"Ha?"

Callin bingung sendiri. Ingin mencari tahu maksud ucapan Okan, tapi secepat kilat laki-laki itu mengalihkan topik pembicaraannya.

"Kayaknya lo mending balik aja, Lin. Daripada lo ketangkep basah penjaga sekolah itu. Urusan sama manusia lebih ribet daripada sama hantu." Okan memberi kode pada Calling untuk mendekat. "Lo balik sama Junior, ya. Tu bocah ke mana, si?"

Callin mengibas-ngibaskan kepalanya. Seperti tak ingin berpisah dengan Okan. "Gue balik sama lo aja, deh."

Okan menoleh. Memperhatikan Callin dengan wajah serius. "Lo ke sini sama siapa?"

"Junior," jawab Callin sembari mengerucutkan bibir, seolah tahu ke mana arah pembicaraan Okan.

"Ya lo balik sama dialah. Tugas gue, ngalihin perhatian si penjaga sekolah itu biar kalian bisa selamet ke luar dari sini." Lagi dan lagi. Okan mengorbankan dirinya sendiri.

"Trus lo gimana?" tanya Callin, tidak rela jika Okan menanggung risikonya sendiri. "Lo juga bisa kena masalah kalo ketahuan."

Laki-laki itu berdecak santai. "Gue polisi, jadi gue bisa beralasan lagi penyeledikan atau lainnya lah. Gampang, cuy. Yang jadi masalah, kalo kalian-kalian ini ikut ketangkep basah padahal nggak ada kepentingan di sini."

Callin tak punya pilihan lain. Kalau tetap bersikeras menuruti kata hatinya, tentu saja ia ingin menemani Okan, mencari jalan ke luar bersama Okan, dan pulang di boncengan motor Okan. Tapi di situasi-situasi sulit seperti sekarang, menurut adalah keputusan yang terbaik.

"Gue nurut aja deh, Kan." Kalimat yang dinadakan sendu itu membuat lesung pipi Okan mencuat. "Yaudah nggak usah senyum, sih. Ntar gue jadi berubah pikiran, loh," ucap Callin yang wajahnya memerah.

Begitu Callin mengomelinya, pipi Okan seketika menggembung. Bibirnya mengerucut.

"Ntar kalo gue kayak gini jadi mirip Junior," canda laki-laki itu lantas kembali fokus pada tujuan awalnya. "Gue dulu yang ke luar buat cek situasi. Lo di belakang gue, ya."

Dengan hati-hati Okan menyingkirkan satu per satu meja yang menumpuk di depan pintu. Tidak digeser hingga menimbulkan suara derit yang berarti, Okan dengan sabar mengangkat satu per satu meja itu.

"Ayo, Lin." Tangan Okan yang ada di balik badan melambai-lambai. Memberi kode pada Callin untuk mendekat.

Wajah Callin dibanjiri keringat dingin. Sepasang kakinya seperti diikat tali kencang. Jangankan untuk melangkah, bergerak atau bergeser pun rasanya susah sekali.

Okan yang merasa aneh dengan sikap Callin, bergerak mendekati gadis itu.

"Haissh, ganggu aja," tukas Okan sembari memperhatikan sesuatu, oh ralat, seseorang di belakang tubuh Callin. "Masih ngeyel?" Ia lalu beralih menatap Callin. "Sorry, gue nggak ada pilihan lain, Lin."

Callin hanya melongo. Bingung harus bereaksi seperti apa. Namun tanda tanya di kepala gadis itu akhirnya terjawab sudah, saat tiba-tiba tubuhnya terangkat. Oh, tenang saja. Bukan ulah arwah yang sedang mengusilinya itu, melainkan karena Okan kini menggendongnya.

"Kagak berat, santuy." Okan seolah tahu apa yang ingin dikatakan Callin. Sebelum gadis itu semakin berontak, ia cepat-cepat melangkah ke luar kelas. "Udah aman kayaknya."

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Where stories live. Discover now