Chapter 6

496 71 27
                                    

“Aku pernah mencintaimu sampai
terasa sakit luar biasa.
Sampai di titik sakitnya sudah
tidak terasa lagi
Yang tersisa cuma cinta, yang
terasa cuma cinta...
Meski akhirnya yang aku dapat
hanyalah pengkhianatan...”

.
.
.

Hyunjin mengemudikan kendaraannya dengan kencang, mengumpat-umpat jika terkena kemacetan dan lampu merah, tetapi selain itu perjalanan lancar. Sambil mengemudi Hyunjin melirik ke arah Ryujin, yang meremas-remas tangannya dengan cemas sambil memandang ke depan.

"Apakah Guanlin serius dengan kata-katanya?" Ryujin menoleh menatap Hyunjin yang sudah mengalihkan pandangannya lagi ke jalan.

"Dia... Dia terdengar gila dan putus asa."

Hyunjin menghela napas pendek, "Pasti gara-gara pernikahan kita ya?"

Lelaki itu mendengus kesal, "Dasar laki-laki tidak punya otak."

"Jangan mengata-ngatai orang."

Hyunjin menatap Ryujin marah,

"Aku tidak salah bukan? Dia memang tidak punya otak, tidak punya hati dan pengecut luar biasa. Dulu ketika ada kesempatan dia tidak memperjuangkanmu, sekarang ketika jelas-jelas dia kalah yang dilakukannya hanya merajuk dan mengancam bunuh diri, benar-benar lelaki tak punya otak!" Hyunjin mengencangkan laju
mobilnya.

Ryujin terdiam, tidak bisa membantah kata-kata Hyunjin karena semuanya mengandung kebenaran. Guanlin dulu tidak berbuat apa-apa untuk memperjuangkannya.

Lelaki itu hanya diam dan mencampakkannya dalam
kehancuran. Sekarang, ketika baginya Ryujin sudah termiliki
oleh lelaki lain, Guanlin menggila. Kenapa Guanlin melakukan ini
semua? Benarkah ini di dasari cinta Guanlin yang masih tersimpan untuknya? Atau ini hanyalah estimasi cemburu buta yang merenggut kewarasan lelaki itu?

•••

Taman kota tampak lengang, begitu Hyunjin memarkir mobilnya di sana, Ryujin langsung keluar diikuti oleh Hyunjin.

"Kearah mana?" tanya Hyunjin sambil menjajari langkah Ryujin.

Ryujin memandang ragu, sudah dua tahun berlalu sejak dia terakhir kali kemari. Terakhir kali dia kesini adalah di tengah hujan, saat Guanlin mencampakkannya dua tahun lalu. Setelah itu jangankan kemari, memikirkannya pun Ryujin tidak berani.

Saat ini taman kota sudah berubah hingga Ryujin hampir tak mengenalinya. Dimana tempat dia dan Guanlin sering menghabiskan waktu dulu...?

"Ryujin?" Hyunjin menggeram, tak sabar.

Ryujin menelan ludah dan mengambil keputusan.

"Ke arah sana." gumamnya sambil tergesa ke arah kanan, dengan Hyunjin mengikutinya.

•••

Guanlin ada di sana, masih berpegang pada pagar kayu di
jembatan itu.

Jembatan setinggi lima meter di udara, yang menghubungkan jurang dalam dengan aliran sungai berbatu di bawahnya. Salah satu keunggulan taman kota ini adalah
pemandangan di atas jembatan ini. Dengan gemericik sungai dan air terjun buatan yang cukup mempesona, bagaikan harta
karun alam tersembunyi ditengah hiruk pikuk polusi dan kesibukan kota.

Perjanjian Hati || Hyunjin Ryujin [REMAKE]Where stories live. Discover now