2. Sebuah Jalan

Depuis le début
                                    

"Hmmm, aku juga mikir gitu. Aku tebak usianya 39, atau mungkin udah 40 an. OMG, beliau bukan Lee min ho kali yang tetep ABG meski usianya kepala 3. Hahaha ". Melly melempar tawa renyah.

" Big Nooo. Dia itu baru 26 tahun pemirsa. That's why he's adorable, or I can say He is Celestial"

"Gila, gila gila. Amazing banget ni orang" komentar Melly.

" Eh, emm bentar, Ran. Dia ini orangnya seperti apa. Dari pencapaiannya gue sih terkesan, tapi kan kita nggak tahu dia karakternya seperti apa?. Lagipula mau nggak beliau jadi pemateri. Kita tahu sendiri kampus kita ini bukan sekelas Ivy league"
Guin sebenarnya cukup tertarik dengan sosok satu ini. Namun sebisa mungkin dia juga harus realistis. Mengundang orang-orang sekelas mereka bukan perkara mudah.

"Nah, itu dia. Sampai sekarang nggak ada yang tahu itu. Kehidupan pribadinya dia aja seperti di setting jadi 'Flat' mungkin biar nggak jadi bahan gosip. Kebayang kan betapa patah hatinya cewek cewek seantero Indonesia kalo tahu dia udah taken". Rani membuka ponselnya berniat memberi tahu rupa seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan.

"Aku cariin fotonya aja ya, aku nyimpen banyak".

Bersamaan dengan itu ponsel Guin berdering.

" Galih nih, kayaknya urgent" ia lantas menjauh untuk menerima panggilan dari Galih.

Setelah urusannya selesai, dia bergabung kembali bersama mereka.

"Kata Galih dia udah dapet satu nama, katanya calon menteri juga. Kalo gitu Gue mau ngusulin orang yang tadi kita bicarain aja, btw nanti malem tim inti ada rapat. Nanti kalian ikutan aja sama gue, kalo lebih banyak yang ngusulin pasti forum bakal mau nerima".

" Oke, jam berapa Guin?"

" Jam 7 di Mbah Jagung, gue minta tolong Lo ya Ran buat ngasih penguatan, karena menurut gue Lo lebih paham tentang orang ini dibanding gue".

------
Rapat pengurus inti dengan panitia inti malam ini hanya 2 jam. Sebelumnya Guin sudah mengumumkan kepada siapapun yang telat maka akan diberi sanksi yaitu dikeluarkan dari panitia inti. Tidak ada yang berani melanggar peraturan satu ini, karena kredibilitas seseorang sedang dipertaruhkan. Jika ingin dianggap kompeten mereka harus patuh pada sistem.

Guin sudah membuat note singkat tentang agenda malam ini, berjaga jaga jika dia tiba tiba lupa alurnya. Setelah semua berkumpul, termasuk Rani dan Melly. Guin membuka acara lalu dilanjutkan oleh cuitan dari Galih selaku ketua BEM.

" Tadi sudah saya sampaikan untuk masing-masing dari kita harus memiliki setidaknya 1 kandidat yang bisa memberikan daya tarik untuk seminar kita ini. Silahkan dimulai dari Alan".

Guin mendengarkan baik-baik penjelasan dari Alan, ketua panitia. Lalu mencatat nama orang itu lengkap dengan prestasi atau pencapaian beliau. Ia melakukan hal itu hingga tinggal dirinya dan Galih yang belum mengusulkan nama.
Sekarang giliran dia yang harus menyampaikan orang yang hari ini membuat dia tertarik.

"Oke, temen temen. Sore ini Gue udah bahas pemateri ini dengan Rani dan Melly. Gue agak tertarik dengan seseorang yang diusulkan Rani, untuk lebih lengkapnya biar Rani yang menceritakan"

Faktanya Guin tidak tahu siapa nama orang itu. Sedari tadi mereka bertiga hanya membahas kelebihan dan prestasinya. Sampai Guin lupa menanyakan namanya.

Guin mendengarkan baik baik apa yang di sampaikan Rani, dan benar saja wajah wajah orang di sekitarnya mulai tertarik. Galih bahkan sudah senyam senyum sendiri sejak Rani mengatakan tentang sepak terjang beliau.

Tiba tiba Galih mengangkat tangan.

" Boleh saya menambahi?"

Forum langsung magut magut tanda setuju.

" Sebenarnya orang yang akan saya usulkan sama dengan Guin, orang ini terlihat selalu bersinar, seakan akan daya tariknya kuat sekali. Beliau orang yang cerdas dan bertalenta di dunia politik"

Guin menyetujui perkataan Galih. Ia kemudian menyesap cappuccinonya karena merasa mulai mengantuk. Rencana tidur panjang yang harusnya dimulai tadi sore gagal, dia hanya berharap rapat ini segera selesai dan dia bisa tidur lebih awal.

"Namanya siapa kak?" Alan memandang bingung ke arah Galih.

" Namanya Airlangga Lynn Marshall"

Uhuk.. Uhuk uhuukkkkk..

Guin memegang dadanya yang tiba tiba seperti terisi cairan. Rasanya tidak enak, mengganjal dan membuat dia ingin batuk lagi dan lagi. Atas inisiatif Melly, mereka bertiga berpindah ke meja lain, melihat kondisi Guin seperti ini membuat mereka tidak tega. Wajah gadis itu memerah, hidungnya juga berair.

"Guin, Lo kenapa? Keselek sampai segitunya." Melly mendekat lalu memijat pelan pundak Guin, sementara Rani menyodorkan air mineral untuknya.

"Diminum dulu Guin" Sebotol air mineral perlahan berpindah ke perut Guin.

Setelah batuknya reda, Guin mencoba bertanya kepada Rani.

" Ran, jadi dari tadi yang kita omongin orang itu?"

Guin tidak akan mau menyebut nama orang itu, tidak lagi. Harga dirinya terlalu tinggi untuk membeberkan bahwa dia mengenal sosok itu. Ralat. Lebih tepatnya pernah mengenal. Karena baginya sejak 5 tahun lalu pria itu sudah mati. Ada rasa sakit yang Guin rasakan ketika mengetahui pria itu kembali tanpa mencari dirinya.

Akhirnya Rani mengangguk. Cukup satu anggukan untuk membuat mood Guin benar benar seperti dijatuhkan ke dasar jurang.

"Guys, kalian balik aja ke rapat tadi. Itung itung wakilin gue, gue tiba-tiba kebelet"

"Oke"

Dan seperti itulah cara Guin menghindar.
Di dalam toilet Guin hanya bisa mengepalkan tangannya, ia ingin menonjok sesuatu namun urung saat yang ditemuinya hanya tembok beton.
'Ah, nggak nggak tulang gue bisa rontok.'
Setelah rasa kesalnya reda, ia keluar lalu berdiri di pinggiran tangga.

"Guin"

Gadis itu menoleh, mendapati Melly dan Rani yang berjalan menghampirinya.

"Rapatnya udah selesai tuh, Lo nggak balik. Pamitan dulu sana "

Guin membuang nafasnya keras, lalu mengatur lagi nafasnya agar stabil.

"Oke, gue bakal kesana. Btw thanks ya buat kalian. Hehe. Hati hati di jalan"

Guin sudah berusaha mengeluarkan senyumnya meski terlihat agak kaku.
Setelah memastikan Rani dan Melly keluar, kaki kecilnya menghampiri Galih yang sedang berbicara kepada Alan, sedang anggota rapat yang lain sudah tidak ada di tempat.

"Lih, sorry ya buat yang tadi. Hehe. Gue pulang duluan."

" Bentar Guin tungguin gue". Galih menarik Guin agar duduk disampingnya, gadis itu menurut.

"Oke. 5 menit"

" Baik Bu"

Lalu ketiganya tergelak mendengar jawaban Galih.

🤵🏻👩🏻‍🦰

Ivy league : universitas-universitas yang paling prestisius di AS dan hampir selalu berada di peringkat teratas dalam daftar universitas top AS; mereka juga adalah bagian dari universitas-universitas dengan pendapatan keuangan terbesar di dunia.Dari universitas-universitas inilah hampir 80% riset mengenai teknologi yang berkembang saat ini ditemukan dan juga banyak sekali ilmuannya yang telah meraih penghargaan nobel diberbagai bidang ilmu pengetahuan(Wikipedia).

The Minister is MineOù les histoires vivent. Découvrez maintenant