Chapter 2

139 22 10
                                    

Entah apa yang kupikirkan hingga aku nekat untuk mencoba menghentikan mereka. Aku berlari dengan tergesa-gesa, tatapanku lurus tak peduli dengan sekitar. Yang kulihat disana hanyalah dua orang siswa yang tengah bertatapan seolah ingin menunjukkan kebolehannya. Kakiku mulai menyentuh perisai perlindungan tersebut. Betapa terkejutnya aku Ketika semua tubuhku berhasil memasukinya. Ya, barrier ini seharusnya tidak dapat dimasuki oleh siapapun, begitulah sistemnya.

"Hentikan! Mengapa kalian melakukan hal bodoh ini? Tidakkah kalian mengerti konsekuensinya?" Seruku di tengah lapangan dengan tangan yang direntangkan lebar-lebar. Nafasku engah, kutatap mata temanku, Ray. Pandangannya seperti terkejut diam seribu Bahasa. Keadaan mendadak menjadi tenang tanpa suara.

"Bagaimana bisa kau-" ujar Ray tidak dilanjutkan. Matanya membelak seperti mencoba menelaah kejadian yang baru saja terjadi. Kudengar suara berbisik dari luar barrier ini. Mereka berbisik sambil menatapku dengan tatapan yang aneh.

Seseorang berteriak yang kutahu suara itu berasal dari temanku. "Kalau kau ingin tahu, sebaiknya tanyakan langsung pada orang yang disana. Dia telah menghina dirimu vin," seru Ray dengan lantang dan jari yang menunjuk ke arah seseorang di depannya. Sontak aku menatap wajah seniorku.

"Apakah yang dikatakan temanku itu benar?" Ujarku meminta penjelasan. Tapi ia malah berdecit. "Ya, semua yang diucapkannya itu memang benar. Setelah aku mencela dirimu, dia marah dan menantangku." Ucapnya menatap Ray dengan tatapan sinis.

Bodoh, hanya karena hal sepele mereka sampai melakukan hal ini. Aku menunduk, melipat wajahku menatap bumi. "Cih, apa semua masalah harus diselesaikan dengan cara seperti ini? Apa kalian lupa umur kalian itu berapa. Tingkah kekanakan seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah menambahnya. Dimana pikiran dan perasaan kalian hah?"

Semua mata tertuju padaku. Kali ini, mereka benar-benar memasang telinga, tanpa berbisik. Entah apa yang aku ucapkan itu benar atau salah hingga membuat mereka menatapku dengan tatapan yang berbeda-beda.

Aku tidak peduli, kulanjutkan ucapanku, "Dan untuk kalian para roh, apa kalian benar-benar diperintah untuk mematuhi tuan kalian tanpa harus memandang bahwa itu adalah perbuatan yang salah atau benar. Aku pikir kalian lebih pintar dari manusia, bukankah begitu?"

Aku merentangkan tanganku untuk yang kedua kali. "Jika kalian ingin meneruskan pertarungan ini, maka hadapilah aku terlebih dahulu!" Seruku.

Gila, begitulah jalan pikiranku saat ini. Aku tidak mungkin bisa melawan para roh itu dengan tangan kosong. Bahkan, dengan senjata pun aku tetap tidak bisa. Tapi, apa boleh buat, aku juga penasaran dengan tanggapan mereka. Aku ingin tahu, apa yang akan dilakukan roh tersebut, menyerang manusia sepertiku, atau sebaliknya?

Ray, tidak, bahkan semua orang yang menonton merasa terkejut. Memang saat ini bel pelajaran belum dimulai. Maka dari itu mereka berniat melihat pertarungan ini. Kulihat Gina berada diantara kerumunan itu, dia meneteskan air matanya. Entah apa yang membuat dia mengeluarkan air matanya.

"Kenapa Kevin? Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini?" Gumamnya. Aku hanya tersenyum. Setelah beberapa kali mengusap air mata, Gina mencoba untuk tegar. Dia menatap pada Ray yang sama terkejutnya juga. "Ray, kau harus Bertanggung jawab. Ini semua terjadi karena ulahmu!" Ujarnya.

"Aku tahu." Jawabnya ketus yang dilontarkan Ray. Dia melanjutkan, "Tidak! aku tidak akan pernah menyakiti temanku sendiri," ujarnya dengan percaya diri. Waktu masih berjalan, aku mendengar ungkapan tersebut. kuhitung secara perlahan. Satu, dua, tiga. Aku mulai membuang nafas sambil tersenyum menatap ke arah temanku.

Sekarang, aku menatap pada sisi lainnya, seniorku. "Ah, aku lupa, roh hanya akan mematuhi perintah tuannya bukan? Kalau begitu, tolong perintahkan roh mu untuk menyerangku!" Seruku padanya. Senior yang bisa dibilang cukup popular. Apapun itu, yang membuatnya Istimewa hanyalah roh nya yang kuat. Selain hal itu, dia hanya manusia biasa.

The Last Hero (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang