15. Untold

3.6K 416 4
                                    

You are beautiful because you know your own darkness and still, that alone doesn't stop you from finding your own light.

-r. m. Drake-

.

.

.

Mata Niken terbuka ketika merasa bahunya diguncang pelan.

Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Leon. Laki-laki itu sedang duduk di sofa, menghadap ke arahnya dengan sebelah tangan menopang dagunya. Selain senyumnya yang tipis, dia melihat wajah laki-laki itu terlihat letih karena bekerja seharian. Kesadaran itu membuat Niken langsung menegakkan tubuhnya. Kepalanya langsung menoleh ke arah jendela ruangan Leon dan dia baru sadar bahwa langit sudah sangat gelap. Pipinya memanas ketika sadar dia ketiduran seharian di kantor pacarnya sendiri.

Pacar macam apa yang tertidur saat menunggu pasangannya bekerja?

Tapi wajah Leon tidak terlihat kesal sama sekali. Laki-laki itu hanya lanjut tersenyum dan menatapnya. "Kamu ketiduran lumayan lama."

"Semalam aku begadang karena menonton terlalu seru," Niken terdiam sebentar. "Maaf ya, aku jadi tidak enak."

Leon bangkit berdiri dari sofa kemudian mengernyit. "Tidak enak kenapa? Malah aku yang merasa bersalah karena menahanmu di sini sepanjang hari."

Niken hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik Leon. Laki-laki itu berjalan ke mejanya dan membereskan berkasnya. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku dan meraih telepon kantornya. "Holly, hari ini aku pulang lebih pagi, tolong sampaikan pada Roman ya."

Niken buru-buru bangkit berdiri. Gerakan tiba-tiba itu membuat Leon menoleh ke arahnya. "Kamu tidak perlu mengantarku, aku bisa pulang sendiri. Kamu lanjutkan saja-"

"Tidak apa-apa," Leon meletakkan gagang telepon kantor ke tempatnya. "Lagipula ini sudah jam pulang kerja."

"Biasanya kamu selalu lembur."

"Aku sudah terlalu banyak lembur dua minggu belakangan, tidak ada salahnya sesekali pulang tepat waktu," Leon tersenyum kecil kemudian mematikan komputernya. Dia langsung bergerak menuju sofa ketika selesai membereskan meja kerjanya. "Ayo, nanti kalau kita pulang terlalu sore jalan pulang bisa sangat macet."

Mau tidak mau Niken menuruti keinginan pacarnya. Mereka pergi setelah Leon berpamitan pada Holly, sekretarisnya. Niken mengerjap ketika merasakan tangan Leon mendorong punggungnya menuju lift bagian belakang. Dia mengerling ketika Niken menanyakan kenapa mereka tidak lewat lift depan. "Supaya kita tidak perlu bertemu karyawan lain. Aku bisa diledek habis-habisan jika ketahuan membawamu bekerja hampir seharian."

Niken membalas ucapannya dengan senyuman geli. Dia langsung menggandeng lengan Leon dan masuk ke dalam lift. Sebelah pipinya menempel di lengan Leon sambil berjalan menuju parkiran. Sepertinya usaha Leon untuk menyembunyikan keberadaan Niken gagal karena mereka bertemu dengan banyak karyawan Leon di lobby kantor. Mereka menatap Leon dan Niken dengan senyuman geli sambil berbisik-bisik. Leon menyapa mereka sekilas dan langsung berjalan menuju pintu belakang.

"Banyak karyawanmu yang melihat kita tadi," gumam Niken setelah mereka keluar dari pintu belakang.

"Usahaku sepertinya sia-sia," Leon mendesah pelan kemudian mencari kunci mobilnya di saku celana. Dia langsung menekan tombol kunci dan mempersilahkan Niken masuk duluan ke dalam mobil.

Niken langsung menyalakan pendingin dan radio ketika Leon menyalakan mesin mobil. Dia menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dan memejamkan matanya sejenak. "Rasanya aku masih mengantuk karena tadi ketiduran."

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang