Kamu Datang?

4.7K 48 8
                                    

Senja mulai menampakkan sinar jingganya. Aku terbangun dengan mata berair. Saking pusingnya mataku memerah dan berair. Suhu badanku kini sudah menurun. Dengan susah payah, aku terhuyung-huyung berjalan menuju dapur. Rasanya tenggorokanku kering. Aku butuh air.

Langkahku terasa berat, diriku tampak acak-acakan. Aku dehidrasi.

Sampailah aku di dapur yang beralaskan pualam. Mata sayuku terangkat dan langkah kakiku terhenti seketika. Pasalnya ada seorang pria tengah memasak di dapur. Begitu telaten pria itu memasak. Seakan memahami segala apapun di dapur. Perawakannya bukan seperti Kakakku. Dia seperti, kamu. Glek! Iya, itu kamu.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu kerja? Bagaimana kamu tahu aku di rumah sedang sakit?" aku memberondong segala pertanyaan ke arahmu.

Kamu terdiam dan tak memedulikan keterkejutanku. Masih asik memotong wortel juga kentang. Begitu lihai. Aku baru tahu kamu bisa memasak.

Tahu jika tidak digubris pertanyaanku. Aku melenggangkan kakiku yang terhenti menuju ke sisi dapur. Aku hanya mengambil air dan membiarkan kamu tenggelam dalam dunia yang kamu kerjakan.

Air satu gelas sudah kutenggak sampai abis. Setidaknya rasa dehidrasi ini berkurang. Aku tidak ada niatan untuk mengganggumu memasak dan lebih memilih duduk di sofa ruang tamu, di mana dapur dan ruang tamu berhadapan. Kurebahkan diri di atas sofa, meringkuk. Membiarkan diriku kembali terlelap.

Sekilas, aku melirik. Begitu terlatih kamu memasak. Raut wajahmu serius. Peluh mulai bercucuran di wajahmu. Diam-diam aku merasa nyaman dan tenang saat kamu ada di sini. Ada rasa membuncah dalam diriku. Senang melihatmu pergi menemuiku tanpa memintaku terlebih dahulu untuk menemuimu. Apa aku harus sakit, biar kamu selalu seperti itu? Ah, aku merindukan kamu yang dulu.

Rasanya, baru saja mataku terpejam. Ada yang menyentuh dahiku, tangannya dingin. Sepertinya seseorang sedang mengecek suhu tubuhku. Kubuka mataku perlahan, remang-remang kumelihat sosok pria yang sama di dapur. Pria itu membawa sebaskom air hangat juga handuk kecil. Kemudian mengopreskannya ke dahiku. Sepertinya kamu sangat memperhatikanku. Apa kamu khawatir? Entah kenapa, saat seperti inilah aku dapat merasakan hadirnya cintamu.

Relung DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang