Masa Rehab

677 94 3
                                    

Jazakumullah untuk yang sudah menunggu,  yang sudah bela-belain kirim pesan,  komen, dm bahkan chat di wa.
Insya Allah autor akan berusaha untuk mengupdate cerita ini
Semoga bisa mengambil hikmah ya🤗🤗
.
.

Ada rasa tidak siap dalam diri Rayan untuk menjalani rehab.  Dia tahu betul dampak terburuk jika tidak mengkonsumi barang haram itu, hanya saja kalau tidak sekarang maka kapan lagi dia akan melepaskan diri dari belenggu akar yang mengikatnya dengan kuat.

"Jangan takut nak,  Abah akan sering menjenguk.  Bawa ini."
Abah memberikan sebuah sajadah kecil, Al-qur'an serta tasbih yang semula berada di dalam tasnya.

"Untuk apa Bah? " tanya Rayan bodoh.  Dia seakan lupa apa gunanya benda yang diberikan Abah.

"Abah tidak memaksa,  jika sudah siap maka gunakan ini untuk mencari ketenangan," lirih Abah.

"Terima kasih Bah,  tetapi saya tidak yakin akan memakainya." Rayan mengambil benda-benda tersebut.  Tangannya merasakan sesuatu yang beda,  dia merasa hina menyentuh benda yang mulia itu.  Dia kotor dan menjijikan.

"Tidak apa-apa,  dengarkan apa yang dokter katakan.  Ingatlah Abah menunggu kamu pulang nak."

Kata-kata yang beberapa tahun Rayan rindukan,  kata-kata yang menggoncang egonya dan hatinya.

Rayan bukannya cengeng,  dia bahkan tidak mengeluarkan air mata saat sekarat,  hanya saja ketika ada yang menggoncang hatinya walaupun hanya dengan sebuah kata sederhana atau perlakuan sederhana sudah membuat matanya berkaca-kaca.

"Bah kalau saat rehab saya menyerah maka maafkan semua kesalahan saya. "

Menyerah?  Ya saat menyerah itulah jalan untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena tidak sanggup.

"Nak Abah tidak mengerti maksud dari menyerah itu seperti apa,  tapi yang Abah tahu kamu pasti bisa ngelewati semua ini.  Hati-hati dana jaga kesehatan,  Abah pamit dulu."

"Iya Abah, Hati-hati di jalan."

Abah memeluk Rayan, dia mencoa menguatkan sosok Rayan yang memperjuangkan hidupnya.

Keluar dari rehab hanya 3 jenis
1. Gila
2. Tinggal nama
3. Sembuh

"Assalamu'alaikum," salam Abah.

"Wa'alaikumsalam, " balas Rayan tersenyum.  Senyum lebar yang jarang dia lakukan.

Rayan menghela nafas panjang, dia masuk ke dalam ruangan Rehab.  Ada begitu banyak kamar sederhana dengan fasilitas tempat tidur,  meja, AC, dan lainnya. Tidak lupa kamar mandi yang berada di dalam,  tidak heran biaya yang di keluarkan Rayan cukup fantastik.

"Ini kamar Bapak. Silakan istirahat dulu Bapak Rayan,  untuk terapi akan mulai di lakukan besok pagi," ucap salah satu perawat yang membawa Rayan di kamarnya.

Dia meletakkan tas kemudian membaringkan tubuh di kasur yang sudah rapi.

Matanya terpejam,  seakan-akan mengingat lembaran kisah kelam hidupnya.

Wajah sosok wanita yang melahirkannya tiba-tiba saja terlintas di dalam pikiran Rayan.

Dadanya terasa sakit mengingat segala macam perhatian yang dulu dia dapatkan.

"Ma kenapa kita jadi gini?" lirihnya pelan penuh luka.

"Kenapa hidup kita hancur begini Ma? "

"Rayan nggak bahagia,  apa Mama bahagia di sana?"

Bulir air mata Rayan turun tanpa permisi.

Dia kesakitan,
Dadanya perih,
Dia tidak bahagia,
Hidupnya hancur,
Tidak ada yang menginginkan kehadirannya,
Di sudah berulang-ulang kali ingin mengakhiri hidup,
Tetapi kenapa dia tidak pernah bisa.

Air mata Rayan mengalir membasahi pipinya, Rayan tak bergerak sedikit pun untuk mengusap air matanya,  tubuhnya terbaring kaku, akan tetapi fikirannya tetap melayang dan membayangkan kisah yang terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Setiap kisah sedih atau pun bahagia yang di ingatnya membuat air matanya terus mengalir.

Dalam lamunan itu Rayan tertidur pulas, air mata yang begitu banyaknya keluar membuat tubuh Rayan kelelahan.

Tiba-tiba Rayan tersentak bangun karena mendengar suara yang sangat keras, suara itu berasal dari luar kamar nya.  Ternyata itu adalah suara bantingan sebuah benda ke dinding, dan sesekali Rayan mendengar suara jeritan dari luar kamarnya.
Ternyata itu adalah suara teriakan dari pasien lain yang berada dikamar lain, dan Rayan sangat menyadari itu.

Suara teriakan serta bantingan itu membuat fikiran Rayan mulai berkecamuk kembali. Rasa takut, rasa perih dan hancur tiba-tiba menghantuinya lagi.

Rayan mengambil sebuah bantal untuk menutupi telinga dan mukanya, dia menekan bantal itu dengan kuat ke arah telinganya, dengan tangan yang tergenggam erat dan mata yang tertutup Rayan menahan bantal itu tetap menghimpit telinganya cukup lama.

Seketika suara itu menghilang, perlahan Rayan mengangkat bantal yang menutupi telinganya, dia begitu tidak ingin mendengar suara itu, suara itu sungguh menjadi suara yang sangat menakutkan bagi dirinya.

Yaa ternyata suara itu memang benar telah hilang. Rayan merasa lega dan duduk diatas tempat tidurnya itu. Sambil mendongak keatas, dia melihat lampu kamarnya yang menyilaukan mata.

Rayan melirik ke sudut kamar, dia melihat sebotol air mineral dan sebuah gelas yang tertelungkup berada diatas meja. Dia bergegas berdiri dan meminum air tersebut langsung dari botolnya, sehingga sebagian airnya jatuh ke lantai dan membasahi bajunya.

Tepat disebelah meja itu ada sebuah jendela kayu yang terkunci. Rayan membuka jendela itu, dan dia sangat terkejutnya, ternyata hari sudah sangat gelap.

Sambil menatap keluar jendela, Rayan mengirup nafas panjang hingga berkali-kali. Rayan ingin menguatkan hatinya untuk menjalani proses rehab yang akan dimulai ke esokan harinya.

Tarikan nafas panjang serta tatapan kosong itu sepertinya membuahkan hasil. Rayan merasa yakin untuk menjalaninya dan kembali ke tepat tidurnya dengan membiarkan jendela itu tetap terbuka.
Dia kembali tertidur pulas.

***

Pagi pun tiba, Rayan terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang, dalam ingatanya dia teringat akan barang titipan dari Abah, sejadah kecil, Al-Qur’an, serta tasbih yang masih berada di dalam tas.

Rayan tertunduk, ada sebuah proses tarik menarik di dalam kepalanya. Di suatu sisi dia mengerti maksud Abah memberikan barang itu kepadanya, dan dia tak mungkin untuk mengecewakan Abah. Di sisi lain Rayan merasakan kehinaan yang begitu besar karena ketidakpantasan dirinya untuk menyentuh barang tersebut.

Rayan termenung sangat lama sambil menatap tas nya itu. Tanpa ia sadari sinar matahari telah masuk melalui jendela kamar yang masih terbuka itu.

Tok. Tok. Tok

Pintu kamar Rayan berbunyi. Seorang suster membuka pintu kamar Rayan dan meminta Rayan untuk segera bersiap-siap, karena mereka akan memulai proses Rehabnya.

Saat Rehab dimulai Rayan begitu optimis, terlihat begitu seriusnya  dia dalam mengikuti dan mendengarkan intruksi suster.

“Untuk hari ini, kita hanya melakukan pengenalan tempat saja” ucap suster.

Pada tahab ini suster hanya menginfokasn proses-proses yang akan di lalui Rayan dalam tahab rehabiitasi ini.

Proses yang paling utama adalah menghentikan penyalahgunaan narkoba, proses ini yang paling berat untuk seorang pecandu seperti Rayan. Karena efek dari terputusnya penggunaan narkoba adalah sakau, atau yang biasanya disebut gejala putus obat.

Dan Rayanpun sangat tau akan hal itu, bahkan dia telah berkali-kali merasakannya.

Selanjutnya Rayan di beri jadwal konsultasi , praktek keagamaan, serta pemberian dukungan moral dan sosial.

.
.
.
Jangan lupa baca Al-qur'an every time guys
Zikir pagi dan petangnya juga💕

Rayan Story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang