18.00 WIB
Vay sedang berbaring sambil memainkan ponselnya di atas kasur. Tubuhnya merasa kelelahan setelah seharian mengurus segala keperluannya untuk acara kelulusannya dan juga mempersiapkan acara ulang tahun adiknya besok. Mulai dari membeli kebaya, membeli hadiah untuk adiknya, mengatur dekorasi adiknya, dan masih banyak lagi.
"Vay."
Vay yang merasa dipanggilpun langsung dengan cepat meletakkan ponselnya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang makan tempat mamanya memanggilnya. Dengan senyuman manisnya, perempuan itu menyapa seluruh anggota keluarganya mulai dari kedua orang tuanya, adik laki-laki, dan terakhir adalah adik perempuannya.
"Bagaimana persiapanmu untuk besok Vay?" Tanya Aris saat mereka sedang menikmati makanan yang dimasak oleh Arista dengan sepenuh hati.
"Semuanya udah beres kok Pa." Jawab Vay singkat, tak lupa dengan senyuman lebarnya. "Kebaya udah Vay beli, untuk besok acara Vano juga udah beres semua. Besok Papa, Mama, Vano, sama Val tinggal dateng aja."
"Maaf ya Kak Vay, Val engga bantu Kakak." Ujar Val dengan rasa bersalah. Vay hanya tersenyum dan mengatakan, "It's okay. Bahkan Vano sama sekali engga peduli sama acaranya sendiri." Kata Vay dengan nada menyindir adik laki-lakinya itu.
"Lagipula aku udah bilang, Kakak engga perlu siapin acara ulang tahun buat aku." Kata Vano dengan sedikit kesal membalas ucapan Vay. Sedangkan Vay hanya tertawa saya mendengar jawaban Vano, diikuti oleh anggota keluarganya yang lain.
Arista tersenyum bahagian melihat kedekatan keluarganya sekarang. Dia sangat bersykur dengan apa yang Ia dapat sekarang. Setelah perjuangan yang Ia lewati, sekarang semuanya sudah terbayar. Dapat melihat ketiga anaknya tumbuh baik seperti ini sudah sangat membuatnya bahagia. Namun dia ingat dan sadar bahwa semua ini tidaklah kekal. Dia yakin suatu saat nanti akan ada waktunya ketiga anaknya harus menghadapi masalah yang berat, membuat semua kehidupan mereka terasa menyakitkan, namun dia yakin bahwa ketiga anaknya akan dapat melewati semua masa-masa itu dan menggantikannya kembali dengan senyuman dan kebagiaan dengan keluarga kecil mereka nantinya. Arista hanya berharap Ia dan suaminya Aris dapat terus menemani ketiga anaknya untuk menjalani semua peristiwa-peristiwa tersebut. Ia ingin dapat selalu berada di samping ketiga anaknya untuk terus memberikan semangat dan tidak menyerah atas kehidupan yang berat ini.
"Ma." Panggil Val. "Mama kok melamun?"
"Eh? Engga kok. Mama cuma bingung aja, kok Vay sampai sekarang belum pernah bawa satupun pria ke rumah ya buat dikenalin ke Papa sama Mama."
"No!" Saut Vano dengan cepat dan tegas.
"Lho? Kenapa?" tanya Aris sambil menahan tawa. "Nanti kakakmu engga laku lho."
"Lebih baik begitu dibanding Kak Vay sama pria hidung belang." Jawah Vano sinis. Orang-orang yang mendengar jawaban itu tertawa riang karena berhasil membuat Vano kesal.
***
Thanks for Reading! ;)
Love you <3
YOU ARE READING
UNTIL THAT DAY
RomanceTak ada yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas. Yang jelas aku mencintaimu. Sampai hari itu.
