Cinta dan Rahasia

24 0 0
                                    


Saat itu pukul sepuluh malam. Cupid Cafe sepi pengunjung. Hanya ada beberapa pengunjung. Diandra mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Bola matanya tak lepas dari botol yang sedang berputar di tengah meja. Ia menggigit kecil bibir bawahnya. Jantungnya berdegup kencang. Sepersekian detik, botol pun berhenti dengan ujung yang menghadap tepat ke arah Kesa. Kesa menepuk jidatnya. Diandra tersenyum lega. Melanie, Dion, dan Satrio tertawa puas.

"Nah tuh, si Kesa kena!" Melanie menyikut Satrio, "Mulai dari lo deh, yang nanya."

"Gue, nih?", Satrio membetulkan kacamatanya.

"Iye...", jawab Dion, dengan kedua mata masih terpaku di layar handphone.

Diandra memangku tangan, memperhatikan teman-temannya.

"Di kantor kita, siapa sih, yang lo taksir pas baru pertama kali masuk kerja?", tanya Satrio.

Kesa terdiam agak lama. Ia memandangi keempat sahabatnya itu satu per satu, lalu terhenti pada sosok yang ada di hadapannya.

"Karena dulu tempat duduk gue ada di deket Diandra, dan cewek yang selalu gue liat itu dia, ya gue sukanya sama dia." jawabnya kemudian.

"WHAT???", Melanie terkejut.

Dion meletakkan handphonenya, menoleh ke arah Kesa, kemudian terkikik. "Oh...ternyata selama ini lo diam-diam naksir Diandra ya? hahaha..."

Satrio bertepuk tangan sambil tertawa geli. "Wuhuuuu....."

Diandra melongo. Kesa tersenyum malu.

"Kalo lo," Melanie menyikut Diandra yang masih melongo, "...naksir juga nggak Di, sama Kesa?", tanyanya, dengan tatapan menggodai.

Diandra masih melongo. Ia masih tak menyangka, karena rupanya Kesa merasakan hal yang sama seperti apa yang ia rasakan saat awal masuk kantor.

"Woi!", Melanie meneriaki telinga Diandra.

"Ih, gendang telinga gue, Mel!", Diandra mengusap-usap telinga kanannya.

"Makanya, jawab dong...", Melanie mencubit lengan Diandra, gemas.

"Mmmm...", Diandra melirik Kesa. "Naksir sih pernah. Tapi, pas itu kan gue tahu Kesa punya pacar. Dan gue cuma mengidolakan."

Kesa menegakkan kerah kemejanya, merapikan rambut, bergaya sombong.

"Yakin, lo cuma mengidolakan?", Melanie menggodanya lagi.

"Iya. Nggak ada terlintas untuk memiliki sih.."

"Dan apakah lo masih cinta sama Agha?", Satrio menyahut.

"Ya masih lah, Yo!" Diandra menjawab dengan lantang.

"Masih besar, rasa cintanya?", Satrio menyelidik.

"Ya masih. Ada alasan apa, sampe gue nggak cinta lagi sama dia? He's so perfect for me! Hehehe..."

"Soalnya, gue perhatiin, akhir-akhir ini lo kayak lagi ada masalah sama Agha, tapi lo nggak cerita sama kita-kita. Tapi, ya, nggak tau deh...", jawab Satrio.

Tatapan Melanie menyelidik. Kesa memperhatikan mimik wajah Diandra. Diandra menundukkan wajah, mengotak-atik handphonenya, lalu mengecek last seen WhatsApp Agha.

Pukul sembilan lima puluh malam. Ini minggu ke dua Agha tak berkabar.

***


Seminggu kemudian...

Diandra terbaring di kasurnya. Tatapan matanya nanar. Ia tak mengerti apa lagi yang harus ia katakan pada Agha yang sedang bergumam panjang lebar di telepon. Hubungannya sedang di ujung tanduk.

Cinta dan RahasiaWhere stories live. Discover now