Getaran Rindu 03

207 33 18
                                    

"Kalau boleh, jangan panggil saya pak. Saya tidak setua itu untuk kau panggil pak." Fatih tersenyum geli tatkala mengatakan itu. Ia menatap gadis tambun di sampingnya ini sesaat sebelum mengalihkan tatapannya ke depan.

"Maaf...,"

"Hahaha... Kau itu lucu ya..."

"Saya bukan badut...!" ketus Nurul.

"Wah..wah..wah..., kau ternyata garang juga. Kau tahu, kalau kau garang seperti itu, kau terlihat seperti beruang. Hahaha...," Fatih memegang perutnya menahan tawa. Melihat raut wajah Nurul yang berubah merah menahan malu membuat Fatih merasa bersalah. "maaf saya hanya bercanda." Fatih tersenyum hangat.

Nurul mendelik sebal kepada Fatih. Ia diam, matanya menatap ke depan. Mereka berjalan kaki menuju klinik dimana Murni di rawat.

Dengan berat tubuhnya yang berlebihan, membuat Nurul agak susah berjalan cepat mengejar langkah kaki Fatih yang panjang. Sesekali ia berhenti dan mengatur pernapasannya.

Fatih yang sudah berada di depan langsung berhenti begitu ia menyadari gadis tambun yang bernama Nurul itu tidak lagi di sisinya. Ia menoleh ke belakang dan tersenyum geli melihat Nurul menghirup dan menghela napasnya secara kasar. Kemudian ia mendekat dan mengamati wajah Nurul lekat-lekat. Tangan kirinya bersedekap menahan siku lengan kanannya yang menyentuh dagu. Matanya menyipit memperhatikan raut wajah Nurul yang sudah dipenuhi peluh.

"Apa kau tidak apa-apa?" nada suaranya menyiratkan kecemasan.

Nurul menggelengkan kepalanya masih mengatur pernapasannya.

"Maaf, seharusnya tadi kita pinjam mobil pak Salim saja. Saya tidak memikirkanmu tadi. Maafkan saya, ya?!" Fatih menyesal dengan keputusannya tadi mengajak Nurul turut berjalan kaki bersamanya.

Nurul mengusap peluh yang membasahi dahinya seraya berjalan kembali mengikuti langkah kaki Fatih. Fatih tidak lagi memperlebar langkah kakinya supaya Nurul tidak tertinggal lagi di belakangnya.

"Tidak apa, hitung-hitung saya olahraga malam, siapa tahu berat badan saya ikut turun juga, hehehe...," Nurul tertawa malu setelah mengatakan itu.

Fatih menoleh dan ikut tersenyum mendengar kalimat yang terucap dari bibir ranum wanita itu.

"Sreeekkk...sreekkk...,"

Fatih menghentikan langkah kakinya dan menahan lengan Nurul dengan sebelah tangannya. Sedangkan tangannya yang bebas mengisyaratkan pada Nurul agar tidak bersuara.

Nurul mengernyit tidak mengerti kenapa tiba-tiba mereka berhenti.

"Ada apa?" Nurul berbisik pelan.

"Sssttt...!!!"

Fatih mengedarkan matanya mencari sumber suara dari balik semak-semak yang dipenuhi rumput setinggi ilalang.

"Kau jangan jauh-jauh dariku." ucap Fatih pelan.

Rasa takut tiba-tiba memenuhi diri Nurul. Tanpa ia sadari, tangannya memegang erat lengan Fatih. Hening. Tak ada suara yang terdengar. Merasa keadaan aman, Fatih melanjutkan kembali langkah kakinya. Tangan Nurul masih melekat erat di lengan Fatih.

"Ada apa?" ulang Nurul.

"Tidak ada apa-apa." Fatih menjawab singkat.

Kini mereka berjalan dalam diam. Fatih tetap waspada. Mata dan telinganya fokus ke sekitar. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Apa kliniknya masih jauh?" Fatih menoleh dan bertanya pada Nurul. Ia terkesiap melihat wajah Nurul yang sudah pucat pasi.

"Apa kau tidak apa-apa?" rasa khawatir hadir di hatinya.

Getaran Rindu (Pindah ke Innovel/Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang