*****

"Makan le?" Gandhi langsung menoleh ke arah temannya yang menawarkan makan. Lantas laki-laki itu menggeleng pelan, "Masih kenyang."

Temannya itu mengernyit, lalu menatap jam dinding di pos penjagaan. "Tumben udah kenyang, biasanya lu paling nggak bisa nahan lapar. Ini kan masih jam 8 malam."

Gandhi tersenyum, ia masih kenyang ketika di hidangkan makanan dari Grahita. Bahkan perempuan itu membuatkan dirinya makanan di dalam kotak bekal yang masih ia simpan di dalam tote bag setelah tadi ia makan kembali sekitar bakda maghrib. Sepanjang memakan masakan Grahita, Gandhi tak henti memuji rasa makanan dari gadis yang tak di sangka menjadi seorang chef tersebut. Grahita yang cuek ternyata pandai dalam urusan dapur.

Gandhi masih saja tersenyum tipis. Laki-laki itu bahkan jarang tersenyum kalau benar-benar tidak penting atau lucu. Selain itu, Gandhi ya biasa saja. Seperti biasa, memasang wajahnya yang cenderung datar dan biasa saja, tak ada yang istimewa.

"Lo sehat le?" Tanya Aldo kembali, laki-laki yang menjadi partnernya piket malam ini. Tangan Aldi tergerak menyentuh tangan Gandhi. Hal itu membuat Gandhi menatap Aldo aneh.

"Gue masih normal Do. Nggak usah pegang-pegang!" Sengak Gandhi kemudian.

"Cok edan! Gue juga masih normal, Ndi. Lo nya aja yang negative respon duluan." Lantas umpatan ala Jawa Timur an lah yang keluar dari mulut Aldo. Laki-laki itu menatap Gandhi dengan tatapan menelisik.

"Gue lihat lo rada aneh deh. Lebih banyak tersenyum padahal nggak di depan komandan sama nggak ada yang lucu. Nggak kesambet mbak kunti deket barak kan?"

Gandhi mendengus pelan, "Gue baik-baik aja, Do." Ucap Gandhi kemudian. Gila apa kesambet setan genit samping barak yang sering muncul pas malam jumat! Nggak banget.

Aldo menatap Gandhi sesaat sebelum memilih bermain gawai saja. Gandhi ini memang sedikit terlihat aneh semenjak sebulan yang lalu.

"Lo ada cewek baru ya? Kayak wajah-wajah orang kasmaran aja." Tebak Aldo setelah mengamati Gandhi beberapa kali.

"Sok tahu." Jawab Gandhi tanpa melihat Aldo karena laki-laki itu memilih bermain game online, bukan game cacing yang pasti.

"Halah! Bilang aja iya le. Lo kan jarang suka sama cewek." Aldo langsung tertawa keras, membuat Gandhi melirik tajam ke arah Aldo.

"Tapi kalau bener nih, spoiler dikit lah sama gue." Ucap Aldo lagi.

Namun Gandhi terlihat menghela nafasnya pelan, "Nggak tau lah Di. Gue juga bingung sama perasaan gue sendiri."

Aldo mengerutkan dahinya dalam. Lantas ia menatap Gandhi seksama. "Lo beneran lagi naksir cewek?"

"Nggak tau dan nggak ngerti. Tapi di lain sisi ada kebimbangan yang tiba-tiba masuk."

Aldo menggelengkan kepalanya, "Yang elo bimbangin apa, Ndi? Takut ketolak atau gimana?"

Gandhi menghela nafasnya kemudian, lantas menarik kembali. "Mungkin iya, tapi gue juga masih bingung, dia rada cuek sama gue, sama cowok mungkin karena setahu gue, dia lagi nggak dekat sama siapa-siapa kecuali sama sahabatnya dan dia kayak biasa aja. Kayak lihat cowok itu cuek pake banget, nggak ada tanda-tanda dia tertarik sama cowok."

"Hush! Ngawur kalau ngomong lo Ndi. Gue lihat dong ceweknya mana?"

"Jangan! Nanti lo naksir juga malahan." Sengak Gandhi kemudian. Walau belum tau perasaannya betul, tetapi Gandhi tak rela jika gadis yang ia maksud di lihat oleh Aldo.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now