"Siapa yang telah menggagalkan rencanaku, Mike?" tanyanya kemudian kepada pria luka-luka yang ternyata bernama Mike.

"Aku tidak tahu siapa dia. Kelihatannya dia pendatang baru di daerah itu."

"Kau harus mencari tahu siapa dia. Aku harap kerjamu kali ini tidak banyak menghabiskan waktuku. Aku disini tidak lama lagi, jadi kalian harus mendapatkannya sesegera mungkin. Aku tidak ingin dia jatuh ke tangan orang lain. Sudah cukup aku menunggunya selama ini. Aku harus membalas rasa sakit hatiku padanya." ujar pria berperawakan besar itu kepada Mike dan anak buahnya yang lain.

"Baik, bos, kami akan melaksanakannya." jawab salah satu diantara mereka.

"Aku pegang janji kalian."

Setelah mereka pergi dan menghilang satu persatu, pria berperawakan besar itu mendudukkan bokongnya di atas sofa merah yang ada di ruangan tempatnya berada sekarang. Dia mengambil sebatang rokok dan menyalakannya lalu dia hisap dalam-dalam kemudian dia hembuskan secara kasar. Begitu berulang-ulang dia lakukan.

Pikirannya menerawang pada kejadian beberapa bulan silam.

~ Flashback ~

Di sebuah kafe, tampak seorang pemuda berkacamata tebal sedang memperhatikan gerak-gerik seorang gadis bersurai panjang melayani pelanggan dengan segala pesanan yang mereka inginkan. Bak model internasional, gadis itu berlenggak-lenggok memutari setiap meja membawakan pesanan.

Pemuda tadi tertarik melihat kecantikan gadis itu. Ia berniat untuk mengenalnya. Ketika kafe sudah agak sepi, pemuda itu melangkahkan kakinya mendekati gadis bersurai panjang itu.

"Hai...!" sapanya ramah.

"Ya..., ada yang bisa saya bantu?" tanya sang gadis kepada sang pemuda.

"Hmmm..., bolehkah saya tahu siapa namamu?"

"Untuk apa anda menanyakan nama saya?" ketus gadis itu mengernyit bingung.

"Saya ingin mengenalmu." senyum ramah dari pemuda itu tidak lantas membuat gadis itu merespon pemuda di depannya saat ini. Bahkan dia mendengus dan menatap jengah kepada pemuda yang tidak dia kenali itu. Sedangkan sang pemuda merasa bersalah dan menyesal. Baru kali ini dia mencoba mendekat dan ingin mengenal seseorang, tapi yang di dapatkan tidak sesuai harapan.

"Maaf kalau saya membuatmu tidak nyaman, tapi saya tulus ingin mengenalmu." lanjut pemuda itu menunduk dalam. Maksud hati ingin mengajak kenalan yang ada malah sambutan dingin dari sang lawan.

"Anda tahu, tapi berani-beraninya anda menanyakan nama saya?! Huh..! Macam orang yang tidak punya kerjaan saja. Kalau anda mau mengenal saya, anda mestinya ngaca dulu sana, pantas tidak anda mengenal saya, cupu gitu berani sekali anda ingin mengenalku." hina sang gadis.

Sang gadis tidak tahu bahwa hinaannya itu menumbuhkan rasa sakit, malu, dan dendam di hati pemuda berkacamata itu. Sang pemuda bertekad akan membalas rasa sakit hatinya yang tertoreh luka.

~ Flashback End ~

Entah kenapa bayangan gadis itu masih bergelayut di ingatannya. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibir sang gadis berkelebat di benaknya. Pria itu menarik napas dalam-dalam dan dia hembuskan secar kasar. Dadanya terasa di himpit batu besar.

Selang beberapa menit kemudian, pria itu beranjak dari duduknya dan melangkah keluar. Ia berjalan ke arah parkir lalu masuk dan mengendarai mobilnya menjelajah jalan raya yang sepi. Ia melirik pergelangan tangannya, jarum jam sudah menunjukkan angka tiga pagi.

🌺🌺🌺

Menjelang subuh, Nurul bangun dan mendapati Fatih tidak lagi bersamanya. Dia meraba dahinya dan merasakan suhu tubuhnya sudah menghangat, tidak sepanas semalam.

"Apa ada yang ibu butuhkan?" seorang perawat mendekat dan bertanya.

"Kapan saya boleh pulang?" Nurul bertanya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur.

"Seharusnya dua hari ke depan, tapi kalau ibu merasa sudah sehat, hari ini juga ibu sudah boleh pulang." perawat itu tersenyum hangat menjawab pertanyaan Nurul.

"Apa ibu sudah merasa sehat?" tanya perawat itu kembali.

Nurul menganggukkan kepalanya cepat. Dia berharap supaya cepat pulang.

"Baiklah, ibu boleh pulang."

Mendengar titah sang perawat menghadirkan senyum di bibir Nurul.

"Terima kasih banyak, saya akan pulang sekarang."

Nurul bangkit dan beranjak dari tempat tidurnya. Dia membenarkan hijabnya setelah infus di buka dari pergelangan tangannya. Setelahnya Nurul melangkah mengikuti perawat menuju stand administrasi.

"Berapa biaya yang harus saya keluarkan?"

"Biayanya sudah lunas, ibu." perawat itu tersenyum melihat keterkejutan yang Nurul perlihatkan.

"Siapa yang membayarnya?" Nurul mengernyit penasaran.

"Suami ibu yang membayarnya. Sungguh romantis ya suami ibu, dari semalam dia menemani ibu tanpa beranjak sedikitpun dari sana. Saya jadi iri melihatnya." perawat yang bernama Mira itu tersenyum sumringah tatkala memberitahukan apa yang dia lihat semalam.

Beda halnya dengan Nurul, ia mengernyit bingung dengan perkataan perawat yang ada di depannya itu. Suami? Suami dari mana? Menikah saja dia belum. Tapi dia tidak menanggapi sama sekali karena dia tidak ingin memperpanjang pembicaraannya dengan Mira, si perawat ramah yang memeriksanya semalam.

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Nurul berbalik dan berlalu dari sana. Dia berjalan tergesa-gesa, selain menghindar dari Fatih, dia juga ingin cepat sampai ke rumahnya agar dia tidak melewatkan subuhnya. Siapa tahu ini adalah subuh terakhirnya sebelum maut menjemputnya. Umur manusia tidak ada yang tahu, selagi masih bernapas jangan pernah meninggalkan kebutuhan rohani karena dia juga membutuhkan asupan energi dari si pemilik tubuh.

Bersambung...!

Kalau suka jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ya...🤗

Getaran Rindu (Pindah ke Innovel/Dreame)Where stories live. Discover now