3

78 42 15
                                    

Di hari yang sama part2
_
_
_
_
                            

Dinda tersenyum kesenangan kala laki-laki bertubuh jangkung itu menuruti kemauan-nya.

Dinda mengamati Andika yang menjadi penyebab kegalauan-nya selama berhari-hari.

Andika sedang mendriblle bola basket dengan pesona maskullin miliknya yang baru gadis bodoh ini sadari.

Peluh keringat mengucur diarea wajahnya, bajunya sudah basah kuyup. Tangan kekarnya terus menerus bergerak tak hentinya menghentakan bola basket itu naik turun, kaki kekarnya terlihat lincah mengocek lawan-nya.

Dinda meneguk salvianya, menahan nafasnya, mengatur perasaan dan degup jantungnya yang harus ia control.

"fyuh" helannya

"Huh, kok jadi tambah ganteng sih lu. Enggk adil banget ck sedangkan gue makin burik" decaknya kesal.

"Ayok Din" Fakih menyeret lengan sepupunya itu untuk segera pergi menuju tempay parkir.

"Aduh sakit, Kiih kaki gue sakit pelan-pelan" protes Dinda berontak mencoba melepaskan cengkaraman lengan laki laki itu kesal.

"WOY, BALIK BENTAR YA MULANGIN ANAK KUCING" teraik Fakih yang disabut persetujuan dan kekehan oleh teman-teman nya.

"Masih bisa jalan kan lu?" kala ia melihat Dinda yang terpincang dibelakangnya.

"Gendong dong" seru gadis itu cungar-cengir.

"Gua gendong taro kasur"

Dinda bergidik ngeri mendengar jawaban laki-laki dihadapan-nya ini.

"Lo kok makin kesini makin serem sih, Kih" sebalnya menatap punggung sepupunya itu.

Merasa iba melihat cara berjalan Dinda yang terus meringis, laki-laki bertubuh jangkung itu akhirnya mengalungkan lengan Dinda ke bahunya, kemudian menuntun-nya berjalan perlahan menuju parkiran.

"Utang ayam geprek lu, bakpau"

"Heum gak ikhlas namanya" protes Dinda melipat kedua tangan-nya.

"Bercanda sayang"
"Iya sayang, aku tau kamu bercanda" sahut  Dinda membalas.

"Love you" seru Fakih semakin jadi.
"punah loh sama keluarga, Kih" jawab Dinda galak.

"Pacar baru lu ya, Kih?"

Dinda dan Fakih terperangah kala suara bariton itu bertanya pertanyaan yang sangat sensitif untuk mereka berdua.

"Bukan nyet. Mau kemana lu? Belum selesai juga latihan-nya?"

Laki-laki itu hanya mengangguk.

"Balik gua lah. Ganti baju, baru selesai bersihin wc gua, gk bawa baju basket lagian, terus lu mau balik juga?" tanya nya menatap Fakih dan Dinda bergantian.

"Iya. Nganterin si kucrit" jawabnya asal, sambil memberikan Dinda helem.

"jaga mulut mu yang kotor itu" peringat Dinda.

"Ya udah lu tunggu sini dulu gua ambil motor dulu ya Markonah. Lu diem sini Niel"

Fakih memakai helemnya lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.

Dinda memperhatikan kepergian Fakih. Lalu hening.

"Lu enggk pergi ngambil motor juga apa, katanya mau ganti baju" tanya Dinda so kenal berhasil memecah keheningan.

"Lu ngomong sama gua?" tanya Daniel seolah terkejut sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Helem" jawab Dinda sekenanya menatap helem yang sedari tadi ia pegangi itu. Lalu berdiri selangkah berada didepan Daniel.

LayoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang