📌7⃣📌

2.8K 264 40
                                    

"ITU DIA..."

Setelah itu, banyak warga sekitar yang mengerubungi Halilintar.

"Ada apa ini?" tanya Halilintar. Siapa yang tidak akan bertanya jika dirinya tiba-tiba di kepung seperti ini kan?

"Halah.. nggak usah akting, udah ngerampok nggak mau ngaku!"

Apa? Merampok? Sejak kapan?

"Maaf, mungkin anda semua salah orang. Saya disini dari tad-"

"Itu tas saya!" ujar seorang wanita sambil menunjuk ke samping kanan tempat duduk Halilintar.

Salah seorang dari mereka mengambil tas tersebut dan memberikannya pada wanita tadi.

"Coba di cek isi nya masih utuh nggak?" tanya salah seorang dari mereka.

Wanita itu pun mengecek isi tasnya.

"Dompet saya ada, tapi isinya nggak lengkap. Semua uang nya nggak ada dan KTP sama kartu kredit saya juga nggak ada." ujar wanita tersebut setelah memeriksa tasnya.

"Dasar anak muda jaman sekarang, masih muda ngerampok gimana tua nya nanti."

"Tapi, pak. Bukan saya, saya dari tadi disini, maksud bapak-bapak sama ibu-ibu ini apa main tuduh saya."

"Tapi, bukannya tadi yang rampok tas mama itu perempuan ya?" ujar seorang gadis pada wanita tadi yang dia sebut mama.

Perempuan. Jangan-jangan... yang tadi duduk di sini.

"Bisa jadi dia sekongkolan sama perempuan itu kan!" ujar salah satu warga membuat suasana mulai panas.

Warga lain pun mulai ikut menuduh Halilintar bersengkongkol dengan perempuan yang dimaksud.

"Sudah! Dari pada ngomong nggak jelas langsung aja kita hajar dia!"

Apa? Enak aja main hajar, salah juga nggak.

Beberapa warga mulai memegangi kedua tangan Halilintar, dan terjadilah main hakim sendiri.

Halilintar jelas tidak terima, dia hanya datang ke taman untuk menenangkan diri tapi kenapa malah jadi korban tuduhan merapok.

Ya.. Akhirnya Halilintar melawan balik. Dia mulai bisa lepas satu persatu dari mereka yang memegangi tangannya.

Sebenarnya, Halilintar ikut kelas bela diri dari kecil, selalu mengikuti ajang perlombaan bela diri dan tentunya menang dengan membawa gelar juara umum.

Tapi, Halilintar tidak percaya ia akan mempraktekkannya sekarang, dengan warga sekitar. Masalahnya, warga sekitar bukanlah seperti lawan tandingnya saat di kejuaraan.

Tapi, yah.. Mau bagaimana lagi, ia mempelajari bela diri untuk melindungi dirinya kan, dan sekarang dia harus melindungi dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Haaah.. Dari tadi nggak bisa tidur."

Taufan sedari tadi berguling ke kanan ke kiri diatas kasurnya. Sudah sekitar satu setengah jam dia mencoba memejamkan matanya tapi tak ada hasil.

"Aah! Kamu mikirin apa sih, Fan! Ayo dong tidur.. Capek nih melek terus, besok mau jalan sama Thorn masa ada mata pandanya. Kan nggak keren!"

Saat ini, jam di dinding kamar Taufan menunjukan pukul 2.12 pagi dan matanya tidak mendukungnya untuk terlelap.

"Hm.. Video call Thorn aja kali ya.. Kayaknya mata ini nggak akan tidur sebelum liat dia."

Akhirnya, Taufan memutuskan untuk melakukan panggilan video dengan Thorn supaya matanya bisa beristirahat dengan tenang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Halilintar keluar dari kantor polisi dengan beberapa memar di tubuhnya.

Ya.. Setelah kejadian ia di tuduh, Halilintar melawan balik dan singkatnya jadi dia yang melakukan kejahatan.

Dia di bawa ke kantor polisi sekitar jam 11.30 malam dan sekarang sudah jam 2.10 pagi. Wow.. Lebih dari dua jam setengah dia berada di sana.

"Lagian ada ada aja, ngapain coba perempuan tua kayak dia keluar tengah malam, mau nge-jablai apa." gerutu Halilintar sambil berjalan ke arah rumahnya.

Ok.. Cukup Hali, sekarang pulang dan temui Taufan. Entah kenapa aku jadi kangen dia.

Dengan langkah cukup cepat Halilintar menelusuri jalan.

Saat di gang kecil yang biasa dia lewati ketika pulang, ada sekelompok lelaki yang berkumpul.

Halilintar hanya membiarkannya dan melewati gang tersebut dengan cepat. Tapi..

"HEY KAU.. "




🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸

Nyahahahah... Mau jahat sama Hali ah...

Vote ⭐ dan komen 💬 ya..


13 April 2020

dyrannosaur

A HugWhere stories live. Discover now