Di semua pilihan pasti ada konsekuensinya, baik itu postif ataupun negatif. Pilihan mereka untuk melewati hutan ini memang dapat dikatakan lebih aman, namun bukan berarti hal ini mudah untuk dilakukan. Karena pilihan mereka pula untuk menembus hutan ini, mengharuskan keduamya untuk memotong-motong ranting kecil agar dapat memberi akses jalan kepada mereka. Mengingat kondisi hutan ini yang rimbun dan jarang tersentuh oleh warga. Dan hal ini cukup memakan waktu bagi keduanya.

"Sekarang arah kita kemana ya?" Gumam Darin.

Yujin ikut bergumam pelan lalu melihat pandangan sekitar, berhitung dengan situasi.

"Kayanya sih kesana."Jari telunjuk Yujin mengarah ke sisi barat. "Soalnya kalo diliat-liat, kayanya kita udah mulai jauh dari pekarangan panti."

Darin menggangguk, segera mengambil langkah. Mata gadis itu menatap tajam kearah sekitar, khawatir bila ada sesuatu yang janggal.

"AAA," Pekik Yujin secara tiba-tiba.

"Kenapa, jin?!" Panik Darin. Raut panik terukir diwajahnya begitu melihat raut wajah Yujin yang kesakitan.

Yujin kembali meringis, kemudian memperlihatkan lengan kanannya yang mulai mengeluarkan darah. "Kena duri kayanya."

Gadis itu memang tidak menangis, tapi Darin tau pasti, Yujin memang sengaja menahannya karena tidak ingin merepotkan dan membuat perjalanan mereka terhambat.

Darin segera membuka tasnya, kemudian mengambil kotak obat-obatan didalamnya. Gadis itu menggeser-geser pelan pasir menggunakan kakinya, lalu beralih untuk duduk disana. "Sini, obatin dulu tangan lo" Ucapnya kearah Yujin.

Seperti yang telah diperkirakan, Yujin spontan melonaknya. "Eh, gausah. Gue gapapa kok, mendingan kita sekarang lanjut aja lagi."

"Ga boleh, jin. Luka lo harus diobatin sekarang juga, kalo ga bisa infeksi nanti." Sanggah Darin.

"Tapi rin–"

"Yujin." Ucap Darin pelan, seraya menatap kedua bola mata gadis itu.

Yujin menghembuskan napasnya pelan, kemudian mengangguk. Baiklah, kali ini ia memang tidak bisa melawan perkataan Darin.

Darin tersenyum senang, perlahan mengobati luka dilengan Yujin. "Lukanya kita obatin kaya gini dulu gapapa ya? Nanti kalo udah sampai di permukiman warga, baru kita minta tolong buat diobatin lagi."

Yujin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Nah, udah selesai." Ucap Darin kemudian mengakhirinya dengan menutup luka Yujin menggunakan plester.

"Makasih, rin."

Keduanya mulai melanjutkan perjalanan lagi, masih belum menyadari hal menyedihkan apa yang akan terjadi kedepannya.

*****

Ada sesuatu yang menggangu pikiran Darin sedari tadi. Rasanya ada yang janggal. Tapi gadis itu masih tetap tidak mengetahui, sesuatu hal apa yang tengah menganggunya saat ini.

Berkali-kali gadis itu menoleh kearah Yujin. Rasanya aneh, kenapa Darin terus-terusan merasa takut Yujin meninggalkannya? Seolah-olah Yujin akan menghilang. Darin sekali lagi menggeleng, menepis semua pikiran buruknya.

"Lo kenapa, rin?" Tanya Yujin, ternyata gadis itu menyadari tingkah aneh Darin sedari tadi.

Seketika Darin linglung dibuatnya. Ada yang aneh, kenapa rasa takut itu semakin lama kian membesar? "Eh? Enggak, gapapa kok." Gelengnya.

Yujin mengangguk asal, sebelum akhirnya gadis itu memberhentikan langkahnya.

Darin menatap heran kearah Yujin, mau tidak mau ia ikut memberhentikan langkahnya. "Loh kok berhenti?"

Red summer | Kang minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang