rahasia Jeffry berakhir (end)

22 3 0
                                    

dia bagaikan daun, yang berusaha untuk kuat pada satu pohon, meskipun takdirnya adalah berguguran seperti yang lain. -- Awan.

***

Acha meneguk segelas susu hangat, melihat keramaian teman-temannya yang kini tengah melingkari api unggun, namun tidak semuanya, beberapa memilih menjauh karena ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Termasuk Acha, perempuan itu memilih sendiri dibelakang kerumunan api unggun, ia hanya ingin melihat dari belakang sambil meminum susu hangat dan mengenakan jaket tebal.

"Acha!"

Merasa namanya terpanggil, ia menoleh. Melihat seorang yang sangat tak ingin ia lihat saat ini. Tapi kemudian, Acha hanya cuek.

"Apaan tuh, Cha?" tanya Jeffry sambil menunjuk gelas putih ditangan Acha.

Acha menoleh. "Sok asik banget."

Jeffry tertawa renyah. "Cha, lo mau dengerin penjelasan gue soal dulu nggak?" tanya Jeffry yang kini sudah terasa bahwa pembicaraan mereka akan masuk kedalam zona serius.

Acha menoleh lagi, tak menjawab apa-apa, sebenarnya mengharapkan jawaban dari Jeffry, tapi ia terlalu malu dan takut.

"Dulu gue nge-bully lo bukan karena Zahra, tapi karena diri lo sendiri." Ucapan Jeffry yang menggantung membuat Acha membelakkan matanya, tak mengerti dengan maksudnya.

"Karna lo pintar dan gue takut posisi nomor satu itu untuk lo. Gue terlalu takut ada di bawah posisi nomor satu, karena gue terlalu malu buat ngeliat wajah orang tua gue sendiri." Jeffry menjelaskan dengan singkat, namun semuanya terasa jelas mengapa laki-laki itu mengatakan hal ini.

Acha diam. Mencoba memberi kesempatan untuknya agar ia bisa meluapkan perasaannya dan jujur, Acha sangat mengharapkan permintaan maafnya.

"Padahal dari awal gue mau banget temenan sama lo waktu tau kita satu jurusan. Tapi lo terlalu kaku untuk gue deketin. Lo terlalu dingin untuk gue yang mau mencairkan semuanya." Jeffry memainkan jari-jarinya, detak jantungnya sudah tak karuan, wajahnya juga terlihat memerah kalau dilihat dari dekat.

"Gue mau ngelurusin kesalahpahaman itu, tapi lo selalu ngejauh. Semakin gue berjalan walaupun cuma satu langkah, tapi gue tetap kehilangan satu langkah itu."

Acha tak pernah berfikir, bahwa seorang Jeffry Hardianto ini mempunyai sisi yang lembut. Mempunyai sebuah rahasia yang tak pernah ia tahu, atau bahkan mungkin saja kalau teman-teman SMA-nya dulu juga tak tahu soal sikap Jeffry yang satu ini.

"Cha." Jeffry menoleh, memberanikan diri untuk menatap wajah Acha.

"Maaf. Gue terlalu naif waktu itu. Dan sekarang, gue emang bukan senior yang baik, Cha. Tapi gue mau mencoba bersikap dewasa. Acha yang gue kenal juga punya sikap yang dewasa, kan?" Jeffry memohon, berharap bahwa Acha mau memaafkannya.

Acha menghela nafas, kemudian tersenyum. Pembicaraan mereka berhenti, sampai akhirnya Acha mengangguk, membuat Jeffry tenang.

"Gue maafin lo. Tapi, gue juga mau minta maaf, Jeff."

"Apa?" Jeffry antusias, ia memang benar-benar ingin meminta maaf pada Acha, orang yang sudah ia hina selama tiga tahun dan bahkan terus menjaga jarak setelah mereka lulus.

"Untuk hal ini, hati gue belum bisa bersikap dewasa." Ucapan yang dilontarkan Acha membuat Jeffry tak mengerti, ia bahkan sampai menaikkan sebelah alisnya.

"Mungkin menjaga jarak untuk saat ini lebih bagus."

Jeffry diam. Begitu pula Acha yang sama sekali tak melihat kearahnya. "Gue minta maaf." Jawaban itu, bukan jawaban yang ingin Jeffry inginkan.

"ACHA!"

Acha menoleh, melihat seorang laki-laki yang melambaikan tangannya dari arah lapangan yang sedang tersenyum. "Gue kesana ya, Jeff. Pacar gue manggil." Acha bangun dari duduknya, namun lengannya langsung ditahan oleh Jeffry, membuat perempuan itu menoleh lagi.

"Lo maafin gue tapi apa kita nggak bisa jadi teman kayak orang normal lainnya, Cha?" Jeffry agak kecewa, benar-benar bersalah.

"Kalo lo mau belajar dewasa, harusnya lo nggak nahan gue gini, Jeff. Kita temen kok, tapi gue nggak mau terlalu dekat." Acha melepaskan tangannya dari lengan Jeffry, langsung meninggalkan laki-laki itu sendiri disana, dengan beberapa pertanyaan yang masih ada didalam otaknya.

Acha berlari kearah Awan, kemudian duduk disamping Awan yang juga sedang meminum segelas susu hangat. "Lo ngapain sama si Jeffry?" tanya Awan yang sudah menatap Acha.

Acha menatap balik, kemudian tersenyum sembari menghela nafas lega. "Lo cemburu?" tanya Acha menggoda.

Awan menjitak kening Acha dengan pelan. "Kebiasaan lo."

Perempuan disebelahnya itu meringis, kemudian tertawa kecil. "Ada beberapa hal yang harus dilurusin, Wan," jawab Acha dengan tenang.

Awan menengok. "Apa?"

Acha menatapnya balik dan tersenyum hangat. "Kejadian dari beberapa tahun yang lalu."

Yah, terima kasih Jeffry. Setidaknya, hubungan mereka kini akan membaik dan mencoba untuk menghilangkan bekas luka itu, walau entah sampai kapan, tapi mereka berjanji agar dengan cepat untuk menghilangkan semuanya dan merubahnya kembali menjadi normal.

Pun setidaknya Acha mengetahui bahwa Acha seperti Bumi dan Jeffry yang seperti Venus, dijuluki sebagai Kembaran Bumi.

- selesai -


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Pemeran Utama :

- Rose BLACKPINK as Rossealyn Cempaka

- Jaehyun NCT as Jeffry Hardianto


Supporting Cast :

- Kim Dami as Dami Meylani

- Winwin NCT as Awan Syahputra

- Xiumin EXO as Amir

-  Lisa BLACKPINK as Lidya

-  Nayeon TWICE as Andin

- Suho EXO as Alvine

the secret life of Jeffry (Jaehyun NCT) ✔Where stories live. Discover now