Manis?

113 2 0
                                    


Aku melepas genggamanmu di pergelangan tanganku. "Apaan sih Bagas? Aku ke sini sama Kak Indra. Enggak bisa aku tinggalin gitu aja. Kasian Kak Indra udah lama enggak ngobrol sama temennya. Ini kesempatan bagus, kan?" ucapku setengah berbisik ke arahmu.

Setelah perkataanku, kamu menyugarkan rambut hitammu. Terdengar helaan napas dari bibirmu. "Baiklah. Tapi kamu harus berada di dekatku terus," perintahmu.

Aku menghela napas perlahan, selalu saja seenaknya. Aku menganggukkan kepala padamu.

Kak Aldo yang melihat interaksi kita pun membuka suaranya dengan dehaman.

Sontak aku dan kamu mengarah padanya.

"Dina, kamu kenal dengan Bagas?" tanya Kak Aldo yang mengarah padaku.

Aku membuka mulutku, tetapi sebelum itu kamu malah mengambil alih jawabanku. "Iya. Kami sudah tunangan," ucapmu tanpa beban sambil menarik pinggangku.

Aku mendelik ke arahmu. Apa-apaan kamu ini? Kamu yang tahu protesku hanya mengedikkan bahu.

"Benarkah? Ah, tidak seharusnya aku ganggu wanita yang sudah bertunangan. Maafkan aku, Bagas," ucap Kak Aldo dengan nada getir.

"No, problem. Gadisku ini memang membuat siapapun terpesona. Ah, ya, kita sudah lama tak berjumpa, Do," sahutmu dengan merangkul bahu Kak Aldo.

Apa-apaan ini? Kenapa sikapmu berubah-ubah?

Aku yang semakin pening dengan sikapmu pun beranjak ke keberadaan Kak Indra bersama teman-temannya.

"Hay, Kak," sapaku sambil mengambil duduk di sebelah Kak Indra. Seketika ketawa mereka terhenti dan beralih menatapku.

"Hey, kamu ke mana aja? Hemm ..." tanya Kak Indra sambil merangkul bahuku.

"Abis ambil minuman. Terus ketemu pawang aku," jawabku tanpa minat.

Kak Indra dan teman-temannya mengernyit tak mengerti. Sebelum ada yang bertanya, seorang pria dengan gagah duduk di bangku kosong yang berada di sampingku. Tanpa melihatnya, hanya dengan mencium aroma mint-nya tentu saja aku tahu siapa pria itu. Tanpa peduli aku meneguk air minumku yang setengah hingga kandas. Sedangkan pria-pria di sekelilingku hanya menatap heran ke arah pria di sampingku.

"Widih, ada angin apa nih? Enggak biasanya dateng ke acara kayak gini lu, Gas," celetuk seseorang yang tepat berada di seberangku.

Tanpa memedulikan pertanyaan yang terlontar ke arahmu, kamu menatap tajam ke arahku. "Aku kan udah bilang, jangan jauh-jauh dari aku, Dina," tekanmu yang membuat bulu kudukku merinding.

Semua pasang mata menatap ke arahku dan ke arahmu dengan tatapan bertanya. Aku meneguk salivaku. Senggolan dari sebelahku berhasil mengusikku.

"Dek, ini yang kamu maksud pawangmu? Sial, kok dia bisa tau sih kita di sini?" tanya Kak Indra dengan panik.

"Kakak lupa? Dia pasang pelacak di HP-ku. Bukan Cuma HP-ku, tapi di HP Kakak juga. Lagian, kenapa Kakak bisa lupa sih matiin HP?" tekanku pada Kak Indra dan hanya dijawab cengiran tak bersalah.

"Maaf, Dek, lupa."

Aku memberenggut kesal. Rencana senang-senang kali ini batal. Padahal, aku bisa dengan leluasa bercengkerama dengan teman-teman Kak Indra yang kebanyakan most wanted di angkatannya.

Kesadaranku teralihkan saat kurasakan sesuatu menyentuh pipiku. Kulirik asal sesuatu itu. Kamu tengah mengusap pipiku dengan punggung tanganmu.

Semua pasang mata kembali menatap kami menuntut meminta jawaban. Aku meneguk salivaku. Tak biasanya pria kamu menunjukkan kemesraan. Dan kini kamu menunjukkan kemesraanmu di depan umum. Ah, apa beku hatimu sudah meleleh?

"Ada apa, Sayang?" ucapmu dengan lembut yang membuat rona pipiku memerah. Semua yang mendengarnya langsung terkaget melihat sikap manisnya di hadapanku.

"Weits, ada apa nih? Sayang? Lu kenal sama adiknya Indra, Gas?" celetuk pria berkumis tipis di samping Kak Indra.

Kamu menatap ke arah suara itu dengan senyuman. Ah, baru kali ini aku melihat senyummu yang sungguh menawan hati. Bisakah kamu menampilkan sesering mungkin senyummu padaku?

Di tengah lamunanku, aku merasakan seseorang tengah mengelus rambut hitam panjangku. Aku mendongak dan mendapati tangan besarmu tengah mengelus rambutku dengan pelan. Kulihat kamu menatapku intens lalu menatap ke arah seseorang yang bertanya tadi. "Dia calon istriku."

Aku tercekat, kurasakan sejenak aku menahannapas mencerna perkataannya yang ... manis?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Relung DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang