Chapter 17: (Not) The Last Day

1.4K 50 18
                                    

Yuka’s POV

            Aku berjalan berdampingan dengan Niall di sebelah kananku dan Harry di sebelah kiriku tepat ketika Niall baru saja meminta kami berdua untuk menghabiskan sore ini dengan dirinya. Aku hanya berharap hari ini bukanlah hari terakhir bagi kami bertiga.

“Jadi, kau mau menculik kami kemana, Niall?” tanya Harry di sebelah kiriku.

“Kemana saja yang aku inginkan,” Niall tertawa puas membuat Harry memutar kedua bola matanya. Aku hanya tertawa pelan.

“Yuka, pacamu gila,” ucap Harry sambil melipat kedua tangannya.

“Hei, aku nggak gila!” sahut Niall meletakkan kedua tangannya di pinggangnya sambil memasang ekspresi sok marah.

“Kurasa aku setuju dengan Harry,” lanjutku meraih tangan Harry dan merangkulnya sambil menjulurkan lidahku pada Niall.

 “Harry! Kau menculik gadisku!” seru Niall semakin bertingkah seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Aku hanya menahan tawaku.

“Dia yang datang padaku! Tata bahasamu benar-benar hancur, pirang!” Harry menanggapi perkataan Niall dengan jawaban yang seolah-olah dibuat menjadi sebuah kalimat serius. Aku bisa melihat wajahnya yang tidak bisa menahan tawa.

“Ah, sudahlah kalian berdua. Apa yang kalian rencanakan padaku, hah?” seru Niall sambil melipat kedua tangannya di dadanya ketika akmi melewati pinggir sungai besar dengan burung-burung camar terbang menuju laut lepas.

“Pertanyaanmu bisa juga. Tapi bagaimana jika kau jawab pertanyaanku dulu?” balas Harry masih terus memegang lenganku.

Niall terlihat berfikir sejenak. “Pertanyaan? Pertanyaan apa?”

“Pertanyaan ‘kemana kau akan menculik kami berdua’, Niall James Horan. Kau harus sekali-kali membenahi isi otakmu,”

“Bagaimana kalau aku nggak mau menjawabnya sekarang?” Niall terlihat menjulurkan lidahnya pada Harry. Aku hanya tertawa kecil melihat mereka berdua bercek-cok mulut.

“Kalau begitu, aku nggak akan memberikan Yuka padamu sekarang,” balas Harry menaikkan sebelas alisnya. Hentikan wajahmu yang terlihat sangat licik itu, Styles.

“HAAAA! Mengapa aku selalu kalah dalam berdebat?!” Niall terlihat sangat frustasi menanggapi jawaban Harry. Kedua tangannya hanya terus mengacak-acak rambutnya sambil menampakkan wajah anehnya.

“Kau lihat? Aku akan selalu menang darimu, tuan pujaan para gadis di sekolah,” Harry melepas tanganku dan berjalan mendekati Niall dengan wajah yang lagi-lagi terasa ingin dipukul jika kau melihatnya.

Niall mulai menaikkan sebelah alisnya. Kurasa dia mulai menemukan sebuah cara untuk melawan Harry. “Tapi aku selalu menang dalam masalah gadis, tuan yang jarang digandrungi para gadis,” balas Niall kembali melipat kedua tangannya di dadanya dan memberikan tatapan lebih licik dari yang Harry berikan padanya.

Harry mulai terdiam dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu meletakkan kepalanya di pundakku. “Yuka, kau dengar apa yang dikatakan orang itu? Aku merasa kotor…” ucap Harry diikuti suara tangisan bohongan yang keluar dari mulutnya.

“Hei, pirang! Kau menyakitinya!” seruku menunjuk wajah Niall. Pura-pura marah tentunya.

“Oh jadi kau lebih memilih Harry daripada aku, Yuka?” tanya Niall masih dengan muka liciknya. Ugh sial, banyak sekali wajah-wajah licik bertebaran.

“Um uh aa…”

“HA! Lehernya panas! Dia malu! Kau lihat itu, Niall? Yuka malu!” teriak Harry histeris sambil merangkul Niall yang terus tersenyum. Aku hanya menenggelamkan kepalaku di dalam telapak tanganku tanpa suara.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now