Satu

421 23 0
                                    

"Ayolah, Han... Kau harus ikut kami." Hong Jisoo terus mendesak. Dia tidak gentar melancarkan permohonan pada Yoon Jeonghan yang kini duduk diatas kursi berlengan sambil menggigit bibir, tidak menyadari bahwa raut wajah Jeonghan jelas menunjukkan rasa bimbang teramat-sangat. Hatinya bergejolak, selewat beberapa saat Jeonghan hanya bisa menghela napas pasrah. Dia menyerah.

"Hanya sebentar. Mungkin satu jam," ucap Jisoo meyakinkan. "Atau lebih," tambahnya dengan suara pelan.

"Baiklah." Yoon Jeonghan mendesah frustasi lantas mengalah. "Kalian benar-benar... Paman dan Bibi akan memarahiku habis-habisan jika mereka berkunjung dan tidak menemukanku berada di rumah." Kepalanya mendongak untuk melihat jam yang bertengger manis di dinding. Jarum pendeknya menunjuk ke angka tiga. Bibinya biasa menghubunginya menjelang malam hari, dan jika dia kedapatan tidak berada di rumah, habis lah dia.

Hong Jisoo jelas tidak peduli. Dia memeluk tubuh sahabat terbaiknya, memeluk Jeonghan dengan sangat erat, kemudian memekik senang, keduanya lantas tertawa pelan.

"Kutunggu kau bersiap-siap. Ingat... Hanya sepuluh menit waktu yang kuberikan. Tidak boleh lebih, namun jelas boleh kurang." Jisoo berkacak pinggang sambil melotot, sambil sekali lagi mendaratkan pukulan pelan di kening Jeonghan yang lebar, Jisoo berlari keluar kamar.

Yoon Jeonghan...

Dia menghela napas pelan lalu menggeleng. Bersama dengan Jisoo hidupnya tidak akan pernah tenang. Seharusnya malam ini dia belajar. Seharusnya malam ini dia sibuk berkutat dengan buku-buku tebal pemberian Bibi tercintanya, Yoon Bae. Nyatanya dia tidak akan pernah mampu menolak ajakan Jisoo. Sahabatnya itu selalu berhasil membuatnya mengalah, selalu berhasil membuatnya merasa tidak enak untuk menolak ajakannya. Mungkin alasannya karena Jisoo adalah satu-satunya teman yang Jeonghan miliki.

"Tidak ada salahnya bersenang-senang, kan?!" Ucap Jeonghan pada diri sendiri begitu dia sendirian di dalam kamarnya yang didominasi warna ungu dan merah muda lembut di dindingnya.

Jeonghan beranjak dari lantai yang dingin tidak tertutupi karpet, menatap pantulan wajahnya sendiri di dalam cermin dan memutuskan bahwa yang dia butuhkan hanya sedikit air dingin untuk menyamarkan wajah letihnya. Dia menatap bayangan dirinya sendiri di dalam cermin. Kantung matanya bergelayut dan berwarna kehitaman menyeramkan. Sudah satu minggu dia tidak benar-benar tidur pulas karena dia harus selesai membaca satu bab buku yang diberikan oleh Bae.

Telapak tangannya menampar-nampar kedua pipinya pelan, berharap apa yang dia lakukan sedikit membantunya mendapatkan rona alami pada wajahnya yang lelah.

Sepuluh menit adalah waktu yang cukup bagi seorang Jeonghan untuk bersiap. Dia bukan tipikal yang akan menyapukan riasan tebal di seluruh wajah.

Jaket denim berwarna biru lusuh pemberian Bibi Bae dia kenakan sebagai pelapis atasan tanpa lengan berwarna hitam polos. Rambut setengkuknya dia biarkan terurai, dan tas kecil sebagai tambahan aksesoris sekaligus sebagai tempat untuk menyimpan dompet. Sempurna.

Jisoo sedang membaca surat kabar yang sebelumnya diletakkan diatas meja saat Jeonghan menghampirinya. Jisoo melompat bangun, melipat kembali surat kabar dan meletakkanya lagi ke atas meja dan menatap Jeonghan dengan senyuman lebar di wajah. Dia dengan semangat menarik lengan Jeonghan yang hanya bisa menggelengkan kepala dan tertawa kecil.

"Pasar malam... pasar malam... aku ingin naik komidi putar lebih dulu. Bagaimana denganmu?" Jeonghan hanya tertawa pelan sambil menganggukkan kepala. Dia memandang ke luar kaca mobil yang terbuka, tidak terlalu mendengarkan Jisoo yang masih asik bermonolog ria tentang pasar malam yang akan mereka kunjungi sebentar lagi, dan memilih untuk menyandarkan kepalanya selagi Pontiac GTO berwarna metalik milik Jisoo melaju.

Jisoo menyalakan radio, mencari-cari saluran favoritnya dan saat lagu dimainkan dia ikut bernyanyi dengan suara keras, tidak peduli pada tatapan jengah dan sebal dari para pengemudi lain yang melintas. Sesekali Jisoo melirik ke arah Jeonghan yang masih asik memandang ke luar, meminta sahabatnya untuk ikut bernyanyi.

"Aku akan selalu jatuh cinta pada Kurt Cobain. Bisa kau bayangkan itu?!" Jisoo berteriak keras saat lagu Lithium dimainkan, jemarinya menekan tombol memperbesar suara, dan dia menjerit keras mengalahkan lagu yang sedang diputar. Jeonghan, lagi-lagi hanya bisa menggeleng dan tertawa pelan.

Pasar malam... Tempat yang sudah lama tidak Jeonghan kunjungi. Terakhir, ia pergi ke tempat tersebut bersama dengan mendiang ayah dan ibunya.

Keduanya sampai di pasar malam kecil yang ada di Brixton. Jeonghan melompat keluar dari dalam mobil lebih dulu. Kepalanya memandang berkeliling dengan kegairahan yang memuncak. Oh, jika bibinya yang sangat tegas dan cerewet itu tahu, dia tidak akan lolos dengan mudah.

Jisoo menarik lengan Jeonghan dan keduanya melewati gerbang melengkung yang dihias dengan banyak sekali lampu kecil berwarna-warni. Di sekitar gerbang terdapat rumpun bunga hiasinta berwarna kuning menyala, serupa dengan warna lampu berkelap-kelip yang ada di sekeliling gerbang.

"Lihat, kan?! Tidak terlalu buruk! Apa yang ingin kau lakukan lebih dulu?!"

Jeonghan menunjuk penjual aneka permen manis yang tidak jauh dari bianglala raksasa. Wanita berwajah ramah menyambut mereka, dengan aksen Skotlandia yang sangat kental.

"Dua permen kapas, please..." Jeonghan menyerahkan beberapa lembar uang dan wanita berwajah ramah tersebut menerimanya sambil tersenyum lebar. Dia mengucapkan selamat tinggal dengan aksennya yang kental.

"Aku pikir dia akan memakai kilt..." Ucap Jeonghan dengan suara rendah begitu keduanya berjalan menjauh dari penjual permen.

"Oh, yang benar saja... kau tidak akan berpikir dia memiliki selera pakaian yang sama dengan si Kimi yang kuno itu, kan?! Bahkan di Berkshire!"









*Glosarium :

1. Kilt adalah pakaian tradisional Skotlandia dan bangsa Keltik yang dikenakan di bagian pinggang dan mengelilingi tubuh pemakai hingga bagian atas kaki di atas lutut.

2. Brixton adalah area multikultural yang sangat hidup dengan suasana yang simpel. Pasar Brixton menawarkan makanan kaki lima dan barang-barang vintage, serta pakaian dan produk segar yang mencerminkan akar Karibia di kawasan tersebut.

3. Berkshire merupakan sebuah county di Inggris yang memiliki luas wilayah 1.262 km² dan populasi 812.200 jiwa. Ibu kotanya ialah Reading. Berkshire berrbatasan dengan county Oxfordshire, Buckinghamshire, Surrey, Wiltshire, Hampshire and Greater London.

FERRIS WHEEL | JEONGCHEOLWhere stories live. Discover now