Pasukan Berkuda

34 4 3
                                    

Musim gugur, 4090 M.A, Riverway.

Catherine mengeluh. Ia terpaksa menghentikan pekerjaannya di kebun demi mencari Rosie Pepperwhite ke seluruh rumah. Selama bertahun-tahun ia menjadi pengasuh kepercayaan keluarga Pepperwhite, tapi dia tidak pernah secapek ini. Sepanjang siang, ia telah mencari ke kamar, halaman belakang, dan terakhir, ia mencari di kebun. Sesekali ia bertanya pada tetangga, tapi jawabannya selalu tidak tahu. Karena menyerah, ia pun kembali ke rumah. Gwyneth, si juru masak, hanya menanggapi sambil mengeleng-gelengkan kepala. "Sudahlah, Cathy. Tanpa disuruh pun dia pasti datang makan siang."

"Oh, jadi kau mulai membela dia, ya?" gerutu Catherine. "Anak itu selalu saja bikin masalah. Kau masih ingat apa yang dia lakukan pada jemuranku?"

"Ya, dia mengejar-ngejar ayam sampai menabrak tiang jemuran, lalu merubuhkannya," kata Gwyneth. "Tapi, itu kan sudah tiga tahun yang lalu! Sekarang ia sudah besar!"

"Ya, sudah besar, tapi sifat bengalnya itu masih ada! Ingat keluarga Grimsby mengeluh salah satu domba mereka nyasar ke sumur tua? Siapa lagi biang keroknya? Ugh, seandainya kau jadi aku, apa yang bisa kaulakukan selain mengomel, Gwyneth?"

Gwyneth mengangkat bahu. Tangannya sibuk menguliti kentang. "Well, kalau kau bertanya, apa yang bisa kulakukan selain mengomel—mungkin aku akan bersabar."

Catherine mendengus kesal, lalu duduk menumpukan kepala di tangan kiri. "Awas saja kalau setan kecil itu ketemu," gumamnya. "Sabar, katamu? Bagaimana aku bisa bersabar? Dia berniat membuatku jengkel!"

Sementara kedua wanita itu membicarakan dirinya di dapur, Rosie Pepperwhite cekikikan, mengawasi dari jendela dapur yang terbuka. Ia diam-diam merangkak di balik tumpukan labu di halaman belakang, memutar ke kebun di depan rumah, lalu melompat keluar dari pagar kayu setinggi setengah meter. Dilihatnya di sepanjang jalan setapak Riverway yang penuh kesibukan petani, dedaunan kuning membentuk gundukan di bawah pepohonan yang meranggas. Musim Gugur tahun ini akan sangat hebat, pikir Rosie, dengan lentera dan lilin-lilin Halloween, serta dongeng-dongeng hantu, betapa sempurna!

Sambil terus berjalan, Rosie berpapasan dengan anak-anak yang bermain Tangkap-Penyihirnya-Lalu-Dibakar, sebuah permainan kuno yang diciptakan setelah insiden mengerikan terjadi di Moontrose. Permainan itu melibatkan seorang anak berperan sebagai penyihir yang diikat kedua tangannya oleh teman-temannya menggunakan tali, kemudian disuruh menyentuh teman-temannya menggunakan gagang sapu yang digenggamnya. Apabila temannya ada yang kena, temannya itulah yang harus menjadi penyihir berikutnya. Si anak yang berperan sebagai penyihir menjerit-jerit setengah tertawa sambil bersusah payah memukul tangan teman-temannya menggunakan gagang sapu, tapi gagal.

Rosie lalu meneruskan berjalan, hingga sampai di jembatan kecil yang melintang di atas sungai. Terlintas di benaknya percakapan Catherine dan Gwyneth barusan. Rosie sebetulnya tidak ingin membuat mereka repot, hanya saja dia merasa tidak layak diperlakukan seperti anak kecil lagi. Dua hari lagi, ia akan berusia tujuh belas tahun. Tidak boleh ada lagi perlakuan seperti anak kecil, tidak ada lagi dipaksa makan, tidak ada lagi dipaksa mandi. Tapi, yah, itu sih kalau Catherine sependapat dengannya, kan?

Melewati senja, riuh orkestra tonggeret mulai bermunculan di setiap sudut Riverway. "Itu artinya aku harus pulang," gumam Rosie.

(***)

Rosie berjingkat-jingkat menyelinap ke dapur, mengendap-endap di balik lemari makan, kemudian mencuri semangkuk sup yang masih panas. Namun saat ia baru akan mengambil sendok di lemari, suara berdehem keras mengejutkannya.

"Aha, ketemu juga kau!"

Rosie nyaris menjatuhkan supnya ketika menoleh ke belakang. Sosok tubuh lebar Gwyneth yang terkekeh-kekeh membuatnya menghela napas lega.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now