadar dari dunianya itu. Ketika berjalan dan mengamati jalanan sekitar sini, Brant melihat sebuah toko buku di seberang jalan... ingatannya kemudian melayang pada Aaron. Putra kecilnya yang begitu pintar itu, tidak ada salahnya bukan jika ia memberikan sesuatu pada Aaron, seperti buku bacaan untuknya? Mungkin dengan itu ia bisa membantu mengajarkan putranya untuk bisa membaca.

“Ahh... aku melihat toko buku di sana, dan aku ingat jika aku ingin mencari sesuatu di sana.”

“Begitu?”

“Ya.” Buru-buru Brant menambahkan, “jika kau tidak memiliki waktu, kau bisa pergi lebih dulu. Tidak apa bukan jika aku tidak mengantarmu ke rumah sakit?”

Sebenarnya Harper masih ingin menghabiskan sisa waktu makan siangnya dengan Brant. Ia menatap jam yang ada di lengan kirinya. Waktunya tidak banyak, tetapi ia masih ingin bersama Brant.

“Aku masih memiliki sedikit waktu. Ayo, pergi bersamaku.”

“Hei, tetapi bukankah kau harus segera kembali?”

“Tidakkah kau membutuhkan orang pintar sepertiku untuk menemukan sebuah bacaan? Ayolah! Aku akan membantumu.”

Brant menggeleng mendengar kepercayaan diri wanita itu. Ia kemudian tersenyum dan mengikuti Harper yang lebih dulu menyebrang jalan dan masuk ke dalam toko buku itu.

“Jadi apa yang kau butuhkan?”

Apakah tidak apa-apa jika Brant mengatakan ia membutuhkan buku untuk bacaan anak-anak? Bukannya ia merasa malu dengan itu, tetapi jika ia diminta untuk menceritakan tentang Aaron pada Harper, sepertinya ia tidak bisa melakukannya. Ia teringat akan Teressa yang memintanya untuk menyembunyikan semua ini dari siapa pun. Ahh, dan ia sudah lebih dulu mengatakan hal ini pada manajernya. Ia harus bisa tutup mulut sekarang.

“Buku bacaan... apa kau memiliki bacaan bagus untukku?” Dengan ini, Brant mungkin bisa mengalihkan perhatian Harper darinya.

“Aku memiliki beberapa, uhh... apa ya aku melupakannya...”

“Hei, kau mungkin bisa mencarinya lebih dulu, dan aku juga akan mencarinya di tempat lain, bagaimana?”

Harper mengangguk dan menyetujui perkataan Brant. Wanita itu kemudian segera berjalan pergi ke arah sebuah rak buku, sementara Brant dengan segera pergi menuju ke tempat buku anak-anak.

Ia terdiam sejenak memandangi sampul warna-warni mencolok dari buku-buku anak itu. Ia sedikit kebingungan, buku apa yang baik untuk putranya? Ia tidak tahu apa yang disukai Aaron... yang ia tahu... ia hanya menyukai Mamanya... Bibinya Emma... juga Popi?

Kau sepertinya benar-benar harus lebih mendekatkan dirimu padanya, Brant.

Brant mengamati, membolak balikkan beberapa buku, dan mencari hal yang sesuai untuk putranya.

Ia kemudian menemukan sebuah buku dengan judul Mengenal Musik. Kedengarannya buku yang menyenangkan? Ia selanjutnya mengambilnya.

Ia terus melakukan itu hingga ia menemukan lima buku... yang ternyata semuanya memiliki isi yang serupa, mengenai musik.

Ugh...

“Brant, aku menemukan satu favoritku.” Harper berjalan ke arahnya dan Brant terlambat untuk menyembunyikan buku pilihannya itu.

“Pfffttt apa kau begitu tergila-gila pada musik hingga tertarik dengan itu?” Tawa Harper pecah, sementara Brant hanya bisa tersenyum kecil. Rasa khawatir yang sebelumnya ia rasakan sepertinya tidak perlu ia pikirkan lagi karena Harper sepertinya tidak curiga dengan pilihan bukunya ini.

Brant menggaruk leher bagian belakangnya, tidak tahu harus membalas apa.

“Kau selalu saja bertingkah aneh haha...”

Tawa Harper mereda, ia kemudian menyodorkan sebuah buku pada Brant, “ini aku menemukannya, ku harap kau tidak tertidur ketika membacanya.” Brant mengangguk, kemudian menerima buku itu.

Pandangan Harper teralih pada jam tangan yang ada di lengannya, “uh... sepertinya aku harus pergi. Apa kau masih ingin di sini lama?”

Brant menggeleng, “tidak, aku akan segera pergi juga.”

“Baiklah kalau begitu aku akan menemanimu ke kasir.”

Selanjutnya, mereka berjalan ke arah kasir dan mengobrolkan sesuatu di sana. Mata Brant terpaku pada sebuah buku yang ada di rak kasir itu.

“Apa Anda ingin mengambil buku ini Tuan? Buku ini merupakan buku best seller terbaru mengenai bahasa isyarat.”

Pekerja kasir itu sepertinya tahu apa yang menarik perhatian Brant. Ah, mereka tentu dilatih untuk itu.

Ketika melihat buku itu, Brant memang teringat akan Teressa. Dan ia pikir ia perlu mengambilnya.

“Ya, aku ingin mengambilnya satu.” Harper melemparkan tatapan kebingungannya pada Brant ketika pria itu ingin membeli sebuah buku yang mengajarkan mengenai bahasa isyarat.

“Kau membelinya?”

“Ahh... akhir-akhir ini aku tertarik dengan bahasa ini.”

Harper hanya mengangguk memahami.

Setelahnya Brant mengantarkan Harper kembali ke rumah sakit dan hari itu Harper merasa sangat senang dapat menghabiskan waktunya dengan Brant.

“Ingat, jangan menolak ketika aku mengajakmu pergi lagi,” Brant tidak menoleh, ia hanya mengangkat Ibu jarinya ke udara sembari berjalan pergi meninggalkan Harper.

***




Emang alurnya kelamaan ya?
Kasih komen saran dan kritik :) makasih

Silent Secret [END]Where stories live. Discover now