12.🍁Dia

241 37 0
                                    

aku lagi kebingungan sekarang.
galen sama bang rimba luka-luka, gak cuma mereka berdua aja tapi yang lain juga.

kenapa sih hobby banget buat khawatir?
kelana yang tadinya tidur sekarang sampai bangun, padahal besok dia sekolah.

"kamu ke kamar aja ya, besok sekolah" pintaku ke kelana tapi dia gak mau, nolak.

"gak mau teh, bang rimba luka-luka gitu" terus si kelana langsung lari ke arah bang rimba yang lagi duduk di bangku ruang tengah.

aku mau nangis kalau kaya gini rasanya, kenapa sih mereka aneh-aneh aja. emangnya gak takut di tangkap polisi apa ketahuan balapan gitu.

aku langsung duduk di depan bang rimba, ngebersihin lukanya. gimana kalau nanti mamah nanya, gimana kalau nanti papah pulang terus lihat wajah bang rimba gini. aku harus jawab apa nanti, pasti mereka marahin bang rimba.

"jangan nangis dih, abang gak papa, la" katanya sambil ketawa

kenapa sih lagi begini masih sempat-sempatnya ketawa? aku gak gubris bang rimba dan tetap fokus bersihin luka-lukanya

"udah ah jangan nangis gitu, abang gak mati" katanya lagi, kayanya bang rimba beneran mau buat aku nangis kejer. kenapa sih bawa-bawa mati segala.

"katanya tadi cuma main!, tapi pulang-pulang udah gini!" kataku sambil sesegukan, aku beneran sesedih itu lihat wajah kak rimba yang luka-luka.

"eh eh kok makin kenceng nangisnya, kamu gak malu itu di liatin," katanya sambil nepuk-nepuk pelan kepalaku

aku langsung celingukan ngelirik ke sana kemari, mereka emang lagi merhatiin aku sama bang rimba. terus mataku sama galen ketemu, gak tahu rasanya aku mau marah sama dia.

"teh jangan nangis," kata si ade

"kamu jangan kaya bang rimba, emangnya kamu mau liat teteh nangis setiap hari?" tanyaku "jangan kaya abang,"

"loh kok jadi abang yang di salahin,"

bang rimba masih sempat-sempatnya ngebela diri? wah gak waras.

aku langsung berdiri, terus natap ke galen "keluar, gue mau ngomong"



____



aku lagi sama galen sekarang, wajahnya gak jauh beda sama bang rimba, sama-sama lumayan banyak luka.

dia senyum.
kenapa sih masih sempat-sempatnya senyum?
padahal aku rasanya udah mau nangis kalau lihat muka dia yang memar kaya gitu.

"kenapa lo gak jujur?" tanyaku

"tentang apa?"

"balapan" kataku "gue udah tau dari randu, kalian kalah" lanjutku

dia diam.

"gue tau, gue gak ada hak buat marah sama lo karna luka-luka kaya gini. tapi gue berhak marah karna di sana ada abang gue, kenapa lo gak jujur aja?"

"bulan, gue cuma gak mau buat lo khawatir aja"

"terus emang lo pikir dengan pulang luka-luka semua kaya gini gak buat gue khawatir?" tanyaku "gue kecewa sama lo"

gak tau, rasanya aku semarah ini sama galen.
gak tau kenapa.

kenapa dia gak jujur aja? apa susahnya buat sekedar jujur?

galen nahan pergelangan tanganku, "bulan,"

aku gak mau tatap dia, aku gak mau nangis.

"bulan,"

gak galen, cukup panggil-panggilnya.
aku gak mau nangis lagi.

dia langsung tarik aku ke dalam pelukannya lagi, dan aku benar-benar gak ada tenaga untuk ngelepasin.

"gue khawatir banget," lirihku
aku gak bisa, galen kaya gini rasanya aku mau nangis terus.

"maaf," katanya berkali-kali.
"maaf buat kamu khawatir,"












Iniguee,2020

GALENWhere stories live. Discover now