•Part 1 : Pergi•

63 4 9
                                    


Biasanya, pada pagi hari yang cerah, orang orang bangun dengan senyuman dan perasaan bahagia.
Tapi tidak dengan gadis berusia 13 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggir sungai.
Ia berdiri di balkon kamarnya dengan tampang murung.

Wajahnya pucat, matanya sayu, dan rambutnya acak acakan.
Ia sering dianggap hantu oleh tetangganya.
Hanya karena ia memiliki hawa keberadaan yang tipis serta mata hitam pekat, jangan kalian pikir dia adalah sosok penyihir jahat yang sedang menyamar.

Dia adalah temanku.
Namanya Yurei. Dia sudah hidup sendiri sejak orang tuanya menelantarkannya di apartemen ini 7 tahun yang lalu.
Aku dan dia bertemu di apartemen ini. Aku tinggal di kamarnya. Dan dia baru menyadari keberadaanku setelah 2 tahun tinggal disana. Apa dia tak melihatku selama 2 tahun itu ya?

"Yureii~ tumben hari ini kamu agak pendiam. Ada apa, nih?" sapaku di Senin pagi yang cerah itu.
"Diam" jawabnya tanpa menoleh ke arahku sedikitpun.
"Eh...Kok tiba tiba seram, ya..." ucapku berusaha mengejeknya agar dia mau menoleh ke arahku walaupun sedetik.

"Sudahlah, aku tau trikmu. Lebih baik kau sarapan daripada mengejekku" lagi lagi dia menjawab tanpa menoleh.
"Huuft...Gak seru ih" gerutuku kesal. Yurei tak peduli, ia tak mengalihkan pandangan dari aliran air sungai yang tampak jelas dari balkon kamar.

"Hei" panggilan Yurei membuatku menoleh. "Apa?" sahutku.
"Kau mau pergi?" kali ini ia menoleh dan menatap mataku. "Pergi? Kemana dan darimana?" tanyaku bingung. "Aku tak tahan lagi disini. Aura negatifnya terlalu berlebihan" jawab Yurei sembari melangkahkan kakinya mendekatiku.

"Tapi, jika kita pergi, Miss Nai bakalan marah. Kamu yakin mau terima ocehannya yang panjang kali lebar kali tinggi ditambah perbandingan dikurangi X dan Y dan lain lain gitu?" ocehku ketika dia berdiri dihadapanku.

"Ngh... Aku tak mau, sih..Tapi, aku tak tahan lagi tinggal disini. Tempat ini membuatku muak" ucap Yurei dengan wajah kesal.
"Haahh...Baiklah, aku ikut" kataku
"Eh, tung...Apa?" Yurei tampak kaget.
"Kubilang, aku ikut. Kau mau pergi, kan? Aku ikut" aku mengulangi kata kata yang sama agar Yurei tak berburuk sangka padaku.

"Kau...Ba..baiklah, kalau begitu..Tapi, kita pergi kemana? Miss Nai akan menemukan kita dengan mudah jika kita tetap tinggal di kota ini" Yurei membuka sebuah peta yang diambilnya dari rak buku.

"Aku tak punya uang untuk kabur ke luar negeri...Bagaimana menurutmu?" sambungnya. "Entahlah" jawabku singkat.
Aku menatap Yurei yang sibuk mencari tempat kabur yang pas.
Tidak ada yang mencarinya
Tidak ada aura negatif yang berlebihan
Tidak ada Miss Nai
Itulah tempat yang ia cari.

Sesaat aku terpikirkan sebuah tempat. Dan...hanya aku yang tau lokasinya.

'Tapi, jika aku mengatakannya pada Yurei, apakah dia akan setuju?' batinku.

"Hei" panggil Yurei pelan, "kau kenapa?" ia tampak cemas.
"Apa? Ah, aku, aku baik baik saja" jawabku seraya tersenyum.

"Apa kau memikirkan seseuatu? Kau terlihat pucat" tanya Yurei, 'Hmph! Wajahmu lebih pucat dariku! Bercermin dong!' aku mendengus kesal.

"Ada apa?" Yurei bertanya lagi. "Baiklah, ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi berjanjilah untuk tidak berteriak, oke?" aku menatap Yurei yang kemudian mengangguk pelan setelah mendengar kata kataku.

Aku menghela napas pelan.
"Yu, sebenarnya.." baru saja ingin mengaku Yurei langsung memotong ucapanku.

"Kau bukan manusia, kan?" sahutnya sembari sedikit memiringkan kepala.

"Eh?! Ka..kau...sejak kapan kau tau?" tanyaku panik. "Sejak kau muncul" jawab Yurei dengan santainya. "Menurutmu, apa alasanku ingin pergi dari tempat ini?" tanya Yurei sambil duduk di meja makan.

"Hng... Keberadaan Miss Nai?" aku menerka nerka. "Ehh...Itu yang kedua. Yang pertama adalah, karena aku sering melihat hal hal aneh disini. Seperti, manusia berkepala gagak yang sering muncul di cermin, ataupun seseorang yang sering membisikkan sesuatu padaku di tangga lobby, dan lain lain. Aku sudah malas dengan semua itu. Mereka mengganggu hidupku."
Yurei mengepalkan tangannya ke udara lalu menatap langit langit. Entah itu berarti ia marah atau apapun maksudnya.

"Jadi" ucapnya lagi, "Apa kau menemukan sebuah tempat?"
"Ah , ya" jawabku, "Tempat itu bukan di dunia ini. Tapi di Dunia Sana"

"Wow... Menurutmu, apa aku bisa bertahan di sana?" Yurei menggaruk kepalanya sembari tertawa kecil.
"Pasti bisa. Namun, untuk mendapat kepercayaan teman temanku dari Dunia Sana, kau harus mengalahkan yang terkuat diantara mereka" ucapku.

"Yah...Baiklah, apapun demi terbebas dari para pengganggu itu" Yurei berdiri dan meregangkan badannya.

"Kapan kita berangkat?" ia bertanya.

"Hm...bagaimana kalau, sekarang ?" usulku.

"Boleh juga. Aku tak perlu mengemas pakaian, kan?" ia bertanya lagi.

"Tak perlu, semua yang kau butuhkan tersedia di sana" jawabku pelan.

"Di rumahmu?" canda Yurei.

"Ya" aku membalas candaan itu dengan pernyataan serius.

Aku mengeluarkan sebuah kantung kecil berisi kayu manis yang merupakan jalan menuju ke Dunia Sana.

--Patahkan sebatang kayu manis, dan kau akan tiba di Dunia Sana--

"Kau siap?" tanyaku kepada Yurei yang sedang mengikat rambut panjangnya.

"Tentu" jawabnya tegas.

Sesaat sebelum aku mematahkan sebatang kayu manis untuk membuka jalan, Yurei bertanya.

"Siapa namamu?"
Aku menatapnya sesaat

"Selama ini aku hanya memanggilmu
'Hei'. Dan kita akan pergi ke dunia dimana namamu amat penting, jadi..."

"Oh, tentu" kataku sambil mengulurkan tangan.

"Namaku Racheline, panggil saja Ray atau Rachel, salam kenal"
Yurei menjabat tanganku lalu tersenyum manis.
"Salam kenal, Ray"

Sebatang kayu manis pun dipatahkan, jalan menuju Dunia Sana terlihat.
Yurei tampak ragu, aku menggenggam tangannya seolah mengatakan semua akan baik baik saja. Dan kami berjalan memasuki Dunia Sana bersama...

-Part 1-
-end-
*
*
*
*
*
*

•∆•∆•∆•
Huwaaa Part 1 nya selesai jugaa --lumayan pegel nie jari wkwkw--
Yah...Aku harap kalian suka sama ceritanya('∀')
Maafkanlah daku jika alurnya gak nyambung(T▽T)
Jelek? Gak apa~
Bagus? Well, thank you♥
Jangan lupa vote dan comment ya~
Dan, mohon bersabar untuk Part 2~

Sincerely,

Chiiyo~♥

My Human Friend [♪end♪]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang