MAHA KARYA TERONG BALADO

10.4K 614 107
                                    

"Peh.. Peh.. Sini bentar.." Panggil Ikhsan di meja guru yang saat itu sedang bersama Bobby dan juga Nurhadi.

Ipeh yang sedang fokus membuka catatan biologinya mengingat sebentar lagi akan ada ulangan, menengok mengangkat alis bertanya seakan enggan untuk ke sana.

"Ih sini dulu!" Paksa Ikhsan.

Ipeh melenguh lalu dengan gontai mendatangi Ikhsan. Saat itu mereka bertiga sudah menahan tawa, mereka mebisiki sesuatu kepada Ipeh yang masih belum mengerti apa yang mereka inginkan. Namun setelah berkali-kali diminta, akhirnya Ipeh nurut juga.

Ipeh mengangguk lalu kemudian berjalan menghampiri Dimas di dekat jendela yang kebetulan lagi ngemilin jajanan lidi-lidian pedas yang ia temukan di kolong mejanya. Entah punya siapa. Dan entah sudah sejak angkatan berapa itu lidi-lidian ada di sana.

 Dan entah sudah sejak angkatan berapa itu lidi-lidian ada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbe~" Seru Ipeh yang langsung duduk di sebelah Dimas. "Bentar lagi aku ulang tahun, loh. Inget kan? Kado dong." Rengeknya.

"Oh iya juga." Dimas membuka botol minum di meja Haryo lalu meneguknya, "Nanti aku kasih kado bunga biar romantis."

"Serius?"

"Hooh sekaliat pot kembangnya."

"Ih anjir!" Ipeh nabok kepala Dimas sampai ia tersedak dan minumnya muncrat semua.

"Yaudah mau apa atuh? Gimana kalau kerudung? Biar sholeh ga mirip kafir begini."

"Ogah! Terus nanti gue pas Karate gimana? Gerah ah. Ribet." Sambung Ipeh lagi.

"Tapi gue rasa elo jadi lebih cantik Peh kalau pake kerudung. Mirip..." Dimas berpikir.

"Mirip artis?"

"Mirip citato."

"GEBLEK!!!" Satu pukulan melayang menghajar pundak Dimas, jakunnya langsung goyang.

"Anjir ih! Tenaga lo kuli banget! Gue kasih kado gagang golok aja ya biar bisa kospley jadi si pitung."

Debat Dimas dengan Ipeh tiba-tiba terpotong sewaktu Dimas menyadari di meja guru, Ikhsan Bobby dan Nurhadi sedang tertawa-tawa dengan kencang. Mereka menukar bolpen lalu menulis sesuatu, lalu menukarnya lagi ke Nurhadi dan melakukan hal yang sama.

"Woi kambing!" Teriak Ipeh membuat Dimas kembali menoleh. "Gak belajar? Bentar lagi ulangan tuh."

"Eh iya! Gue jadi inget. Peh! Nanti pas ulangan duduk sebelah gue yak. Pleaseee..."

"Emoh."

"Nanti aku kasih kado sepatu." Rayu Dimas.

"Sepatu apa?"

"Sepatu bolot."

"SEPATU BALET!!!!!" Ipeh mencubit pinggang Dimas sampai ia merintih kesakitan mengigit gorden jendela yang berada di sebelahnya.

"Kalau misal nanti gue gak remedial, gue beliin apa aja deh bebas asal di bawah 10ribu."

Ipeh cemberut, tapi kemudian ia mengangguk, "Bener ya?"

MPLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang