Vote!


Bel istirahat berbunyi, aku menunggu Nazzka ke kelasku karena biasanya dia akan menjemputku untuk makan ke kantin bersama.

"Kamu nungguin Nazzka, Ra?" Ranya menatapku sesekali sambil membereskan bukunya.

"Iya, Nya. Mungkin sebentar lagi dia datang." Aku melihat kearah pintu, menunggu Nazzka. Perutku lapar karena tadi pagi aku hanya makan sedikit.

"Baiklah, aku akan bersamamu saja. Nazzka tidak apa-apa jika aku ikut makan bersama kalian kan, Ra?"

"Tidak apa-apa, Nya. Aku juga ingin memperkenalkanmu dengannya. Dia hanya mengenalmu lewat curhatanku saja" aku terkikik, membayangkan reaksi Nazzka saat kemarin aku menceritakannya tentang Ranya yang pertama kali mengajakku berbicara. Dia langsung heboh, menanyakan dimana rumah Ranya, anaknya bagaimana, apakah dia pernah ada niat jahat denganku, apapun itu, dia menanyakannya. Hanya saja, saat disekolah dia sok kalem jika bertemu Ranya dikelasku. Dasar. Aku tersenyum memikirkannya.

"Ihh... kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Ra?" Dia memasang tampang sok jijik, lucu sekali.

Aku tertawa sambil menggelengkan kepala.

"Ra, ayo." Rupanya Nazzka sudah disampingku, aku tidak sadar karena sibuk menertawakan Ranya.

"Oh, iya. Zka, ini nih, Ranya boleh ikut kan?" Aku menggeser badanku, agar Ranya terlihat oleh Nazzka.

Sesuai pemikiranku, Nazzka hanya mengangguk. Beda sekali dengan sifatnya dirumah, haha.

"Ih... kenalan dulu dong, Zka. Dulu aja kamu kepo waktu aku nyeritain Ranya" aku terkikik pelan. Nazzka menyentil keningku. Tidak sakit, tapi itu kebiasaanyya saat sedang kesal denganku.

"Waaaaahhhhhhhhhh... Nazzka kepoin aku, Raaaaaa???????" Aku tersentak. Tanganku memegang dadaku, jantungan. Dari tadi Ranya diam ternyata sedang terpesona oleh cara Nazzka memperlakukanku.

Nazzka juga sedikit tersentak saat mendengar lengkingan suara Ranya. Ekspresinya lucu sekali. Aku akan mengejeknya saat tiba dirumah nanti, haha.

"Ranya? Aku Nazzka, abangnya Nazzura." Dia mengangkat tangannya, mengajak Ranya berjabat tangan.

Aku melihat Ranya, mulutnya menganga. Astaga, ternyata setampan itu pesona Nazzka untuk memikat para wanita. Sebenarnya aku juga tidak terlalu jelek sih, kulit putih bersih, rambut hitam panjang, lumayan cantik. Hanya saja karena aku duduk dikursi roda semua orang jadi melihatku sebelah mata.

"O...oohh... I iyaa... Ranyahh." dia membalas jabatan tangan Nazzka secara kaku. Nazzka tersenyum. Centil sekali abangku ini, jarang jarang ini terjadi.

"Santai aja, Nya. Aku juga mau bilang terimakasih karena kamu baik ke Nazzura." Aku menghangat mendengarnya, aku hanya diam ditengah tengah interaksi mereka. Merasa senang.

"Iya deh, Nazz," dia mengangguk.

"Sekarang, kita boleh temenan nggak? Aku boleh gabung sama kalian nggak? Aku bosan sendiri terus." Nadanya sedih. Aku sering mengajak Ranya untuk bergabung bersamaku, hanya saja dia tidak pernah mau. Entah kenapa, tiba-tiba dia mengajukan diri untuk bergabung bersamaku.

Nazzka melihaku sekilas, aku tersenyum. Kemudian dia mengangguk kearah Ranya. Yeayyy.

                           🔥🔥🔥

Saat berjalan ke kantin, kami dilihati banyak orang. Ini sudah biasa, Nazzka dan aku hanya diam saja, memandang lurus kedepan sambil sesekali tertawa saat sedang menceritakan sesuatu. Bagi Nazzka, tidak masalah bagaimana cara orang memandang kami asal tidak mengganggu.

Tapi, ini berbeda dengan Ranya. Dia terlihat tidak nyaman.

"Nya, kamu nggak papa?" Aku menoleh kesamping, menatap Ranya. Nazzka juga.

"Hah? Nggak papa kok, Ra. Cuma sedikit belum terbiasa aja jadi pusat perhatian, hehe," dia memegang tengkuknya sambil tertawa kecut.

"Santai saja, selama mereka nggak mengganggu kalian, abaikan saja. Tapi, jika kalian merasa terusik, bilang ke aku ya, Nya. Kamu juga udah aku anggap keluarga aku, karena kamu baik ke Nazzura." Nazzka menatap Ranya sambil tersenyum. Aku merasakan bahwa Ranya mendadak jadi salah tingkah.

Aku tertawa, kemudian Ranya dan Nazzka spontan melihat kearahku. Aku pura-pura melihat kedepan seakan tidak terjadi apa-apa.

Sampai di kantin, kami memilih meja paling sudut. Karena Nazzka paham kalau aku dan Ranya tidak suka berada ditengah-tengah kerumunan.

Siang itu, aku senang sekali karena Nazzka mengenal Ranya, mempunyai keluarga baru seperti Ranya. Kami makan ditraktir Nazzka, perayaan kecil-kecilan katanya. Aku tersenyum, bersyukur atas ini semua.



Vote!

AURORA (THE MISTERY OF OQROLD)Where stories live. Discover now