Apa Lagi

689 89 3
                                    

Seperti apa yang telah di rencanakan Rayan akan di bawa oleh Papa Ardi untuk melakukan penghapusan tato.
Penyesalan tiada guna,  ya itu yang Rayan rasakan.  Melihat tangannya berbalut gambar membuat seketika dia merasa bahwa tidak bersyukur dengan apa yang Allah telah ciptakan untuknya.

Jika di luaran sana orang menganggap tato keren, maka Rayan orang pertama yang membantah itu semua.

Papa Ardi sudah memberitahu Rayan bahwa penghapusan tato memakan waktu yang cukup lama.  Dan memang sangat sulit untuk menghilangkan secara keseluruhan, Kerusakan kulit serta infeksi bisa saja terjadi, sangat banyak efek samping yang di dapat dalam menghapus taton, tetapi Rayan sudah membulatkan tekad apapun yang dia rasakan nanti dia tidak akan berhenti.

Siksa neraka belum ada apa-apanya di banding itu semua.  Betapa malunya kelak dia di akhirat membawa hal yang tidak Allah ciptakan.

Bukan hanya soal sakit, biaya juga menjadi pokok permasalahan.  Pembuatan tato mungkin terjangkau tetapi penghapusannya memakan biaya yang relatif mahal.

Rayan merasa malu saat Fahri kedapatan melihat tatonya.  Tingkah laku polos Fahri membuat Rayah merutuki dirinya sendiri.

Fahri berteriak heboh di dalam rumah sambil sambil menginginkan tangannya juga di gambar.

"Ayo," ajak Papa Ardi.

Rayan mengikutinya dari belakang.  Tidak semua Papa tiri jahat,  Rayan membuktikan itu.  Papa Ardi tidak pernah pilih kasih terhadap anak-anaknya.  Baik Rayan,  Riski maupun Fahri mendapatkan kasih sayang yang sama dan diperlakukan sesuai dengan usia masing-masing.

"Papa udah bilang kan kalau penghapusan tato itu sakit," lagi dan lagi Papa Ardi memperingati Rayan.

"Iya Pa,  tenang aja Rayan nggak bakalan nangis kayak anak kecil kok," balas Rayan sambil bercanda.

"Memang anak Mama Ira banget ya Nak,"

Papa Ardi tersenyum sambil mengsuap kepala Rayan.  Walaupun hal tersebut jarang dilakukan untuk usia Rayan ataupun Riski tetapi Papa Ardi tetap melakukannya.

"Oh ya, Papa udah lama pengen nanya.  Rayan mau lanjut kuliah lagi apa enggak? "

Rayan terdiam,  dia sudah lama tidak memikirkan pendidikannya.  Mungkin bagi orang di luaran sana menempuh pendidikan adalah hal yang di impi-impikan,  tetapi karena masalah biaya mereka harus mengurungkan niat itu.

Namun Rayan dulu begitu memiliki uang untuk melanjutkan pendidikan tetapi dia masih merasa kurang.  Begitulah kehidupan,  semakin mencari nikmat mencari nikmat maka akan selalu merasa kurang.

"Nggak usah, Papa terlalu berlebihan," jawab Rayan tidak enak hati.  Diberikan biaya hidup serta kasih sayang saja sudah sangat Rayan syukuri.

"Tidak ada berlebihan kalau untuk anak, Papa nggak memaksa tetapi yang jelas Papa sangat mengharapkan Rayan untuk meneruskan pendidikan selagi rezeki Papa dan Mama ada," jelas Papa Ardi.

"Riski juga tahun ini masuk kuliah Pa. Pengeluaran nanti malah bertambah kalau Rayan juga kuliah,"

Rayan tentu saja ingin menikmati masa pendidikannya yang belum selesai,  tetapi dia juga harus sadar diri.

"Insya Allah Papa sanggup nak,  Papa cari uang ya untuk kalian semua."

Dengan Ragu akhirnya Rayan setuju untuk melanjutkan pendidikannya yang terhenti selama satu tahun.

Mereka sampai di tempat penghapusan tato.  Begitu banyak orang yang mengantri, itu petanda bahwa tato hanya akan melahirkan penyesalan.

Mereka duduk di ruang tunggu, Papa Ardi sudah mendaftarkan Rayan secara online.  Di temani seperti ini dan di berikan kasih sayang membuat Rayan lupa bahwa laki-laki di sampingnya tidaklah ayah kandungnya.

Rayan Story (On Going) Where stories live. Discover now