Penampilan Baru

172 31 42
                                    

Caramel termenung menatap pantulan dirinya dalam cermin. Dengan wajah kuyu, senyum yang selama ini menjadi daya tariknya pun pudar. Tatapan matanya sekosong ruangan yang kini dia tempati. Caramel masih harus membiasakan diri untuk berada dalam kamar berwarna toska dan oranye yang mulai saat ini akan menjadi kamarnya. Mungkin hanya untuk sementara, atau juga selamanya. Entahlah, tidak bisa dipastikan.

Dalam kamar berwarna cerah itu, Caramel mulai menata beberapa pakaian yang telah dia bawa. Tangannya bergerak cepat untuk memindahkannya dari dalam tas ke lemari kayu yang sudah dicat dengan warna biru muda. Ada tiga ruang kosong dalam lemari itu. Bagian atas, Caramel mengisinya dengan baju-baju harian. Bagian tengah, diletakkannya beberapa dokumen penting, termasuk ijazah dan kartu keluarga. Dan di bagian ruang paling bawah, Caramel menyimpan pakaian-pakaian formalnya dengan rapi.

Setelah selesai, Caramel beranjak, kembali mendekati tas berwarna hitam yang satunya, lantas membuka risleting yang masih mengunci benda-benda di dalamnya. Kemudian, dia mulai merogoh isinya satu persatu. Diambilnya dua pasang sepatu balet berwarna mocca dan merah muda, lalu segera diletakkan dua sepatu itu di laci paling bawah pada nakas. Setelah itu, dia memindahkan sisa barang-barang yang masih berada di dalam tas. Kali ini Caramel tidak membawa make up. Dia berniat untuk membeli yang baru saja dibandingkan harus menggunakan yang sudah lama. Toh, memang sudah waktunya membeli yang baru.

Kamar yang dia tempati sekarang memang tidak seluas yang ada di rumah lamanya. Isinya pun tidak sama. Sekarang, yang dia temui ketika membuka mata hanyalah lemari pakaian, nakas, dan pintu menuju kamar mandi. Tidak ada permadani berbulu abu-abu yang menutupi lantai kamar. Dan mau tidak mau, dia harus tetap menerima, meski sama sekali tidak terbiasa.

Caramel tidak ingin mengeluh. Hatinya sudah cukup kelu untuk mengingat musibah yang baru saja dia alami. Dia bukan bermaksud untuk melupakan tentang kematian orang tuanya, tapi dia hanya ingin menyelesaikan tanggung jawabnya sebelum melampiaskan kesedihan yang tertahan, tentu dengan air mata.

Setelah dirasa cukup, Cara kembali duduk di kursi kayu bercat toska yang senada dengan warna nakas di hadapannya. Matanya masih menatap cermin, sedangkan tangan kanan Caramel langsung bergerilya, membuka laci teratas pada nakas. Gadis berponi itu ingat di mana terakhir kali  melihat sebuah gunting di dalam laci. Tangannya yang sudah meraba-raba isi laci itu pun segera mengeluarkan benda tajam yang dia maksudkan.

Senyum Caramel mengembang, tatapannya beralih pada benda yang dia genggam. Hatinya terasa tercabik-cabik ketika melihat kilat dari logam pipih yang tersorot sinar lampu itu. Bayangan dua raga yang terbujur kaku dengan warna kulit yang pucat, tentu masih begitu segar dalam ingatan. Tidak terasa, air mata kembali lolos dari sudut-sudut matanya. Senyumnya pudar dengan tangan gemetar.

Tangan kanan Caramel bergerak. Sekuat tenaga dia menahan agar genggamannya tidak melemah, supaya gunting itu tidak terjatuh. Sayang, untuk kali yang pertama dia gagal melakukannya. Gunting bergagang hitam itu terlepas, ujung gunting yang tajam pun mengenai punggung kaki Caramel sebelum akhirnya tergeletak ke lantai.  Insiden ringan yang membuatnya memekik sambil mengentak-entakkan kaki.

"Ada apa, Caramel?"

Gadis itu menoleh, dipandanginya seorang lelaki yang kini tengah berdiri di ambang pintu. Tatapan mata Caramel tampak buram karena genangan air mata yang masih tertahan di sana. Semakin sering dia melihat pamannya itu, maka ingatan tentang ayahnya tak akan pernah memudar. Jelas Caramel merasa tersiksa. Namun, di satu sisi dia juga merasa beruntung. Setidaknya dia masih bisa melihat siluet ayahnya pada wajah Septian.

"Enggak ada apa-apa, Om." Meski sangat terlambat, tapi gadis berambut ikal itu masih sempat menjawab.

"Kamu sudah mandi? Kalau sudah, ayo kita makan dulu, Bi Ani udah selesai masakin kamu sup tuh, sepertinya enak."

CARAMELO (HIATUS)Onde histórias criam vida. Descubra agora