11

40 13 2
                                    

Hal yang membuat Darin semakin bingung adalah, ketika Minhee yang daritadi hanya melamun dengan tatapan kosong, tiba-tiba saja mengamuk berteriak saat melihat ibu yang baru saja pulang dari pasar. Sontak membuat yang lainnya ikut terkaget.

Sebenarnya Minhee ini kenapa? Setelah tadinya menangis karena kepergian Seonho, lalu apa lagi sekarang!?

"Udah Min, tenangin diri lo dulu. Jangan kaya gini dong." Ucap Wonjin setenang mungkin. Padahal dari raut wajahnya saja sudah keliatan pemuda itu juga panik.

Minhee tidak berkutik sedikit pun dari posisinya saat ini. Bagaimana tidak membuat yang lainnya khawatir? Sekarang posisi pemuda itu adalah mencengkram kerah baju ibu, disertai tatapan bencinya.

"Dia ga sebaik yang kalian lihat! Wanita ini cuma iblis yang berkedok malaikat!" Teriak Minhee, telunjuknya menuding kearah ibu.

Terlihat dari sorot mata ibu, wanita itu juga takut pada tingkah Minhee saat ini. Ibu bahkan berulang-ulang menghembuskan napas dengan cepat.

Kringg.

Ketegangan sedikit mencair saat mendengar dering telpon berbunyi. Perlahan Minhee menjatuhkan tangannya dari kerah baju ibu. Secepat kilat Yuna berlari mengambil telpon rumah. Namun begitu kembali, mata Yuna malah terlihat sembab dan gadis itu masih menangis terisak.

Hal yang membuat Minhee semakin mengamuk berteriak adalah saat pemuda itu mendengar dari Yuna apa yang baru saja ia dengarkan dari telpon itu.

"Seonho—"

"Seonho kenapa, Yun??" Tanya Dongpyo tak sabar.

"Tadi dari kepolisian nelpon, katanya ada mobil sedan putih yang jatuh ke jurang satu jam yang lalu. Korbannya belum ditemuin. Tapi dimobil itu, ditemuin ponsel yang panggilan terakhirnya nomor panti ini. Jadi karena itu polisi ngehubungin kita. Dan ternyata—" Ucapan Yuna terhenti sesaat, gadis itu kembali terisak. "dan ternyata, panggilan yang barusan itu dari nomor ibu Yuqi. Berarti Seonho—"

"Ribet banget sih lo ngomong. Berarti dimobil itu ada Seonho?" Tanya Dongpyo.

Setengah hati Yuna menggangguk. "Sampai sekarang Seonho, ayah Lucas, ibu Yuqi, masih belum ditemuin. Kata kepolisian, kecil kemungkinannya buat nemuin mereka , karena dasar jurang itu bener-bener dalam dan terjal."

Mendapati anggukan Yuna, tangan Minhee kembali mencengkram kerah baju ibu. "Bohong, itu bohong! Semua ini cuma rekayasa dia! Orang yang kalian panggil ayah lucas dan ibu yuqi itu cuma pura-pura! Mereka bersekongkol sama wanita ini!!"

Minhee semakin tak terkendali. Bahkan Wonjn dan Dongpyo sampai kewalahan menahannya.

" Minhee, udah dong. Lo gaboleh kaya gini." Jerit tertahan Darin sekali lagi. Sekuat tenaga gadis itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Minhee dari kerah baju ibu.

Namun minhee tetap tidak peduli. Bahkan secara tak sadar, tangan Minhee yang tadinya hanya ingin menepis tangan Darin, malah menampar wajah gadis itu menggunakan punggung tangannya.

Bruk.

Darin jatuh tersungkur, dengan bunyi berdebam yang cukup keras. Membuat Minhee dan yang lainnya tersentak kaget. Tampak jelas siku tangan gadis itu lecet dan mulai mengeluarkan darah , karena tidak sengaja bergesekan keras dengan lantai.

"Darin!"

Minhee melepas cengkramannya dari kerah baju ibu, secepat kilat menghampiri Darin.

"Maaf gue ga sengaja, rin. Beneran." Ucapnya cemas sembari menyisipkan helaian rambut Darin. "ayo, kita obatin luka lo."

Perlahan Minhee membantu tubuh Darin untuk berdiri. Namun bukannya respon baik, yang pemuda itu dapatkan adalah tepisan kasar dari tangan Darin.

"Gue ga butuh bantuan lo!" Kecam gadis itu.

Mata Minhee mengerjap, kaget dengan respon yang diberikan. "T-tapi rin----"

"Punya otak itu digunain! Lo bukan anak kecil lagi yang bisa seenaknya ngamuk-ngamuk ga jelas. Gue tau lo punya alasan untuk marah, tapi apa dengan lo ngamuk kaya gini bisa nyelesaiin masalah? Enggak kan?!" Teriak Darin. "Lo gabisa seenaknya nuduh ibu tanpa bukti. Belum tentu juga apa yang lo bilang itu bener. Mau lo bunuh ibu juga kek, hal itu gabakal bisa ngembaliin Seonho!!"

"Belajar mikir dewasa, Min. Lo itu udah gede!"

Minhee terdiam, begitu juga yang lainnya. Tidak ada lagi yang bersuara, jelas kaget melihat Darin marah untuk yang pertama kalinya. Bahkan Dongpyo yang ceriwis, sampai cengo dibuatnya.

Setelah hening cukup lama, akhirnya gadis itu kembali bersuara pelan, sebelum akhirnya beralih pergi ke dalam kamarnya. "Gue kecewa sama lo."

Meninggalkan Minhee dengan penyesalan dan rasa bersalahnya.

Red summer | Kang minheeWhere stories live. Discover now