Chapter 5: Hollow

Start from the beginning
                                    

“Kau tidak mengerti, Harry. Kau tidak mengerti apa-apa tentang ini semua,” balasku. Harry, kau tidak tahu. Kau tidak tahu kalau sebulan lagi…. Laki-laki yang berbaring di dekat kita akan pergi.

“Masih ingin menyembunyikan semuanya dariku? Aku tahu semua. Aku tahu apa yang membuatmu sesedih ini akhir-akhir ini,” lanjut Harry.

“A-apa maksudmu… kau berbohong..” aku sangat kaget ketika mengucapkannya. Jangan sampai dia benar-benar mengetahui semua ini.

“Aku tidak berbohong, Yuka. Aku tahu semuanya. Semua yang akan terjadi sebulan dari sekarang,” balasnya dengan mata yang berkaca-kaca menahan kesedihannya.

“Aku menyadari perilakumu kemarin. Awalnya aku tak yakin. Akhirnya aku melihat buku daftar milik kita yang masih ada padaku. Aku sangat kaget ketika mendapati nama Niall tiba-tiba terukir di buku itu. Saat itu aku sama sekali tidka bisa menahan emosiku. Apa yang aku rasakan mungkin hampir sama seperti yang kau rasakan. Sahabatku sendiri akan… pergi. Secepat ini…” air mata perlahan mulai jatuh di matanya. Mata hijaunya terlihat berkilauan dengan butiran air yang jatuh tanpa henti. Untuk pertama kalinya aku melihat Harry yang selalu riang menangis…

“Ha-Harry dan Yu-Yuka,” sebuah suara terdengar bergetar dari sebelah kananku.

“Niall!” teriakku dan Harry ketika mendapati Niall telah terbangun.

“Kau tidak apa-apa, kan? Kau membuatku kaget!” seru Harry sambil terus menghapus air matanya berusaha menghapus jejaknya.

“Harry? Kau menangis? Ya ampun hahaha,”

“Jangan ketawa, bodoh!” kami bertiga kembali tertawa dengan Niall yang masih terlihat lemah.

“Ini.. Hah, lagi-lagi rumah sakit. Aku sangat bosan,” ucap Niall mengeluh dengan di mana keberadaannya saat ini.

“Dasar bodoh. Kalau kau tidak ada di sini kau akan mati,” balas Harry memukul kepala Niall pelan.

“Perkataanmu seram, hahaha,” Niall tertawa kecil membalas ucapan Harry. Aku, tidak, maksudku kami, aku dan Harry, sangat bersyukur masih bisa mendapatkan satu bulan lagi untuk merasakan hal seperti ini.

.

.

Harry’s POV

“Aku akan ke kantin dulu,” ucapku keluar dari kamar rumah skait meninggalkan Niall dan Yuka berdua. Tuhan, mengapa dia harus pergi secepat ini? Tidakkah Kau berikan dia kesempatan sekali lagi? Aku belum siap untuk kehilangan sahabat dekatku. Ring. Tiba-tiba ponselku berbunyi.

“Halo, Zayn. Ada apa?”

“Hei, keriting. Bagaimana keadaan Niall?” tanya Zayn dari seberang sana.

“Dia baik-baik saja. Hanya butuh istirahat,” jawabku dan seketika suara di belakang sana berteriakkan. Kurasa itu yang lain.

“Hah, syukurlah. Maaf kami tidak bisa ke sana sekarang. Bos masih memiliki banyak hal yang ingin dia sampaikan,”

“Tidak apa, Zayn. Akan kusampaikan salam kalian,” balasku.

“Oh iya, bos memintamu dan Yuka untuk segera dating ke sini. Bisa, kan?”

“Akan kuusahakan,”

“Sip. Bye, Harry,”

“Bye, Zayn,” hah, sebenarnya apa yang ingin bos bicarakan dengan kami semua pun aku tidak tahu. Aku berjalan kembali menuju kamar Niall dan bertemu dengan ibunya.

“Halo, sayang. Lama tidak bertemu. Kamu semakin cakep,” ucapnya memujiku.

“Hehehe, makasih tante,” selama berjalan kembali, kami berdua berbincang berbabagi hal. Terutama tentang keadaan Niall. Yang membuatku sangat senang adalah ketika ibu Niall berkata bahwa keadaan Niall akhir-akhir ini mulai perlahan membaik.

“Tante merasa sangat senang ketika dokter memberi tahukan hal itu,” ucap ibu Niall dengan sangat gembira.

“Mungkin gara-gara ada seseorang yang membuatnya semakin berusaha keras untuk sembuh,” senyumku mengungkapkan pikiranku. Hahaha, dasar aneh diriku ini.

“Oh iya! Mungkin karena Yuka!” jleb. Tiba-tiba aku merasa dadaku terasa sangat sakit ketika kalimat tersebut terdengar. ‘Mungkin karena Yuka’. Kuberikan senyum palsuku pada ibu Niall. Harry bodoh. Sudahlah jangan pikirkan itu lagi. Kau tidak akan bisa punya harapan. Coba lupakan Yuka. Dia hanya menganggapmu sebagai teman. Kau harus melakukan hal yang sama padanya.

“Mereka berdua terlihat cocok ya,” lanjut ibu Niall ketika akan membuka pintu kamar. Aku tidak menjawab apa-apa dan hanya terus tersenyum. Ketika pintu terbuka, aku melihat Niall dan Yuka sedang berpelukan. Lagi-lagi rasa sakit di dadaku kembali membesar. Aku belum pernah memeluknya sedekap itu. Aku…

“Harry!” teriak ibu Niall ketika aku berlari menjauh dari kamar. Bodoh. Bodoh. Bodoh.

.

.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now