Mr. Jaxton (Fall in love with grudge)|Part 01.-Reynold Jaxton.

Mulai dari awal
                                    

"Sangat menjijikkan. Bukannya kau selalu merindukan Mansion Jaxton karena ada Lilyan anak Maid keluargaku? Kenapa sekarang berada di Penthouseku?" Laki-laki dengan rambut sedikit pirang dan memiliki dekik ketika terkekeh seperti sekarang ini hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. David tahu bahwa Reynold pasti sudah bisa menebak. Memang biasanya walaupun tak ada Reynold, David tetap ke Mansion Jaxton.

"Sudah kukatakan, Aku merindukanmu. Maka dari itu aku akan mengajakmu nanti malam ke tempat biasa. Bagaimana?" Tawar David sembari menggoda Reynold yang sudah membuang lagi puting rokoknya, Memandang David penuh rasa menjijikkan.

"Kau kemari hanya mengajakku ke tempat itu? Apa kau sudah miskin tidak memiliki ponsel?"

David memutar bola mata malas, "Bodoh. Bukan aku tidak memiliki ponsel. Coba kau lihat sudah berapa kali aku menghubungimu tapi tak di angkat. Sebenarnya usaha menghubungimu memang tak perlu. Karena kau memang tak pernah memakai ponselmu." David berdecak sebal. Benar, Reynold jarang sekali mengecheck ponselnya jika tidak terlalu penting. Bahkan terkadang sehari penuh tak ia buka. Urusan perusahaan hanya di belitkan pada laptop dan ipad-nya saja. Untuk apa membuka ponsel jika tidak menguntungkan kan? Itu menurut Reynold tak ada untungnya.

"Aku lupa menaruh ponselku dimana.—And... Okay. Nanti kita pergi. Sekarang aku ingin kau pulang karena aku akan bersiap ke kantor." Tanpa Reynold suruh pun David sudah berada di ambang pintu. Bukan untuk pulang melainkan berkunjung ke rumah kedua, Mansion Jaxton.

Reynold memaklumi David yang sudah seperti keluarga, Bermain kesana-kemari, Bahkan Adrian Jaxton sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Well... Tak masalah, Reynold memiliki dua saudara sekarang. Selain, Kate Jaxton, Adik perempuannya.

Reynold membasahi seluruh tubuhnya, Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Guyuran shower menenangkan pikirannya. Dinginnya air seolah Reynold tak ingin beranjak pergi dari kamar mandi.
Meeting sudah menunggunya sejak tiga puluh menit yang lalu. Tapi Reynold baru ada niat sekarang, Biarkan mereka menunggu. Reynold tak peduli. Toh, Yang butuh mereka.

Balutan kemeja berwarna putih sangat cocok di padukan dengan jas berwarna hitam pekatnya, Dengan di tambah rambutnya yang masih setengah kering terkesan sexy. Reynold memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri tanpa supir pribadinya, Robinson. Mengeluarkan mobil Ferrari keluaran terbarunya yang begitu mulus dari tempat koleksi mobilnya. Sangat mewah.

Jarak dari Penthouse menuju JAXTON's Company memakan waktu selama tiga puluh menit. Karena yang mengendarai seorang Reynold itu hanya memakan waktu lima belas menit dengan kecepatan rata-rata menurutnya. Jalan seakan miliknya, Reynold menyetir dengan begitu handal dan tak-tik. Dulu, Jika Reynold berkendara begitu sangat kencang seperti sekarang pasti sudah ada seseorang yang siap berceramah habis-habisan bahkan berteriak jika di ajak berkendara kencang. Tapi itu dulu, Tak berlaku di masa sekarang. Hidupnya sudah bebas. Tetapi hatinya masih terbelenggu.

Reynold berkekeh miris, Tidak...Tidak. Dirinya bukan sedih. Hanya penuh emosi dan emosi jika mengingat itu. Dan itu sudah cukup. Sekarang berakhir.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. Jaxton (Fall in love with grudge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang