#1 - Crestfallen

12K 1.5K 84
                                    

There was no conversation
We never shared our doubts
Way too much love that we have wasted
Guess we were running out

(Clide - Broken Parts)

***

Februari 2020

"Good night, twins," bisik Nisaka seraya mengecup kening Athena dan Alastair bergantian.

"Good night, Mama," balas mereka bersamaan sembari memejamkan mata.

Senyum lembut Nisaka tersungging. Akhirnya setelah menghabiskan satu buku cerita, kedua anaknya langsung mengantuk. Segera dibenahi selimut keduanya. Merapikan sejenak anak-anak rambut Athena yang menutupi sebagian wajahnya. Lalu, beralih pada jagoan kecilnya di tempat tidur sebelah, Alastair, untuk mengusap puncak kepalanya.

Tanpa sadar dia mendesah panjang, memiliki Athena dan Alastair adalah hadiah tidak terduga di hidupnya, sebuah anugerah. Nakula pergi, tapi meninggalkan dua janin kembar di rahimnya. Sayangnya, masa-masa kehamilan Nisaka tidaklah mudah. Bukan hanya tidak memiliki suami yang memberi dukungan, sahabatnya itu juga mendadak memutuskan seluruh kontak mereka. Kuliahnya juga nyaris berantakan. Serta kedua orang tua Nakula yang mendadak memusuhinya, berkata bahwa dia berbohong serta tidak mengakui cucu mereka. Mati-matian dia berjuang seorang diri merawat kehamilan rentan di umur yang terbilang muda, 19 tahun saat itu.

Tapi semua itu berubah saat si kembar lahir ke dunia. Manika yang sejak dulu selalu sibuk, cenderung mengabaikannya, pelan-pelan mulai mendekat dan bersikap sebagaimana seorang kakak kepada adiknya. Kedua orang tua Nakula pun juga mulai mengakui kedua cucunya dan mereka sangat menyayangi Athena serta Alastair. Hanya satu yang masih sama, Nakula.

Ketika mengetahui kehamilannya, dia sudah mengatakan bahwa dia sendiri yang akan mengatakan kebenaran yang terjadi kepada Nakula. Hanya satu permintaan Nisaka pada orang tua Nakula, menyuruh pria itu untuk menghubunginya. Namun, hingga lima tahun berlalu, sahabatnya tak pernah melakukannya, bahkan surel-surelnya juga. Cara terakhir yang dia pikirkan adalah memboyong si kembar ke wisuda Nakula di Jerman beberapa bulan lalu. Sayangnya, itu mustahil karena kembar tengah kena cacar air dan tak boleh keluar rumah beberapa minggu. Satu-satunya kesempatan yang tersisa adalah menunggu sahabatnya pulang, menunggu akhir bahagia dengan keluarga kecil yang dia impikan.

Suara ketukan pelan disusul dengan bunyi pintu terbuka berhasil mengembalikan Nisaka ke dunia nyata. Dia menoleh. Kepala Manika menyembul dari sela pintu. Perhatian kakaknya itu tertuju pada dua ranjang kembar tempat ponakannya terlelap.

"Twins udah tidur?" tanya Manika yang langsung dibalas anggukan Nisaka. "Wanna tea?"

Nisaka mengangguk pelan. Sebelum beranjak, sekali lagi dia memastikan anak-anaknya telah nyenyak, sebelum akhirnya mengikuti Manika menuju dapur di lantai bawah.

Didudukinya salah satu stoll bar, sedangkan Manika sibuk di pantri. Mengambil dua cangkir untuk diisikan kantong teh. Lalu, memanaskan air di ketel. Senyap langsung menyelimuti dapur. Hingga suara ketellah yang memecahkan keheningan mereka. Bergegas Manika menuangkan air panas ke cangkir yang tersedia. Saat menaruh salah satunya di hadapan Nisaka, kakaknya itu mendesah panjang. Membuat keningnya mengernyit keheran. "Kenapa, kak?"

"Chamomile," jawab Manika yang semakin menambah kernyit Nisaka. Sesuatu yang salah terjadi, terlebih melihat ekspresi kakaknya yang tampak gusar.

Nisaka menghirup lambat-lambat teh miliknya, sementara kedua matanya mengawasi gerak-gerik Manika yang kini duduk di stoll sebelahnya. Kakaknya hanya menerawang kosong cangkir, tapi tidak meminumnya.

"There's something wrong, right?"

Lagi-lagi Manika mendesah panjang. Sembari menatap Nisaka, dia mengangguk. "Twins udah gede ya, Sa? Udah empat tahun sekarang."

Dirty Friendzone (CABACA.ID)Where stories live. Discover now