1

63 11 8
                                    

______________________________________

Pagi ini, cuaca tampak bersahabat bagi seorang Siska yang sedang tersenyum cerah. Ia sedang menaiki angkutan umum yang biasa mangkal atau menunggu penumpang di gang masuk rumah yang baru ditempatinya beberapa hari lalu. Rumah milik Budhenya yang baik hati sedia menampung dirinya.

Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya, jangankan tersenyum lebar, bisa menghirup oksigen saja sudah Siska syukuri setiap detiknya. kehidupannya yang sebelum hari ini memang selalu berakhir dramatis, bahkan miris! Hah, sudahlah, yang lalu biarlah tertinggal di sana selamanya. Tidak usah diingat atau dikenang lagi.

Selama perjalanan itu senyum tetap terpatri pada wajah manisnya yang kemudian senyum itu semakin lebar saat menatap gedung sekolah barunya. Bangunannya tampak lebih mewah dari sekolah Siska sebelumnya. Ia bersyukur bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini.

Kedua kaki Siska baru saja melewati gerbang dengan begitu bersemangat. Dalam hati ia berharap semoga dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik di sekolah ini. ketika sudah berada di koridor kelas, derap langkahnya bahkan menghapus kesunyian sekolah yang saat ini pasti seluruh siswa dan siswi masih di dalam kelas, karena sekarang masuk jam pelajaran awal.

Siska dengan percaya diri tanpa gentar mendekati sebuah ruangan yang biasanya ditakuti seluruh warga sekolah. Yup, ruangan kepala sekolah. Dia mulai mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

Tok ... tok

"Masuk." Terdengar izin dari dalam ruangan tersebut.

Cewek itu membuka pintu dan langsung berbicara bak kereta api, tak lupa dengan senyum manis di wajahnya, "Assalamualaikum, perkenalkan pak, nama saya Siska Astuti binti Jokowo, siswi paling cantik, imut, sopan, ramah, pandai dan rajin menabung pula."

"Waalaikumussalam. Astaghfirullah ... Silakan memperkenalan diri dengan baik, Siska. Kamu harus sopan, walaupun saya udah tahu siapa kamu dan saya gak akan tertipu dengan bualan kamu yang katanya anak Pak Jokowo itu," kata kepala sekolah sambil menahan tawa melihat siswi baru yang memajukan bibirnya.

Namun, wajah cemberut itu tiba-tiba saja langsung sumringah karena ia tahu kalau ia memang salah. "Hehe, maaf Pak, saya terlalu bersemangat bisa sekolah di sini dan bertemu sama Bapak lagi."

Kepala Sekolah bernama Ariawan Setya yang  baru mendapat gelar S2 itu terkekeh mendengar alasan Siska. "Baiklah kamu saya maafkan. Sekarang silakan duduk dulu di sofa sana sebentar."

Siska mengikuti arah mata pak Ariawan yang  menuju ke sofa di pojok ruangan. Kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dan berjalan mendekati sofa.

Tetapi, langkahnya berhenti dan berkata pada pak Ariawan, "Bapak yakin masih ingat nama saya?" tanya Siska jahil.

Bukannya kesal karena dijahili, Ariawan malah tersenyum lebar, tetapi menggelengkan kepalanya yang membuat Siska cekikikan sambil melanjutkan langkahnya.

Ariawan juga sedang duduk, tetapi tetap duduk di kursi kebesarannya. Ia sedang menunggu seseorang yang tadi sudah ia titipkan pesan untuk datang ke ruangannya untuk menjemput gadis aneh bin ajaib yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri.

Mungkin kalian bertanya-tanya. Kenapa beliau menganggap Siska sebagai anaknya sendiri? Dan kenapa murid pindahan bisa sesantai itu menghadapi kepala sekolah, bahkan bisa dibilang sangat tidak sopan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya kalau Siska bisa mengetahui info beasiswa dari kenalan ayahnya. Yup, kepala sekolah itu adalah kenalan ayah Siska.

Norak Queen VS Cold BoyWhere stories live. Discover now